Excerpt from the other sight Time has wonderful way of showing us what really matters

Sabtu, 17 Juni 2023

Beauty measure, Templar cross to Ranupani

Jumat, 16 Juni 2023. Pagi sudah mengobrol dengan mang Cucu soal bonsai-bonsai dan kegiatanku belakangan ini. Ya.. Agak kentara hampir setiap hari aku selalu pulang malam ke saung. Mang Cucu ini orang yang bersedia memfasilitiasiku tempat berkegiatan. Orang-orang yang mengenalku pasti tahu Saung yang kutinggali, dan itu adalah bagian belakang rumahnya. Sejak 2018 aku tinggal disini, dengan biaya kos yang sangat murah. Aku kadang malu kalau telat bayar, sebenarnya Mang Cucu tidak pernah meminta itu, tapi aku 'ngarumas' saja. Kadang aku menggunakan tempat ini secara 'berlebihan'. Dulu aku sering membawa teman-teman ke rumah mungkin sampai usia kuliah tingkat dua. Tapi setelah keadaannya sekarang berubah dan tamuku 'berukuran lebih besar' agak kurang nyaman dengan keadaannya yang sempit dan di pemukiman kumuh. Gara-gara ini juga ibuku hanya tahu teman-temanku yang sekarang hanya dari cerita karena sudah jarang aku membawa orang ke rumah.


Selain sebagai fasilitator, mang Cucu juga seorang yang membuatku suka dengan tanaman-tanaman. Selama lebih 5 tahun tinggal disini aku sering melihatnya berjam-jam berdiam hanya dengan tanaman-tanamannya tanpa bicara. Aku pernah bertanya, "Kenapa daun-daun di tanaman bonsai bisa jadi kecil padahal bentuk alaminya besar ?". Itu perlu waktu bertahun dengan proses pruning atau pemangkasan dengan berkala, selain itu ada proses khususnya seperti mengurangi intensitas penyiraman, pupuk, dan penyinaran matahari. Guguran daun yang dipotong akan membusuk dan menjadi pengkaya bagi yang segera tumbuh.

Pohon bonsai yang ada di sekitaran saung kebanyakan beringin yang bisa berukuran raksasa kalau dibiarkan hidup di alam bebas. Kenapa tidak dibiarkan tumbuh bebas saja ?. Keindahan yang besar membutuhkan jiwa yang besar untuk mewadahinya. Ketika kita bisa menyesuaikan keindahan sesuai dengan kapasitas kita, kenapa tidak.. Dari keduanya tidak ada yang salah. Tinggal bagaimana kita mengukur diri sendiri untuk itu. -Membuat selalu lebih mudah ketimbang merawat.

Pukul delapan aku sudah di Cilenga untuk latihan. Lagi, aku melewati makam luas yang bersih ini. Kali ini aku sengaja mampir dan jalan mengitari seluasnya. Rumput-rumput yang 'papak' dan pohon-pohon besar, iri pada mereka, aku selalu menyukai pandangan seperti ini..

Selepas jumatan aku mampir ke kafe nya Iqbal, Sabari Coffee. Aku sudah lama tidak bertemu padahal masih tetangga kampung. Aku dibuatkannya segelas Matcha Latte dingin dan itu menyegarkan setelah cuaca panas pertanda akan hujan hari ini. Selain itu cukup mendinginkan emosiku karena kacamata ku terinjak bocah saat jumatan, ada-ada saja memang hari ini.

Hujan turun cukup deras menuju sore hari sampai lewat petang. Udara jadi dingin tapi anginnya sedikit menyakitkan.

Pulang ke rumah sebelum isya untuk makan malam. Si Challa 'seseledek' mencari kehangatan diantara aku dan si Ibu.

Malam masih punya waktu. Aku berniat merekam guide lagu yang kubuat untuk acara di Garut tapi aku salah terus ketika recording. Memang bukan gitaris sih 😑. Akhirnya Ijal datang membantu, tidak memakan banyak waktu sampai 60% guide lagunya berhasil terekam. Kami berhenti pukul 23.45 karena besok pagi mesti bekerja lagi.

-


Sabtu, 17 Juni 2023. "Ikhlas adalah kekuatan tidak terbatas. Efeknya akan berbeda-beda pada setiap orang, tergantung kebutuhannya. Pa Asep adalah contoh real untuk itu. Terlepas dari apapun yang kita kerjakan belakangan ini, keutamaan yang kita cari adalah kebahagiaan untuk orang-orang.", A Rais berujar padaku begitu kesibukan hari ini selesai.

