Selasa, 23 Mei 2023

Mom visited by Cirebon Poet

Lomba Baca Puisi diksatrasia UNSIL 2011. Sebenarnya aku mengunjungi acara ini untuk melarikan diri dari kehidupan perkuliahanku yang membosankan. Dari seratus lebih peserta, laki-laki ini adalah salah satunya. Barangkali puisilah mempertemukan kami. Faizal Maulana Sunnu, penyair Cirebon ini akrab dipanggi Sunnu. Sebenarnya Aku lupa bagaimana kita tiba-tiba duduk melingkar di gedung mandala. Saat itu yang kuingat ada Arinda Risa Kamal, AD. Rusmianto, lalu Sunnu dan dua temannya. Tertahan hujan sampai sore hari bagi kita tidak masalah sama sekali, percakapan perkenalan diseling petir yang bersahutan. 

Sejak dari itu kami intens berkomunikasi karena sama-sama tertarik pada puisi, yah meski dia lebih pro masalah ini. Puisinya kerap dipublish oleh media-media cetak dan online, bahkan sampai sekarang. Belakangan dia 'berkecambah' ke dunia fotografi, sampai akhirnya bertemu dengan istrinya, menikah dan memiliki seorang putri dari 'pencariannya' di dunia itu. Tidak banyak teman-teman yang 'berhasil' dekat dan 'menerima' ku, aku memang seorang yang menyebalkan, dari itu Ibuku menghargai kesulitan itu dengan menganggapnya sebagai 'anak-anaknya' yang lain. Kami kadang saling mengunjungi, aku ke Cirebon atau Sunnu ke Tasik, berkunjung jika sedang ada acara kesenian di Tasik ataupun sedang libur bekerja. 2019 sebenarnya kami sama-sama tinggal di Bandung, tapi tidak pernah bertemu, Sunnu mengujarkan sedang berkontemplasi. Buatku tidak masalah, karena untuk 'jenis' seperti dia memang kadang memiliki masa itu. Dari sejak itu, Aku tidak lagi meremehkan kekuatan tulisan. Karena beberapa dari yang kita ucap-tuliskan bisa jadi keabadian.

Seperti hari ini, dia berkunjung ke rumah dengan alasan 'ngaso', mengisi waktu jeda bekerja sekalian mengantar istrinya dari Cileunyi ke sekolah sebagai pengajar di SMA Al-Ma'soem Rancaekek Bandung, ke Tasik, agak keterlaluan memang, haha.

Kunjungannya kali ini kubawa ke tempat aku biasa bekerja dua tahun ini. Karena aku mendengar ada kabar-kabar 'permulaan' tempat ini mesti ditiadakan di tahun depan. Jadi jika suatu saat waktu itu memang datang minimal aku sempat membawanya kesini. Tempat ini begitu istimewa sebenarnya buatku. Sebagai salah satu 'warisan' dari Bapa yang suatu saat akan diambil alih kembali oleh 'penguasa' karena aku bukan teges 'ahli warisnya', tempat ini banyak sekali membantuku. Tempatku saling berbagi, belajar-mengajar, eksplorasi, kreasi, meditasi, menerima tamu-tamu, dan 'saling mendengarkan'. Ini seperti gerejaku sendiri.

Aku bahkan punya halaman yang ku isi dengan tanaman-tanaman. Kami sarapan Burrito. Ini Tasik tapi kami berasa di Washington, pagi-pagi sudah sarapan junkfood haha. buat seukuran orang pas-pasan begini aku jadi keliatan sombong xixi. Tapi yaah sekali-kali, ada tamu pula kan.

Pertemuan dengannya ini sangat singkat. Sunnu sampai kesini pukul 9 dan mesti kembali ke Bandung pukul 2 siang karena mesti menjalankan kembali 'tugas keluarga'. Kami membicarakan banyak hal dari yang remeh temeh, cinta, kekaryaan sampai hal-hal berat seperti filsafat. Sadar kami hanya punya waktu sedikit kami membuat pertemuan ini 'agak' padat.

Menelpon orang 'ketiga' diantara persahabatan-persaudaraan kami, Ayu Alfiah Yonas. Jadi dulu kami selalu bertiga pada masa-masa pencarian. Seorang fine-writer ini juga tidak kalah hebat. Tapi kali ini tidak bisa berkumpul bersama karena rencana kunjungan ini datang dengan tiba-tiba. Saat ini Jojo juga tengah progres editing naskah novelnya yang pengerjaan covernya diserahkan padaku (yang mana aku selalu ragu ngerjain beginian, selalu tidak percaya diri oy. Dan lumayan ada pencerahan setelah ngobrol sama Sunnu). Menelpon Jojo, aku sempat menangis. Karena awal telpon Jojo sudah menawarkan tangisan. Ini tidak menyenangkan sebenarnya hehe. Tapi tangis kerinduan ini juga merdu. Kami akhirnya merencanakan pertemuan lain dilain waktu. Ini akan sulit dikeadaan sekarang, tapi semoga dapat kami usahakan.

Di tempatku biasa bekerja ini kebetulan sedang membersamai teman-teman yang sedang mempersiapkan diri mengikuti beberapa cabang lomba seni. Salah satunya baca puisi, akhirnya sekalian kutodong saja Sunnu untuk berbagi. Karena aku tak pandai soal beginian, Azka dan instrukturnya Rizal Dzikri dapat kesempatan belajar dari ahlinya ! Dan itu menutup pertemuan kami kali ini.

Aku jadi buka-buka lagi foto pertemuan kami ditahun-tahun sebelumnya, ini dari 2012, 2013 dan 2018 akhir. Interface ku dulu memang agak jijay sih hehe yah.. Pencarian.

Aku juga menemukan foto Ibu dan Sunnu dulu tahun 2015. Dia tidak sebesar sekarang

-

14.07, aku berangkat ke Kota, karena mesti membeli shoulder-rest Biola. Panggungku terakhir bersama Kalyani memang agak teledor saat selesai pertunjukkan. Aku tidak membereskannya dengan benar, shoulder-rest ku hilang saat itu. Akhirnya jadi jajan.

Aku pergi ke MM Music Store di jl. Nagarawangi, tapi toko ini memang tidak punya segmen khusus untuk alat musik gesek. Jadi aku cuma dapat shoulder-rest yang buatku 'sementara' saja. Yah harganya lumayan bisa dikompromikan sih, daripada pegal karena tidak punya bahu 'lain' untuk bersandar 😢 haha.

Sore masih terang, jadi sebelum pulang aku mengunjungi Bu Suster Uchi, teman rasa tanteu yang sama-sama ikut proses di film Batik Sukapura. Aku pergi ke Naw-naw cafe jl. Dewi Sartika. Disana ada A Ochim (suaminya suster Uchi) dan A Ebih. Akhirnya kami ngobrol lama juga disini. Agak lama juga sejak kami bertemu di pemutaran film Batik Sukapura di GCC bulan Februari lalu, kami jadi ngobrol waktu-waktu jeda kami tidak bertemu, progres proses kreatif, nggosip yang penuh dosa haha, soal cinta, sampai urban horror legend. Tempat ini memang selalu memancing oborolan-obrolan menyenangkan hehe.

Lewat petang aku memutuskan pulang, karena mesti istirahat, esok hari aku masih punya beberapa kegiatan.

0 comments:

Posting Komentar