Sabtu, 17 Juni 2023

Beauty measure, Templar cross to Ranupani

Jumat, 16 Juni 2023. Pagi sudah mengobrol dengan mang Cucu soal bonsai-bonsai dan kegiatanku belakangan ini. Ya.. Agak kentara hampir setiap hari aku selalu pulang malam ke saung. Mang Cucu ini orang yang bersedia memfasilitiasiku tempat berkegiatan. Orang-orang yang mengenalku pasti tahu Saung yang kutinggali, dan itu adalah bagian belakang rumahnya. Sejak 2018 aku tinggal disini, dengan biaya kos yang sangat murah. Aku kadang malu kalau telat bayar, sebenarnya Mang Cucu tidak pernah meminta itu, tapi aku 'ngarumas' saja. Kadang aku menggunakan tempat ini secara 'berlebihan'. Dulu aku sering membawa teman-teman ke rumah mungkin sampai usia kuliah tingkat dua. Tapi setelah keadaannya sekarang berubah dan tamuku 'berukuran lebih besar' agak kurang nyaman dengan keadaannya yang sempit dan di pemukiman kumuh. Gara-gara ini juga ibuku hanya tahu teman-temanku yang sekarang hanya dari cerita karena sudah jarang aku membawa orang ke rumah.


Selain sebagai fasilitator, mang Cucu juga seorang yang membuatku suka dengan tanaman-tanaman. Selama lebih 5 tahun tinggal disini aku sering melihatnya berjam-jam berdiam hanya dengan tanaman-tanamannya tanpa bicara. Aku pernah bertanya, "Kenapa daun-daun di tanaman bonsai bisa jadi kecil padahal bentuk alaminya besar ?". Itu perlu waktu bertahun dengan proses pruning atau pemangkasan dengan berkala, selain itu ada proses khususnya seperti mengurangi intensitas penyiraman, pupuk, dan penyinaran matahari. Guguran daun yang dipotong akan membusuk dan menjadi pengkaya bagi yang segera tumbuh.

Pohon bonsai yang ada di sekitaran saung kebanyakan beringin yang bisa berukuran raksasa kalau dibiarkan hidup di alam bebas. Kenapa tidak dibiarkan tumbuh bebas saja ?. Keindahan yang besar membutuhkan jiwa yang besar untuk mewadahinya. Ketika kita bisa menyesuaikan keindahan sesuai dengan kapasitas kita, kenapa tidak.. Dari keduanya tidak ada yang salah. Tinggal bagaimana kita mengukur diri sendiri untuk itu. -Membuat selalu lebih mudah ketimbang merawat.

Pukul delapan aku sudah di Cilenga untuk latihan. Lagi, aku melewati makam luas yang bersih ini. Kali ini aku sengaja mampir dan jalan mengitari seluasnya. Rumput-rumput yang 'papak' dan pohon-pohon besar, iri pada mereka, aku selalu menyukai pandangan seperti ini..

Selepas jumatan aku mampir ke kafe nya Iqbal, Sabari Coffee. Aku sudah lama tidak bertemu padahal masih tetangga kampung. Aku dibuatkannya segelas Matcha Latte dingin dan itu menyegarkan setelah cuaca panas pertanda akan hujan hari ini. Selain itu cukup mendinginkan emosiku karena kacamata ku terinjak bocah saat jumatan, ada-ada saja memang hari ini.

Hujan turun cukup deras menuju sore hari sampai lewat petang. Udara jadi dingin tapi anginnya sedikit menyakitkan.

Pulang ke rumah sebelum isya untuk makan malam. Si Challa 'seseledek' mencari kehangatan diantara aku dan si Ibu.

Malam masih punya waktu. Aku berniat merekam guide lagu yang kubuat untuk acara di Garut tapi aku salah terus ketika recording. Memang bukan gitaris sih 😑. Akhirnya Ijal datang membantu, tidak memakan banyak waktu sampai 60% guide lagunya berhasil terekam. Kami berhenti pukul 23.45 karena besok pagi mesti bekerja lagi.

