Senin, 24 Juni 2024

From your window



Senandung Mazmur

Dari luar jendela. Ingatan menyala
Serupa api. Dari lilin kecil dari gereja

Cahaya samar mengantarkan waktu. Serta do'a-do'a
Dari kelelahan yang dituliskan. Dalam bait lagu
Kegelisahan. Sengaja ditujukan bagi para pengelana
Bahwa sekali waktu. Ada yang harus dingat pada masa lalu

2021, Eki Naufal

Juni 17, 2024. Hari raya Qurban. Hari ini selalu menjadi hari yang penuh buatku di kampung. Karena kami para warga hari ini ‘bekerja’ sama-sama bagi-bagi tugas mengurusi qurban. Mungkin ini salah satu hari d imana kampungku terasa lebih ‘komunal’. Sebenarnya kampungku bisa dikatakan tidak besar, tapi sistem sosialnya agak ‘ruwet’. Ini palemburan dengan rasa perumahan. Ditambah lagi entah sejak kapan warga aslinya mulai meninggalkan kampung, lalu imigran-imigran kampung lain malah tinggal di sini.

Sejak mulai ‘dilibatkan’ dalam proses sosial ini, para pemuda di generasiku biasa mengurusi bagian membersihkan kadut. Dan ini harus tempat dengan aliran air yang baik karena kotorannya mesti langsung dialirkan. Kami biasa melakukan ini di saruni Leuwi Tugu. Sabenerna geleuh-geleuh acan ngurusi nu kieu teh, hanya barangkali ini yang menyenangkan karena kami bisa kerja bersama sambil bersenang-senang. Hanya saja semakin sini jumlah pemuda semakin berkurang, karena menikah, bekerja (bahkan di hari raya), dan kesibukan lainnya. Yah.. Tahun ini yang tersisa hanya segini.

Ini bagian paling sulit di kerjaan kami, memindahkan kadut yang terisi ‘penuh’ melalui jalan setapak untuk bisa sampai di saruni.

Kelelahan sisa kerja seharian.

Juni 18, 2024. Sebagai ‘pegawai bebas’ tentu saja aku tidak punya hal yang disebut cuti bersama. Hari ini aku ‘kerja’ yang lain yang biasa kulakukan hampir di setiap akhir semester.


Kebetulan hari ini aku mesti ‘melayani’ tempat Bibi ku bekerja, jadilah kami bertemu.

Sore hari adikku main ke saung. Sekedar gitaran ringan. Dia sedang pulang dari Bandung.


Juni 19, 2024. Rapat verifikasi. Aku tidak begitu senang memiliki kegiatan begini, tapi ini mesti dilakukan untuk perbaikan 'mereka'. Lepas dari apapun, aku tidak pandai dalam urusan pengambil 'keputusan'. Aku ingin semua subyek dalam rapat ini dapat berubah menjadi lebih baik. Meski aku juga tidak baik.

Saat rapat aku disuruh memasukan rambutku ke dalam topi. Katanya 'bisi dipake laporan'. Mereka masih 'takut' punya orang gondrong di sini. Atau, mereka malu ?, Bisa jadi, Haha.

Medium-longhair family.

Magrib, pulang. Sedari dulu kami terbiasa makan malam bersama, sambil mengobrol tentang yang ditemukan-yang terjadi hari itu. Tapi setelah budak garedé hal seperti itu jadi sakasampeurna. Adikku di Bandung, kakak laki-lakiku di Batam, aku lebih banyak tinggal di saung, yah paling kakakku yang paling tua saja yang di rumah.

Nerangkeun Google Drive.


Si Uyang. Bungsu si Ibu.

Juni 20, 2024. Bantu-bantu kerjaan A Rais di Cilenga.



Dan ternyata hari ini Pa Rais ulang tahun, jadilah kami ngabaso hehe.