Hanya sedikit penasaran, pasalnya aku yang delapan tahun lebih muda tapi endurance ketahanan tubuhku tidak lebih kuat dari mereka. Pulang ke rumah selalu 'mopo', padahal rasanya waktu tidurku dirasa cukup juga (atau gara-gara belum punya istri seperti mereka yak hahaa). Mendapat jawaban spirituil kiranya memang lebih bisa diterima dari seorang rohaniwan yang dekat dengan tuhan atau dari seorang seniman yang seorang 'perasa' kawakan. Itu berarti yang bermasalah ini memang badan atau kepalaku.


Aku cukup beruntung memiliki mereka sebagai teman berproses dalam sisi pekerjaan ini. Dengan patreon Pa Asep dan A Rais yang notabene dua-duanya guruku dalam musik tradisi. Perkumpulan ini-dengan mereka buatku lebih ringan dan 'menerima'. Aku pernah 'bongkar-pasang, keluar-masuk' beberapa komunitas seni tradisi, tapi akhirnya tetep nyantol ke mereka. Mereka tidak pernah merasa eksklusif. Meski terkadang banyak saja hal impulsif yang tiba-tiba terkadi diatas panggung, kami selalu bisa mengatasinya sejauh ini. Kami kadang mesti 'parea-rea' hanya untuk memilih gending pembuka haha.


Setiap sepulang pekerjaan 'seperti ini' seringkali mengambil jeda. Dan tidak berkeinginan apapun bahkan untuk hanya bicara. Pesan-pesan di whatsapp menumpuk, aku sama sekali tidak desire untuk membukanya. Karena yakin beberapa dari pesan itu memiliki 'tekanan' yang lain buatku. Yah paling untuk yang benar-benar urgen saja. Kemajuan teknologi hari ini memang sangat memudahkan, tapi juga melelahkan secara mental. Kita jadi bisa meringkas banyak hal dengan waktu yang lebih singkat, mendapat kepastian dengan lebih cepat. -Kita kehilangan kearifan memaknai waktu menunggu.


Bermain biola seperti ini sudah kubayangkan sejak tahun 2009. Dengan keadaanku waktu itu, sama sekali aku tidak terfikir dapat melakukannya, terlebih akan memakai hal ini untuk bekerja. Fee untuk kerjaan seperti ini-di sekitaran tempatku barangkali tidak besar juga, tapi yah minimal 'ada'. Lagipula aku tidak bisa 'berikhtiar' dengan berkhotbah berbaju putih dan pura-pura sebagai orang bersih atau berwirausaha dengan modal dari harta yang entah dari mana dan dari siapa. Pekerjaanku yang ini mesti selalu menyuguhkan ke-riang bahagiaan, meski kadang para pemainnya yang sedang tidak bahagia haha.

Kuncup mawar ini tumbuh diatas makam.

Beristirahat sebentar ketika turun panggung hari ini. Bersandar di pohon besar yang ada di makam sebelah tempat aku bekerja. Aku sempat bergumam tentang hal yang 'sepertinya enak kalau begini, sepertinya enak kalau begitu'. Membayangkan keadaan yang 'lebih' kelihatannya. Buat orang sepertiku melamun saja sudah cukup membuat bahagia.

Sebaliknya di sisi lain, jika memang tidak berkeadaan seperti sekarang bisa jadi aku tidak akan mempunyai hasrat untuk berfikir atau mungkin memaksakan diri untuk belajar mandiri, tentang apapun. Kemudahan proses bagiku jarang didapatkan dengan cuma-cuma. Sampai kadang harus mempertaruhkan rasa malu karena memang ada yang harus dilakukan sesuai arah tuju.


Muhammad 'Hagoromo' Hagie, putra kyai pesantren Al-Barokah Rancapaku yang sekarang berdomisili di Yogya bekerja sebagai editor di penerbitan buku tiba-tiba mengirimi gambar dengan quotes ini. Ini membuatku tersenyum haha. Pertanyaan menyoal Yesus atau ke-kristenan sering kudapatkan. Entah sejak kapan juga orang mulai bertanya padaku tentang itu. Aku menjawab Hagie juga dengan sederhana, "Sebagai muslim meskipun yang yaa segini adanya, Aku mempercayai Yesus-Isa adalah sebagai utusan. Aku tidak perlu mengerti apapun tentang itu, Qur'an telah menceritakan semuanya".