-


Sabtu, 17 Juni 2023. "Ikhlas adalah kekuatan tidak terbatas. Efeknya akan berbeda-beda pada setiap orang, tergantung kebutuhannya. Pa Asep adalah contoh real untuk itu. Terlepas dari apapun yang kita kerjakan belakangan ini, keutamaan yang kita cari adalah kebahagiaan untuk orang-orang.", A Rais berujar padaku begitu kesibukan hari ini selesai.

Hanya sedikit penasaran, pasalnya aku yang delapan tahun lebih muda tapi endurance ketahanan tubuhku tidak lebih kuat dari mereka. Pulang ke rumah selalu 'mopo', padahal rasanya waktu tidurku dirasa cukup juga (atau gara-gara belum punya istri seperti mereka yak hahaa). Mendapat jawaban spirituil kiranya memang lebih bisa diterima dari seorang rohaniwan yang dekat dengan tuhan atau dari seorang seniman yang seorang 'perasa' kawakan. Itu berarti yang bermasalah ini memang badan atau kepalaku.


Aku cukup beruntung memiliki mereka sebagai teman berproses dalam sisi pekerjaan ini. Dengan patreon Pa Asep dan A Rais yang notabene dua-duanya guruku dalam musik tradisi. Perkumpulan ini-dengan mereka buatku lebih ringan dan 'menerima'. Aku pernah 'bongkar-pasang, keluar-masuk' beberapa komunitas seni tradisi, tapi akhirnya tetep nyantol ke mereka. Mereka tidak pernah merasa eksklusif. Meski terkadang banyak saja hal impulsif yang tiba-tiba terkadi diatas panggung, kami selalu bisa mengatasinya sejauh ini. Kami kadang mesti 'parea-rea' hanya untuk memilih gending pembuka haha.


Setiap sepulang pekerjaan 'seperti ini' seringkali mengambil jeda. Dan tidak berkeinginan apapun bahkan untuk hanya bicara. Pesan-pesan di whatsapp menumpuk, aku sama sekali tidak desire untuk membukanya. Karena yakin beberapa dari pesan itu memiliki 'tekanan' yang lain buatku. Yah paling untuk yang benar-benar urgen saja. Kemajuan teknologi hari ini memang sangat memudahkan, tapi juga melelahkan secara mental. Kita jadi bisa meringkas banyak hal dengan waktu yang lebih singkat, mendapat kepastian dengan lebih cepat. -Kita kehilangan kearifan memaknai waktu menunggu.


Bermain biola seperti ini sudah kubayangkan sejak tahun 2009. Dengan keadaanku waktu itu, sama sekali aku tidak terfikir dapat melakukannya, terlebih akan memakai hal ini untuk bekerja. Fee untuk kerjaan seperti ini-di sekitaran tempatku barangkali tidak besar juga, tapi yah minimal 'ada'. Lagipula aku tidak bisa 'berikhtiar' dengan berkhotbah berbaju putih dan pura-pura sebagai orang bersih atau berwirausaha dengan modal dari harta yang entah dari mana dan dari siapa. Pekerjaanku yang ini mesti selalu menyuguhkan ke-riang bahagiaan, meski kadang para pemainnya yang sedang tidak bahagia haha.

Kuncup mawar ini tumbuh diatas makam.

Beristirahat sebentar ketika turun panggung hari ini. Bersandar di pohon besar yang ada di makam sebelah tempat aku bekerja. Aku sempat bergumam tentang hal yang 'sepertinya enak kalau begini, sepertinya enak kalau begitu'. Membayangkan keadaan yang 'lebih' kelihatannya. Buat orang sepertiku melamun saja sudah cukup membuat bahagia.

Sebaliknya di sisi lain, jika memang tidak berkeadaan seperti sekarang bisa jadi aku tidak akan mempunyai hasrat untuk berfikir atau mungkin memaksakan diri untuk belajar mandiri, tentang apapun. Kemudahan proses bagiku jarang didapatkan dengan cuma-cuma. Sampai kadang harus mempertaruhkan rasa malu karena memang ada yang harus dilakukan sesuai arah tuju.