Juni 21, 2024. Kurencanakan kembali bekerja ‘normal’ hari ini karena kerjaanku masih numpuk banyak. Tapi akhirnya malah diminta bantu-bantu pa Asep. Tiba-tiba harus handel main kecapi, ini sudah lama sekali. Bahkan jari telunjukku tidak pernah kupanjangkan, untungnya masih bisa diakali dengan finger pick-up. Tapi tetep tidak senyaman main pake kuku asli.

Aku selesai sore hari. Tapi sebelum pulang aku berkunjung dulu ke sanggar Harsa. Mereka sedang menggarap property-properti untuk pertunjukan yang rencananya akan dipentaskan bulan akhir bulan juli.

Pulang. Aku memilih membuat mie untuk makan malam. Kalau adikku pulang bahan-bahan masakan jadi jol sok araya.

Juni 22, 2024. Menghadiri seminar pesantren hijau yang jadi salah satu event dalam rangkaian acara pra-haol akbar masayikh Pondok Pesantren Cipasung.

Aku sebenarnya lebih ke curi-curi waktu untuk mengalihkan kelelahan kerjaan ‘normal’ yang kukerjakan sehari sebelumnya. Selain itu aku bisa ketemu guruku Pa Kyai Abdul Chobir.

Pa Sena, Pa Wahyudi dan Diwan Masnawi pada pemaparan materi.

Selesai seminar, aku ketemu teman lamaku Furqon Taufiq di rumahnya Najmi.

Aku bergegas ke perpustakaan, karena mesti bantu Pa Ilham dan Pa Adam sesuai 'janjian' untuk beres-beres menyortir buku-buku dari BAIS yang datang seminggu lalu.

Kami menyortir lebih dari ratusan buku. Pertama, kami memilah buku dengan kategori buku bacaan novel. Dan itu membuat kami terjebak sampai pukul delapan malam karena banyak sekali. Mungkin kami akan melanjutkan ini di hari-hari setelah liburan.

Pulang ke rumah, sedang ada konser kecil si Bapa dan si Iyan.

Ke saung. Memindah-tanamkan sansivera-sansivera hasil minta bantuan Lutfi untuk merampok rumah anggota DPR.

Juni 23, 2024. Kami makan-makan di rumahnya si neng.

Adi-adi araneh.

Sepulangnya aku membereskan tanaman-tanaman botolku di saung. Kupindahkan ke dinding depan supaya lebih rapi.

Petang menjelang haol, Adul mengirimkan pesan, tanaman oleh-oleh pesananku sudah disimpan di depan ruanganku. Terbaik memaaang hehe.

Ba’da magrib, aku ketemu teman-temanku yang datang untuk acara haol Pesantren Cipasung. Aku, Randi dan Ganjar memang biasa hadir bersama. Tahun kemarin aku tidak datang karena aku sedang dalam program beasiswa. Kali ini aku ketemu Azhar juga yang dulu di asrama Bahagia, sudah lama. Semuanya sudah jadi ajengan, kecuali aku yang malawidang hehe.

Randi menelpon anaknya, Kakang. Keur mejeuhna umur baceo. Ini lagi nyanyi lagu Doraemon. Bodor-bodor-na mah asa bangun siga Bapa na engke teh haha. Siga Randi leutik ngan pedah versi bodas kulitna haha. Aku senang melihat ini.. Teman-temanku sudah di langkah hidup yang lain. Beberapa waktu kadang aku juga ingin seperti di posisi mereka, tapi setelah dipikir lagi kadang juga tidak hehe.

Foto alm. Bapa di rumahnya Neng Ani, putrinnya Bapa.