Katedral Bandung, 2011-2015. Awal-awal aku bernyanyi untuk gereja

Orang-orang yang mengenaliku barangkali sudah tidak asing dengan kalung salib templar yang selalu kupakai sejak dulu. Ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan ke-aqidahan ku sebenarnya haha, meski sampai sekarang aku dipelihara dengan baik oleh orang-orang gereja. Pula ini tidak ada kaitannya dengan laskar tarekat Kanesah jika di kristen dalam sejarah. Memakai kalung ini sejak lama sebenarnya gara-gara ini sebagai hadiah yang diberikan temanku, sebagai yang menyukai gambar, aku suka bentuk ini, tidak lebih dari itu. Aku punya banyak koleksi salib, pun dengan rosario-nya, semuanya dari itu adalah pemberian, tapi yang paling kurasa cocok adalah yang ini hehe. Laskar Kenisah atau kesatria templar didirikan di Yerusalem antara tahun 1118 dan 1119 M, setelah perang salib pertama atau sekitar tahun 1096-1099. Tugas utamanya adalah melindungi orang-orang yang bepergian ke Tanah Suci (bagi orang kristen), setelah kupikir yaa tidak jauh-jauh juga dengan martabatku yang sebagai 'petarung lain' yang berjuang dan melindungi ini hihi.

-


17 Juni ini adalah hari ulang tahun adikku. Dia bersiap untuk melaksanakan KKN perkulianannya bulan depan. Aku tidak berniat ngado tadinya haha, tapi aku ingat kakakku ngasih uang pas aku ulang tahun dan rasanya menyenangkan dapat perhatian. Akhirnya aku jadi ngirim juga padahal lagi ngirit haha. Yasudahlah pun ini tidak setiap hari pula.. 


Zaki Jauhari mengirimkan foto Ayung yang sedang mempersiapkan ujian tugas akhir penyutradaraan di ISBI Bandung. Ujiannya tanggal 26 Juni ini, sayang sekali aku tidak bisa hadir untuk menonton karena aku sudah dalam rencana perjalanan lain sekitaran tanggal itu. Semoga lancarlah yaa..


Petang, mendapati foto teman-teman yang berada di Ranupani begini juga menyebalkan sebenarnya hehe. Harusnya hari ini aku ada disana bersama mereka, tapi aku malah keterusan bekerja ckckck. Lagi-lagi perjalanan yang bukan milikku, tapi syukur mereka terlihat sehat dan menikmatinya. Salah satu dari mereka ada yang masih sering menolongku dan kubuat repot, sampai sekarang, maafkan gaesss 😅.

Hari minggu esok aku ada yang tawari ngamen lagi. Tapi aku lebih memilih untuk istirahat dulu hehe.. Meski akhir-akhir ini melelahkan, aku masih diberi rizki yang bertubi-tubi. Kalau dalam keadaan begini kadang aku jadi mencurigai tuhan tentang apa yang sedang Ia persiapkan terjadi di waktu depan haha. Let's seeeee 


Kamis, 15 Juni 2023

Daily God's offer #7 : A little on the edge

Kesulitan mendapatkan celah bahkan hanya untuk sekedar membaca dan menulis. Yah meskipun sebenarnya tulisan ini juga cuma jurnal harian. Tapi aku butuh menyimpannya sebagai 'bahan-bahan'. Aku juga telah sadar jauh sudah lama, buatku, hal yang lebih menakutkan dari kehilangan perhatian adalah kehilangan waktu.

Senin, 12 Juni 2023. Badanku sekarang sebenarnya sudah tidak menyenangkan, tapi menjalani hari 'sesuai jadwal' membuatku jemu juga. Aku mendapati pesan whatsapp dari nek Rose tentang program summer camp. Sudah lama aku ingin 'belajar' lagi, tapi tidak memungkinkan dengan banyak keterbatasan saat ini. Aku mencoba mengapply daftar jalur beasiswa dengan tes asesmen dasar. Hasil skornya tidak terlalu jelek hehe.. Selain itu aku sudah lama juga tidak merasakan 'ujian' dengan soal-soal akademik seperti itu. Kalau masuk ya syukur, kalau tidak juga yaa belum rizkinya.

Malam harinya aku gunakan untuk 'membenahi' lagi lagu yang kubuat untuk tanggal 27 nanti. Dikerjakan di ruang kegiatanku, sudah ada Diwan Masnawi, Cep Thoriq dan Wildan ketika aku datang. Akhirnya kami jadi ngobrol-ngobrol sebentar. Karena sudah lama juga beberapa 'former' Kuluwung tidak berkumpul begini. Diwan tidak lain ini adalah putranya seniman besar Acep Zamzam Noor yang sedang menempuh pendidikan magister filsafat di UGM. Cep Thoriq seorang bibliophile dengan seribu tanya di kepalanya yang sedang memaknai waktu, Wildan ini teman dari Suryashvara yang sekarang ini jarang ketemu karena sedang 'menggeluti' bidang lain, aku sering tanya-tanya soal tanaman padanya karena dia alumni jurusan Agrikultur.

