Sabtu, 03 Juni 2023

Batik Sukapura : Delivering a relic to its owners

Dua minggu yang luar biasa menguras pikiran dan tenaga. Kamis-jum'at tersisa sebelum aku berangkat ke Bandung. Aku benar-benar tidak melakukan apa-apa karena menggunakannya sebagai waktu beristirahat sementara, meski begitu aku sempat merasa bosan karena tiba-tiba tidak ada kegiatan hehe. Bahkan Wawan berkunjung ke saung mengujarkan hal yang sama.

Tapi minimal aku menggunakan sore harinya untuk corat-coret mencoba mengimajinasi pembuatan cover untuk novel Jojo. Selepas maghrib, aku ke sekolah untuk menyiram tanaman-tanamanku sebelum aku pergi meninggalkan Tasikmalaya.

Malam sabtu aku berkunjung ke kampus, karena besoknya ada reuni sebagai bagian dari Dies Natalis yang ke 26, jadi hari itu aku malah tidak ada hehe. Kampusku memang bukan sekolah besar, apalagi zamanku saat berkuliah disini. Kutinggalkan 8 tahun ini banyak hal berubah, secara kultur dan infrastruktur. Yah aku senang-senang saja, artinya kampus ini lebih berkembang. Aku mengobrol sampai lewat tengah malam dengan putra-putranya pimpinan kampus dan beberapa orang tersisa yang kukenali. Padahal besok shubuhnya aku mesti berangkat ke Bandung. Yah.. Tambah teu elol-elol teuing wé ieu mah.

Sabtu, 3 Juni. Aku berangkat ke Bandung bersama tim film dokumenter Batik Sukapura. A Edi, A Ochim, A Fabian, Teh Erni, Teh Uchie, dan Opin, kami ber 7 dengan tidak adanya Melinda sebagai aktris, perjalanan dengan orang-orang ini selalu menyenangkan. Pasti ayaa weee piomongeuna teh 😂 xixixi. Sampai ke Unpad sebelum dzuhur sebagai titik kumpul. Karena kami berangkat bersama Bu Santi juga dan beberapa dosen Unpad yang konsen penelitiannya tentang Batik Sukapura.

Bumi Samami. Tempat yang menjadi venue screening film kali ini. Yang mengundang kami adalah KWS, Keluarga Wargi Sukapura, yang ternyata ini adalah acara keluarga dari keturunan pemerintahan Tasik zaman dulu, R.A.A Wiratanuningrat. Beberapa yang kutemui adalah keturunan Wiratanuningrat dari berbagai sisi. Ini seperti dalam film-film, ternyata ada juga 'cluster' keluarga seperti ini di Tasik haha. Hampir semuanya berbusana tradisional dengan beskap dan kebaya. Wajah-wajah kharismatik Tasik yang ternyata tersebar di banyak daerah di Indonesia.

Kami juga disuguhi hiburan musik tradisional sunda, alunan tembang kawih klasik begini sudah jarang kutemui secara langsung, dan memang punya sens yang berbeda.

Tarate Ganola. Bunga favorit kakakku terhampar di kolam taman atas Bumi Samami.

Yang tidak disangka, dari beberapa yang kutemui ada yang kukenal, A Rendra Santana. Ini pelukis senior nasional-internasional asli Tasik. Ternyata a Rendra juga bagian dari keluarga besar ini. Pantas saja..

Pemutaran film dimulai jam 1 siang. Acara relatif lancar dan orang-orang KWS terlihat mengapresiasinya dengan baik. Aku sebagai bagian dari tim film dokumenter merasa regreug- juga bisa memperlihatkan-menyampaikan film Batik Sukapura ini kepada 'pemilik-nya' seperti dikatakan Bu Santi. Aku bangga menjadi bagian dari kerja proses kreatif ini ! Dan gara-gara ini aku juga mendapat banyak kebermanfaatan.. Orang-orang baru, tempat-tempat baru, pengalaman baru, pandangan baru.. Dari itu aku ingin berterimakasih kepada Teh Erni Agustin Rahayu & A Edi Martoyo yang mengajakku terlibat dalam karya luar biasa ini.. 

Pada acara ini, para pengrajin batik dari Sukaraja yang dipimpin pa Edang juga punya kesempatan untuk mempresentasikan jenis-jenis motif Batik Sukapura. Selain itu ada juga booth yang digunakan untuk menjual Batik Sukapura itu sendiri. Tidak disangka juga banyak yang tertarik dan membeli cukup banyak produk batik Sukapura hari ini.

Acara selesai sekitar setengah tiga sore. Aku berkesempatan juga bertemu dengan Aom Rachmat yang akrab dipanggil Aom Cemot. Ini salah satu Aom sepuh dengan keturunan langsung Wiratanuningrat, dari temanku ternyata Aom Rachmat ini adalah teman alm. KH. Dudung Abdul Halim, mendiang pimpinan ponpes Cipasung yang ketiga. Perangainya begitu hangat, aku dengan mudah diterima oleh beliau meskipun kepada orang 'luar'. Beliau seorang emosional dan 'story teller' menurutku.. Diusianya yang sepuh beliau masih merokok, haha.

Foto bersama, Aom Rachmat ditengah, sebelah kirinya Pa Arif Abimanyu Wiradisuria - Ketua puseur keluarga wargi sukapura. Berada diantara pengrajin batik yang dipimpin pa Edang, Sineas - Teh Erni & A Edi, akademisi - Bu Santi.

Bu Santi, dosen Fikom Unpad yang keren banget. Desire penelitiannya tentang Batik Sukapura, aku sebagai aktor, kami dipertemukan karya yang luar biasa.

Setelah dari Bumi Samami, rombongan tim Batik Sukapura 'pindah' ke cafe Upnormal di jalan Dipatiukur. Kami makan, ngopi dan ngobrol ringan seputar hari ini. Ini waktu menyenangkan.. Karena kami membicarakan banyak hal tentang 'efek' film yang kami buat. Ini lebih memotivasi kami untuk membuat karya yang lebih besar lagi manfaatnya untuk orang-orang.

06.00, aku mesti pulang duluan. Karena harus mengunjungi nenek Rose, dan di rumahnya jarang menerima tamu 'malam' jadi aku mesti sudah di rumahnya sebelum jam 7. Benar saja ketika sampai di rumahnya nenek sudah tidur. Yang menyambutku adalah Gipsy, dan Juno. Tidak lama kakek Wally membukakan gerbang rumah.

Aku sudah biasa menggunakan kamar tengah di lantai atas ketika disini. Semuanya sudah disiapkan nenek, dengan lilin, kue-kue, speaker portabel, dan kopi di meja. Nenek tau persis aku sering melakukan apa dan apa yang biasa ku butuhkan malam hari. Duduk sebentar di teras kamar, melihat Bandung dari kejauhan, aku tidur lebih awal malam ini karena kelelahan. 

Waktu yang baik untuk mengawali Juni !



0 comments:

Posting Komentar