Haol kali ini kami berkumpul di rumah TB. Waidzin, menantunya Bapa. Ini karena Waidin ini temannya Ganjar. Di sana sudah ada beberapa orang juga. Jadi kami bertambah banyak. Barangkali memang tempat ini menawarkan kemewahan dan kenyamanan. Tapi sebenarnnya aku kurang sreg di sini hehe. Tapi ya kita mesti bisa beradaptasi, namanya juga silaturahmi. Biasanya kami kumpul di sekitaran antara asrama Sejahtera dan Bahagia, dan di tempat ini kita lebih bebas bicara dan berekspresi. Selintas, perkumpulan ini agak asing. Padahal usia mereka rata-rata tidak jauh berbeda denganku. Aku merasa mereka lebih tua untukku haha. Mungkin karena aku keseringan maen dengan bocah, atau memang aku yang tidak berkembang soal kehidupan 'normal'.

Ngalongok Bapa. Acara haol begini biasanya aku 'absen' lalu makan di rumahnya.. Sekarang aku jadi asing.. Padahal dulu larsup ke rumah Bapa.. 


Sebagai gantinya, aku ngunjungi rumah Pa Kyai Chobir. Aku sebenarnya jarang sekali berkunjung begini, tapi kebetulan Husni dan Ganjar mengajakku jadilah aku ikut, Tapi alhamdulillah bisa ketemu. Selain alm. Bapa, yang sudah mengenal dan 'memaklumi'-ku ini adalah Pa Kyai Chobir.


Berpisah dengan Randi. Dua tahun kami tidak bertemu. Sejak dulu, aku selalu membiasakan diri untuk berpisah 'dengan benar'. Entahlah, mun teu kitu teh sok tara paruguh. Jadi aku mengantarnya ke depan gerbang sampai bertemu dengan rombongannya dari Bandung untuk kembali pulang bersama-sama.


Ketemu lagi Furqon. Ini jarang sekali terjadi. Karena jika acara haol pesantren begini Furqon biasanya sibuk sekali. Apalagi sekarang Furqon ini adalah 'bagian' dari keluarga Cipasung. 


Zainal Fiqri, ini yang selalu kenan ngirimi aku tanaman-tanaman karena punya greenhouse besar di Lembang-Bandung. Entah sejak kapan dia dipanggil Otong. Saat sekolah dia ini ketua sanggar Gama, aktor progresif pada zamannya. Setelah lulus dari Cipasung dia menyambung keaktorannya di Teater Awal UIN Sunan Gunung Djati-Bandung.

De Lala, cucunya alm. KH. Mansur. Neng Syaima, bungsunya pa KH. Ubed yang dirindukan semua orang. & Cep Thoriq, bungsunya pa KH. Koko. Cep Thoriq ini lead-nya Bajuri-team media Pondok Pesantren Cipasung. Jadi kalau melihat sebaran informasi-informasi, konten-konten media tentang Ponpes Cipasung itu kerjaannya Cep Thoriq dan tim-nya.


Pulang jam dua pagi. Husni dan Ganjar menginap di saung. Obrolan tentang prestige, pencapaian, dan hal materialistik yang kudapatkan malam ini agak sulit masuk di telingaku yang tidak memiliki apa-apa. Dan orang-orang ternyata tidak bisa akrab dengan tiba-tiba. Obrolan yang 'lebih enak' malah terjadi di saung. Bertiga, kami begadang sampai jam empat pagi.

-

Kebanyakan orang-hari ini menghitung sesuatu dari apa yang dimiliki, bukan yang diberikan ataupun dijalani. Di mataku, mereka telah atau mulai kehilangan hidup dalam kehidupannya sendiri.

Akusih tidak mau cara hidup yang membosankan seperti itu.


Dari apa yang kutemukan malam itu, aku berencana membuat 'sesuatu' untuk tempat ini. Meski bukan hal besar, semoga bisa kulakukan.


لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَانًۭا وَذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَـٰمَىٰ وَٱلْمَسَـٰكِينِ وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ حُسْنًۭا

“Worship none but Allah; be kind to parents, relatives, orphans and the needy; speak kindly to people"

-From Al-Baqarah : 83


"When you talk, do not say harmful things, but say what people need-words that will help others become stronger. Then what you say will do good to those who listen to you."

-Ephesians 4:29



0 comments:

Posting Komentar