Selasa, 14 Juni 2023. Pagi-pagi aku sudah mendapat email dari program yang ku apply. Dengan hasil skor kemarin aku termasuk pendaftar yang qualifikasi untuk program itu. Its mean aku teu bodo-bodo teuing haha. Langkah selanjutnya adalah aku harus membuat email permohonan beasiswa kepada sponsor. Yah.. Kita lihat minggu depan, apakah aku akan masuk atau tidak hehe. Sisa hari itu aku menghabiskannya dengan latihan musik.

Rabu, 14 Juni 2023. Hanya selang sehari saja aku punya waktu agak longgar. aku kembali 'bekerja'. Bangun pagi-pagi, membeli sarapan sebagai energi di tempat yang bahkan yang tempatnya tidak kuketahui. Bapak ini begitu ramah, dengan pakaian khas Bapak-bapak zaman dulu. Baju batik rapi, peci hitam, lengkap dengan arloji. Kupat tahu nya juga enak sekali.

Sambil makan, aku memandangi dekoran kaligrafi hadits-hadits dan terjemahnya pada dinding madrasah tepat di sebrangnya. Gambar seperti ini sudah membuatku terbayang waktu dan ketelitian pembuatnya.



Nek rose mengirimkan video kolase tentangku di rentang tahun 2019, 2020, 2021. Ini waktu yang menyenangkan. Kesibukan tepat yang kugunakan sebagai pelarian. Ini membuat hariku menjadi baik bahkan masih saat pagi.. Aku jadi merindukan beberapa teman-temanku yang ada di sana yang sudah terpencar kemana-mana.

Kembali ke 'pekerjaan'. Diakui semua teman-teman yang berproses tahun ini, kami merasa sudah 'giung' ngurusi hal begini hehe. Tapi yaah.. Mesti ada yang diperjuangkan, jadi kami tidak punya pilihan. Kadang kami mengalihkan kelelahan dengan seperti ini juga hehe.

Petang dengan raut wajah yang sudah berantakan. Aku bantu-bantu sedikit ngurusi acara teman-teman di tempat kerja mereka. Sebelum itu aku 'disogok' dulu dengan jajan durian. Padahal aku tidak begitu suka dengan baunya.. Jadi, ini kali pertama aku memakan durian, ada pusing-pusingnya. Aku pulang pukul 11 malam dan langsung beristirahat.

Kamis, 15 Juni 2023. Ban motor yang kupakai bocor sebelum berangkat kuli 'berkewajiban' hehe. Hikmah bangun pagi adalah tetap punya waktu toleransi ketika mendapati hal seperti ini. Alih-alih terkonsen mengusahakan yang 'hidup', yang 'mati' kadang luput dari perhatian. Huhuu, kamu sudah bekerja keras membantuku beberapa waktu ini.. 

Ini hari panjang, padat dan sulit punya waktu untuk sekedar buka handphone untuk memotret kegiatan sebagai catatan. Cuaca yang panas, tangan kotor, badan penuh keringat, boro-boro nafsu ngecek-ngecek hp hehe. Tapi setidaknya hari ini lancar.. 

Selain itu aku dapat oleh-oleeeh inii.. 😍 yang ditengah itu Kriminil Calico Plant, Josephs Coat Parrot Leaf atau Alternanthera ficoidea. Jenis tanaman yang cocok untuk tumbuh di negara tropis. Karena jenis daunnya yang tebal. Daun tanaman ini cocok digunakan untuk melindungi tanah dari longsor dan erosi air tapi kusimpan dan kubiarkan tumbuh pada pot karena yaa cuma satu hehe.

Terlepas dari hal 'perkulian' karena aku memiliki tujuan dekat waktu ini, kegiatanku waktu-waktu ini juga sangat berfungsi 'mengalihkan' hal-hal tidak baik yang ada di kepalaku. Aku tidak keberatan meskipun memang kelelahan. Itu juga waktu yang dibutuhkan olehku saat ini untuk 'mengurangi' intesitas disekitaran tempat yang telah membuka gerbang kekecewaan. Sebenarnya dua tahun pergi darisini masih tidak cukup untuk 'menghapuskan keberadaan'-ku di waktu-waktu lalu. Aku masih ingin tinggal di suatu tempat dimana saja, dimana tidak ada orang-orang yang mengenaliku. Memulai lagi kehidupan yang baru.

