Malam minggu terjebak di sekolah. Gerbang dikunci padahal belum lewat jam 10. Tidak biasanya. Akhirnya menginap bersama temanku yang sama-sama terjebak. Bangun pagi yang tidak kesiangan meski hari libur, kami jadi bisa punya waktu untuk menikmati teh bersama. Aku pilih teh lokal, dan dia pilih teh dari india hadiah dari bu Rosemarie. Setelahnya aku memilih pulang setelah temanku itu ada yang 'menemaninya'.
Minggu, 21 Mei. Sesuai yang direncanakan hari itu, aku menulis catatan kecil sebagai obituari untuk almarhum sahabatku Desy Silvia. Aku tidak begitu suka hari-hari setelah ditinggalkan seperti hari ini sebenarnya.. Tapi ada yang mesti dilakukan, kehidupan kami sebagai yang ditinggalkan mesti tetap dilanjutkan.
Di rumah aku dikomplen oleh ibu dan bapa. Karena menulis dengan bahasa inggris, 'teu ngarti' cenah. Mereka kerap mengecek postingan-postingan whatsapp atau facebook-ku. Padahal aku ingin sembari kembali belajar. Setelah tidak punya kehidupan di Bandung sesering dulu aku jarang menggunakannya. Menggunakannya disini juga kadang disebut balaga. Letah sunda so soan ngomong bahasa Inggris, sering juga aku dapat obrolan itu. Padahal basa sundaku juga tidak jelas, baik undak-unduk basa nya apalagi aksennya. Kadang ada yang bilang aksen manado atau jawa, nga ngerti juga aku haha. Aku sih cuma takut seperti aku kehilangan bahasa jerman dan russia ku gara-gara kembali kesini. Yah setelah ini mungkin aku akan menulis campur-campur bahasa saja sebagai jalan tengahnya.
Mei masih menjadi bulan yang sibuk. Bahkan sampai akhir bulan ini. Aku sempat heran bagaimana Pa Asep dan yang lainnya bisa memanage stamina tubuhnya bisa tetap konsisten dengan ini. Aku kerap merasa lunglai, padahal rasanya dulu aku bisa lebih kuat dari ini.
Malam senin, Firmansjah 'Imong' berkunjung tiba-tiba ke saung. Kebetulan dia sedang hari libur bekerja dan dia mengatakan tidak tahu harus kemana atau melakukan apa haha. Akhirnya kita mengobrol sampai hampir larut, sampai aku terhenti karena Fahmi juga datang untuk bertemu sebelum dia pulang ke rumahnya meninggalkan Cipasung setelah tiga tahun. Malam panjang.
Senin, 22 Mei. Bangun tanpa kesiangan, aku sudah bersiap untuk hari ini sejak pagi. Tapi hari terasa berbeda karena kembali menjadi seperti biasa. Aku menghabiskannya dengan mengajar-belajar dasar-dasar tari bersama anak anak di sekolah sedari pagi sampai lewat tengah hari. Dan memang melelahkan.
Sepulangnya aku membelikan Uwa jus apel dan makan siang. Lalu bercengkrama sedikit setelah 'kutinggalkan sementara' gara-gara kesibukan ini. Uwa bercerita dikunjungi Pa Amang Syarifudin, muridnya dulu di SMA yang telah menjadi anggoda DPD RI. Barangkali salah satu kebahagiaan seorang guru adalah melihat dan dikunjungi murid-muridnya yang mendapat kehidupan lebih baik. Tapi kadang-kadang ini agak klise juga. Sebuah lembaga kadang hanya melirik alumni yang prestisius, secara 'posisi' dan 'finansial'. Sedangkan yang 'belum' kadang tidak, bahkan hanya untuk sekedar dilirik saja. Ini menurutku kultur tidak sehat juga. Jalan hidup orang-orang tidak mesti semuanya sama karena keadaan juga berbeda-beda dan dengan ini harusnya kehidupan jadi lebih berwarna.
Aku senang memperhatikan orang-orang, sampai kadang tidak memperhatikan diri sendiri. Hal seperti ini yang jarang kutemukan dilakukan orang-orang 'future oriented'. Dan aku jelas bukan termasuk di dalamnya. Barangkali sebagian dari mereka mengatakan ini membuang waktu dengan sia-sia, yah meski sah-sah saja, mereka sudah memiliki prioritasnya masing-masing. Sadar kita tidak bisa menolong semua orang. Tapi tidak ada salahnya juga kita menyimpan mata pada seseorang yang memang 'ada' di sekitar kita. Aku mungkin tumbuh dengan cara hidup kebarat-baratan sebagian mengatakan liberal-plural-inklusif atau apalah, sudah lama aku merasa masa bodoh dengan itu selama itu tidak mengganggu orang-orang. Tapi sejak lama aku tetap memegang kalimat rahmatan lil 'alamin. Ini menguras tenaga, kebermanfaatan untuk sesama, tapi aku senang melakukannya hehe. Lha paling kalau sudah tidak mampu juga aku nanti bilang.. dan minimal ini hal yang baik yang kulakukan disela-sela kegiatan membenciku yang tidak berkurang.
0 comments:
Posting Komentar