Muhammad 'Hagoromo' Hagie, putra kyai pesantren Al-Barokah Rancapaku yang sekarang berdomisili di Yogya bekerja sebagai editor di penerbitan buku tiba-tiba mengirimi gambar dengan quotes ini. Ini membuatku tersenyum haha. Pertanyaan menyoal Yesus atau ke-kristenan sering kudapatkan. Entah sejak kapan juga orang mulai bertanya padaku tentang itu. Aku menjawab Hagie juga dengan sederhana, "Sebagai muslim meskipun yang yaa segini adanya, Aku mempercayai Yesus-Isa adalah sebagai utusan. Aku tidak perlu mengerti apapun tentang itu, Qur'an telah menceritakan semuanya".

Katedral Bandung, 2011-2015. Awal-awal aku bernyanyi untuk gereja

Orang-orang yang mengenaliku barangkali sudah tidak asing dengan kalung salib templar yang selalu kupakai sejak dulu. Ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan ke-aqidahan ku sebenarnya haha, meski sampai sekarang aku dipelihara dengan baik oleh orang-orang gereja. Pula ini tidak ada kaitannya dengan laskar tarekat Kanesah jika di kristen dalam sejarah. Memakai kalung ini sejak lama sebenarnya gara-gara ini sebagai hadiah yang diberikan temanku, sebagai yang menyukai gambar, aku suka bentuk ini, tidak lebih dari itu. Aku punya banyak koleksi salib, pun dengan rosario-nya, semuanya dari itu adalah pemberian, tapi yang paling kurasa cocok adalah yang ini hehe. Laskar Kenisah atau kesatria templar didirikan di Yerusalem antara tahun 1118 dan 1119 M, setelah perang salib pertama atau sekitar tahun 1096-1099. Tugas utamanya adalah melindungi orang-orang yang bepergian ke Tanah Suci (bagi orang kristen), setelah kupikir yaa tidak jauh-jauh juga dengan martabatku yang sebagai 'petarung lain' yang berjuang dan melindungi ini hihi.

-


17 Juni ini adalah hari ulang tahun adikku. Dia bersiap untuk melaksanakan KKN perkulianannya bulan depan. Aku tidak berniat ngado tadinya haha, tapi aku ingat kakakku ngasih uang pas aku ulang tahun dan rasanya menyenangkan dapat perhatian. Akhirnya aku jadi ngirim juga padahal lagi ngirit haha. Yasudahlah pun ini tidak setiap hari pula.. 


Zaki Jauhari mengirimkan foto Ayung yang sedang mempersiapkan ujian tugas akhir penyutradaraan di ISBI Bandung. Ujiannya tanggal 26 Juni ini, sayang sekali aku tidak bisa hadir untuk menonton karena aku sudah dalam rencana perjalanan lain sekitaran tanggal itu. Semoga lancarlah yaa..


Petang, mendapati foto teman-teman yang berada di Ranupani begini juga menyebalkan sebenarnya hehe. Harusnya hari ini aku ada disana bersama mereka, tapi aku malah keterusan bekerja ckckck. Lagi-lagi perjalanan yang bukan milikku, tapi syukur mereka terlihat sehat dan menikmatinya. Salah satu dari mereka ada yang masih sering menolongku dan kubuat repot, sampai sekarang, maafkan gaesss 😅.

Hari minggu esok aku ada yang tawari ngamen lagi. Tapi aku lebih memilih untuk istirahat dulu hehe.. Meski akhir-akhir ini melelahkan, aku masih diberi rizki yang bertubi-tubi. Kalau dalam keadaan begini kadang aku jadi mencurigai tuhan tentang apa yang sedang Ia persiapkan terjadi di waktu depan haha. Let's seeeee 


1 komentar:

  1. selalu menyenangkan membaca setiap cerita,merasa lebih dekat meskipun sebenarnya tidak,melihat beberapa orang yang ku kenal dan tempat-tempat yang memorable membuat bungah tapi ciramai mata teh,aku akan segera menemui mu guru,semoga ada waktu untuk sekedar bertemu..terimaskih untuk cerita keseharian nya^^

    BalasHapus