Yah.. Sebagai penutup kali ini, aku mengutip kalimat dari tulisan Hanafi Muhammad yang menurutku cocok untukku dua hari ini, "... Hingga selalu ada yang tertinggal dalam kegelapan yang disukainya.". 

Aku masih punya api membara yang bisa kapan saja kugunakan untuk membakar habis semuanya, sesuai dengan permintaanmu.









Minggu, 11 Juni 2023

Daily God's offer #6 : Empezar a Sonar

Jumat, 9 Juni 2023. 'Memasang mata'. Kerjaan begini buatku agak tidak cocok sebenarnya karena mesti memperlihatkan persona yang tegas-galak. Sebenarnya jika yang diawasi dapat adil memposisikan diri, suatu saat seharusnya tugas seperti ini tidak diperlukan lagi. Tapi yah.. Perlu waktu untuk dapat mencapai kondisi itu. Buatku yang suka berdiam, tugas seperti ini tidak masalah. Aku bisa menggunakannya buat menulis dan membaca sedikit. Dan aku selalu senang mendapat potongan-potongan kalimat atau paragraf yang menarik dari buku yang kubaca. Yang kubaca kali ini buku berjudul "To Walk The Sky Path" karya Phyllis Reynolds Naylor terbitan A Dell Yearling Book. Buku novel dalam bahasa inggris yang memang terbit di Amerika. Ini buku pemberian Nek Rose.

Tidak banyak yang dilakukan hari ini. Meski intensitas kegiatan sudah agak berkurang, tapi masih ada beberapa yang harus diselesaikan. Aku menulis beberapa kalimat untuk keperluan lirik musik untuk tanggal 27 Juni, mentok karena kurang referensi.

Sore hari, Jojo mengabariku bahwa ada satu dari tiga alternatif ilustrasi coverku ada yang disetujui pimpinan redaksinya. Jadi kalau tidak ada halangan gambarku akan ada di cover novel Jojo yang terbaru.. Aku tiba-tiba senang hari itu.. Di ranah per-seni rupaan Tasik aku tidak pernah mendapat tawaran untuk ilustrasi-ilustrasi seperti ini.. Hehe gambarku memang tidak terlalu bagus sih compare dengan pelukis manapun di Tasik.. Selain nambah portofolio, secara pribadi aku senang ada bagian karyaku yang dikontribusikan ke karya sahabatku.. Aku tidak sabar melihatnya dalam bentuk buku dan segera ingin membaca novelnya Agustus mendatang..

Sabtu, 10 Juni 2023. Hari kedua untukku bertugas. Tidak banyak yang berubah dari segi aktivitas. Hal menyenangkan hari ini aku diberi kopi dari Bu Utari yang dibagi bersama Pa Andri hehe.

Menuju siang, aku pergi takziah ke rumah Mang Ade Parjan bersama beberapa rekan kerja. Istri mang Ade berpulang hari jumat kemarin. Bagi orang-orang yang punya waktu di tempatku bekerja barangkali pasti kenal dengan Mang Ade. Jika setiap hari kita mendapati lingkungan yang bersih di tempat ini, itu tidak lain mang Ade yang melakukannya.

Sosok mang Ade yang tidak banyak bicara. Selama berdampingan bekerja denganku, aku tidak pernah mendengarnya protes soal apapun disini. Mang Ade buatku sangat bersahaja. Pekerja keras dan orang paling ikhlas di tempat ini. Rumahnya yang jauh dari tempat bekerja beliau tempuh dengan berjalan kaki. Beliau selalu enggan ditawari tumpangan oleh siapapun meskipun satu arah jalan pulang. Tapi hari kemarin semua orang terenyuh karena mendengar tangis dan melihat air matanya saat kehilangan istri yang dicintainya.

Malam hari, disela-sela membuat lirik untuk lagu di satu dekade harian Garut, aku ditelpon si adik bungsu Cep Leo. Menyambungkannya ke Pa Joshua. Kami ngobrol lama karena sudah lama juga tidak bertemu. Keluarga yang dulu 'menangani-ku' dan sekarang menangani adikku ini sedang berada di kampung halamannya. Tapi syukur semuanya terlihat baik dan sehat.

Minggu, 11 Juni 2023. Bi Lia mengantarkanku goreng sukun ke saung tempat aku melamun di belakang. Energi yang dibutuhkan untukku yang mulai lagi menyusun lagu dari lirik yang dibuat kemarin malam.

Setengah delapan pagi aku mengantar Ijal ke Pa Asep untuk membawa Kendang ke Cilenga. Mereka latihan untuk perpisahan di SMP Cilenga. Kedua kalinya aku kesini dengan tahun kemarin, dan aku selalu senang melihat pemakaman luas di pinggir sekolah ini. Bersih dan terbuka.. Kedamaian bagi mereka yang sudah tidak memiliki kata fana.

Seperti yang dikatakan Kakek Wally terakhir aku bertemu. Hari minggu adalah libur yang hanya sekedar teori. Termasuk buatku hari ini. Mau tidak mau aku harus menyelesaikan tugas-tugas 'berkas' yang sama sekali bukan gaya-ku. Aku tidak cocok dengan kerjaan begini sebenarnya. Tapi apa daya, untuk keleluasaan kegiatanku yang akan beruntun minggu ini, semua mesti kuselesaikan hari ini.

Adikku sudah kembali ke Bandung sepulangnya dari Malaysia dan pulang sebentar ke Tasik. Dia sudah berkumpul lagi dengan teman-temannya. Dia akan melaksanakan KKN bulan Juli depan. Nah tinggal aku yang mikirin 'bekal'-nya sekarang huhuuu

11 Juni. Ini hari ulang tahun kakak perempuanku. Dulu kita suka punya waktu bersama menghabiskannya. Seperti di foto ini dari tahun 2013 kalau tidak salah. Jalan di sekitaran ITB begini sudah cukup menyenangkan buatku.



Selesai mengerjakan 'tugas berkas' aku dan Wawan menyusun melodi untuk lagu tanggal 27 nanti. Mungkin belum semuanya tapi minimal hari ini sudah 40% terdengar bentuknya.. Menuju sore kami menyerah haha. Kepalaku dan Wawan sudah terlalu lelah mencari 'suara'.. Akhirnya Wawan pulang sebelum maghrib.

Aku mesti beres-beres dan nyapu dulu. Jajan minuman berenergi ke depan tempat kerja. Aku selalu sedih melewati gerbang utama. Pohon-pohon besar ini ditebang kerindangannya sejak 'kepemimpinan baru' dan aku tidak tahu alasannya.. Aku yakin pohon-pohon ini akan pundung dan tidak akan tumbuh lagi sirung. Padahal di daerah 'belakang' sampai harus mengangkut tanaman-tanamanku dari saung hanya sekedar supaya terasa lebih asri dan nyaman. menyedihkan.

Jumat, 09 Juni 2023

Erni Agustin Rahayu, A woman who bring inexperienced villager to the another role.

Aku agak bingung harus memulai darimana ketika memulai menulis tentang perempuan luar biasa ini. Sejujurnya, aku sudah lama melihat dan mengenal nama Erni Agustin Rahayu di ranah kesenian Tasikmalaya dan tidak pernah terfikir sedikitpun untuk memiliki kedekatan seperti sekarang. Magister teater lulusan STSI Bandung ini memang brilian. Alih-alih mengambil jurusan teater sebagai konsen studi, teh Er memiliki banyak interest pada bidang lain, diantaranya menulis puisi, naskah, menggambar, crochet dan fotografi.

Sampai seuisa SMP sebagai soliter diluar 'jam sekolah', dengan keadaanku saat itu yang rentan insecure untuk bergaul, kata 'teman' buatku yang sudah cukup hanya dengan imaji saja. Dalam seusia itu aku sudah pandai berutopia. Membuat dunia sendiri cukup dengan tangan, pensil dan kertas. Memasuki usia SMA, puberitas menyerang, selain tertarik dengan perempuan aku juga mulai tertarik dengan kesenian lain selain menggambar. Saat itu aku mulai punya hati pada gitar dan mencoba 'kecocokan' pada teater. Jika tidak salah, tahun 2009, kelas X SMA, Aku menonton pertunjukkan 'Menunggu Godot' yang dipentaskan oleh Teater Dongkrak - Tasikmalaya. Tapi aku ingat teh Erni ada disana. Melihat para aktor disana aku mulai pada tahap menyukai teater sebagai penonton. Selain 'Menunggu Godot' aku juga pernah nonton 'Sadrah' yang aku lupa tahun berapa. Kembali ke kehidupan di Sekolah aku mencoba kecocokan pada teater dengan mengikuti ekskul Sanggar Gama. Ternyata tidak seperti yang kukira. Aku tidak begitu betah dan percaya diri untuk urusan akting saat itu. Bahkan pernah beberapa kali ikut latihan gabungan dengan teater dongkrak di gedung kesenian Tasikmalaya sekitar tahun 2011. Menuju penghujung perjalanan masa SMA, pada akhirnya aku tidak begitu berkembang juga. Pada musik, pun teater.

Lulus SMA, aku mengejar seni rupa di STSI Bandung dengan sembunyi-sembunyi. Ini tahun-tahun kekecewaan. Jadi aku tidak akan menulis banyak tentang ini. Kembali ke Tasik, aku harus masuk jurusan Teknik Industri. Dijebak kakak perempuanku dengan iming-iming ada pelajaran menggambar. Aku yang terlalu naif dan putus asa sampai tidak sadar bahwa jurusan teknik adalah sarang besar pelajaran eksakta, aku benar-benar berusaha keras untuk keluar darisini. Masa itu aku adalah seorang mahasiswa kupu-kupu. Melarikan diri dari ketidak-betahanku, kepada Pa Asep dan teh Neng Rachmayati Nilakusumah, aku mulai belajar dan jatuh cinta pada tari dan musik tradisi.

-

2019. Barangkali itu tahun pertama aku 'direkrut' oleh teh Erni, A Edi Martoyo dan tim. Saat itu aku ditawari untuk menjadi figur dalam video profil dinas pariwisata kabupaten Tasikmalaya. Sempat ragu, karena aku tak piawai bersolek di depan kamera. Tapi aku yang sedang tidak bekerja dan mencari kesempatan untuk melarikan diri pada perjalanan, akhirnya aku menerima ajakan itu. Dalam sebulan penggarapan aku punya banyak perjalanan. Curug Batu Blek, Karangtawulan, Pamijahan, Kampung Naga, Kampung kreatif Sukaruas - Rajapolah diantaranya.

Aku mulai agak terbiasa dengan kamera meskipun itu hasil dari banyak take yang diambil. Teh Erni yang saat itu posisinya 'memantau' dari kantor hanya bertemu denganku saat aku berangkat dan pulang saat perjalanan saja. Jadi tidak begitu komunikasi dengan intens. Setelah semua video selesai, overall teh Erni terlihat 'menyukai' apa yang kubantu lakukan untuk project itu. Kita tidak berkomunikasi lagi.

2020. Tahun yang tiba-tiba mengangkatku ke permukaan setelah hiatus dari sosial kesenian. Aku menghabiskan masa kegelapan tahun ini dengan meluapkannya pada lukisan seri. Tahun itu A Edi dan teh Er kembali menghubungiku. Mereka mengajakku untuk terlibat dalam proes penggarapan untuk festival film pendek Jawa Barat. Chalenging dan membuat goyah. Film pendek yang digarap ini adalah cerita fiksi. Jadi aku mesti berakting dan berdialog, berbeda dengan project dengan teh Erni yang sebelumnya. Terlebih aku harus beradu akting dengan si Bapa. Aku juga tidak faham kenapa aku dipilih sebagai aktor dalam film pendek ini. Pasalnya 'psichally' aku tidak termasuk kategori aktor yang berparas kaukasoid-minimal berkulit putih seperti yang digandrungi publik belakangan ini, apalagi aku memiliki banyak fitur 'kecacatan' secara personal. Dalam penggarapan ini komunikasiku lebih intens dengan teh Erni karena teh Er terjun langsung sebagai 'dramatur' untukku. Itu pertama kalinya aku bermain untuk jenis akting yang seperti ini. Teh Er yang faham tentangku yang tidak memiliki background film dan keaktoran membimbingku pelan-pelan. Aku diajari banyak hal, bagaimana mendalami karakter dari peran yang dibawakan, gestur, penggunaan mimik ekspresi, bahkan olah sukma dalam penggarapan film pendek ini. Aku mulai menyukai sebagai 'peran' sebagai aktor pada film ini.

Dengan judul film "Sang Penjaga Warisan", hanya berselang satu tahun dan satu kali pengalaman berperan di depan kamera, sama sekali tidak terfikir bahwa film ini membawaku sebagai aktor terbaik saat festival film itu. Pencapaian besar buatku yang aktor kacangan. Efeknya ? Banyak, tiba-tiba beberapa agensi film menghubungiku, aku jadi kenal dengan beberapa aktor senior, memberiku identitas baru di sosial masyarakat (yang mana berat juga ekspektasinya ampun) dan banyak lainnya. Yang pula negatif juga ada.. Tapi yah.. Aku menggunakan ini sebagai motivasi saja..

2022. Tidak berlebihan jika banyak orang-orang menyebut teh Erni sebagai jenius. Proposal film dokumenter Batik Sukapura yang teh Erni buat ternyata lolos seleksi untuk film yang digawangi Fasilitas Bidang Kebudayaan (FBK)- Kemendikbud 2022. Semua tahu FBK ini seleksinya sangat ketat dan sulit, dan Teh Erni adalah salah satu yang lolos tahun itu.

Ini penggarapan yang lebih besar. Melibatkan banyak kru dan dengan manajemen yang serius. Aku bertemu beberapa wajah lama dan orang-orang baru. Dua bulan proses pengambilan gambar, kami jadi memiliki ikatan emosional.

Hal menyenangkan adalah dalam film ini tidak ada dialog. Jadi aku hanya merepresentasikan tokoh tanpa nama saja. Teh Er membebaskanku berkeksplor dalam beberapa adegan seperti di segmen tarian, ini ringan dan menantang untukku. Sejauh mana persepsi gesturku dapat diterima oleh sutradara kebanggaanku itu. Sebagai ganti rintangan lainnya dalam film ini, aku harus mengisi voice over sebagai bagian dari narasi dalam film itu. Teh Er tahu juga aku tidak piawai soal ini.. Menemaniku di studio rekaman suara sampai aku selesai. Mengarahkan intonasi, menggunakan emosi pada 'suara' ini hal yang baru juga. Siapa yang menulis narasi untuk film ini ? Teh Erni juga ! Sutradara ini memang full-package, talenta lengkap dalam satu figur.

Gara-gara film ini aku juga jadi kenal dengan pa Rd. Atik Suwardi, musisi dan sound-engineer senior dari Tasik. Aku diperlukan untuk menyusun musik di beberapa scene establish dalam film ini. Bersama pa Atik yang 'eksperimental', aku mengangkat melodi Karatonan Tarawangsa sebagai pembuka. Lagu ini jadi lebih terasa perdu dengan ornamen-ornamen yang pa Atik 'terapkan'. Terimakasih, Pa !

Penggarapan film selesai di akhir tahun 2022. Teaser film tersebar di media sosial dengan apresiasi luar biasa. Premier penayangan film sampai diminta pada peresmian Gedung Creative Center (GCC) yang diresmikan langsung oleh gubernur Ridwan Kamil. Aku tidak ada saat itu karena sedang dalam perjalanan safari sastra.

Manfaat film dokumenter ini juga dirasakan oleh banyak kalangan. Para pengrajin Batik yang mulai dikenal publik, sampai para akademisi. Bu Santi Susanti barangkali salah satunya, dosen brilian Unpad sangat antusias dengan film ini karena relate dengan jurnal penelitiannya. Selain itu kami sampai berkesempatan diundang oleh Keluarga Wargi Sukapura, keluarga keturunan langung bupati R.A.A Wiratanuningrat untuk menayangkan film ini pada mereka sebagai 'pemilik aslinya' dari segi penggunaan kebudayaan.

Selama berporses, sebagai seorang soliter yang mulai terbuka aku banyak mendapatkan hal baru, aku sih seneng aja (Yaiayalah seneng yaa, jalan jalan 😂).  Pengalaman, tempat-tempat yang belum pernah kukunjungi, makanan, bahasa, kebiasaan,  orang-orang, dan banyak hal lainnya yang aku tidak tahu. Takaran keinginan memang tidak pernah tentu. Saat berada disini kita ingin kesana, saat memakai ini kita ingin memakai itu, saat memakan ini kita ingin memakan itu, saat kau bersamaku kau malah ingin bersamanya *eeeh 😂 (yang terakhir bercanda 🤣)

Kita sering beranggapan apa yang terlihat indah dari kejauhan seberang lebih baik dari apa yang kau miliki sekarang.. Benar atau tidak ? Keduanya bisa saja.. Hanya saja.. Pada saat proses itu beberapa kali terlintas ini di pikiranku.. Sering kutemukan juga beberapa orang yang mungkin selalu mengutamakan akhir dari tujuan.. Dan mereka terkadang melewatkan hal-hal berharga yang ia temukan dalam perjalanan..

Teh Erni, perempuan berambut ikal bergelombang dan punya sorot mata misterius itu sudah membawaku pada banyak perjalanan 'lain'. Pergerakannya tidak terdengar seperti akar yang tumbuh, tidak seperti suara pembangunan yang gaduh. Dia tak pernah melayani cela dengan cela. Buatku, karya-karyanya yang besar sudah lebih dari jawaban yang tidak bisa diremehkan hati, mata dan telinga.

Terimakasih sudah berkenan melibatkanku dalam perjalanan kekaryaanmu, sutradara kebanggaanku, Teh Er !