Arah
Kalimat terkadang tak berakhir. Dengan titik koma
Ia dapat berbelok dan berhenti. Pada jalur lainnya
Di depan rambu-rambu. Tuhan yang terus menyala
Tasikmalaya, 30 April 2020
Menuliskan Maret, pada bulan Juni. Catatan yang begitu terlambat dituliskan. Akibatnya, yah.. Kelelahan untuk 'kembali ke belakang'. Mengerjakan ini di ruanganku bekerja, Aku disinggung seseorang saat menulis ini, "Untuk apa kamu melakukan sesuatu seperti menuliskan hal-hal yang lalu itu ?". Entah juga. Tapi aku jadi bertanya kembali padanya, "Jadi kamu melewati hari-hari begitu saja ?". Tumbuh dengan sangat biasa-biasa saja, sebisa mungkin aku tidak mau kehilangan apa-apalagi, apapun yang kudapatkan sendiri. Orang-orang, benda, bahkan waktu.
Aku sebenarnya pengingat yang cukup baik. Apalagi untuk hal-hal yang kurang menyenangkan. Tapi buatku pemaknaan setiap penemuan peristiwa itu menyenangkan. Mengubah apapun yang baik-bahkan tidak baik, supaya bisa berubah bentuk dan dapat diterima dengan apik.
Baiklah, Ini Maret yang dapat kuhimpun..
Senin, 3 Maret 2025. Awal bulan Ramadan. Aku tahu aku akan banyak kegiatan bulan ini. Dari itu aku memutuskan perjalanan ke Garut yang tiba-tiba ini. A
Aku ada beberapa teman di sana, tapi setelah Ganjar menikah, mungkin Eki dan Jimmy-lah yang paling banter ‘berani’ kukunjungi. Karena jarang sekali aku punya obrolan tentang ‘visi’, dan itu hal yang membosankan bagi kebanyakan orang. Eki dan Jimmy ini masih kenan ‘meladeni-ku’ urusan mengobrol soal ini. Datang sore hari ke sekre Wanakumbara, tempat yang jadi ‘arena’ ngumpul teman-teman di sana. Sampai ke Garut menuju petang, kami bersiap-siap untuk buka puasa.
Obrolan semakin kemana-mana. Tidak cukup di sekre, kami pindah ke rumah Jimmy, yah.. Mungkin jarak tempuhnya sekitar lima menit saja dengan motor. Salahnya adalah, kami membuat kopi ‘enyaan’, kami benar-benar tidak diberi ngantuk sama sekali.
Desk-work Jimmy. Jimmy ini memang Leather-craft artisan, jadi dia membuat banyak produk kerajinan kulit. Semuanya dikerjakan handmade, karena itu produk yang dibuat Jimmy tidak hanya artistik, tapi juga memang berkualitas.
Aku dibuatkan Lighter
case, lengkap dengan namaku.
Video call dari Bu Siska. Aku tahu Bu Siska sedang umroh, jauh-jauh hari Ibu sudah mengabariku tentang ini, tapi tidak kusangka aku akan ditelpon langsung dari sana. Aku agak aneh juga, dikenal orang-orang sebagai yang tidak bagaimana relijius (entah kenapa), ditunjukkan Ka'bah oleh ibu aku tiba-tiga menangis. Kukumaha ge Islam nyaan mereun angger uing teh nya.. Bu Siska mendoakanku segala kebaikan, terutama bisa lebih bermanfaat buat orang-orang, seperti yang dibilang Pa Yudhis..
Selasa, 4 Maret 2025. Di belakang rumah Jimmy. Dulu Jimmy punya ruang workshop di pinggir ruang terbuka ini. Tapi saat aku ke sini lagi, dia sudah pindah ke depan.
Tidak jarang. Aku
dibekali oleh-oleh telur oleh Eki langsung dari peternakannya. Sampai rumah aku membiarkan
si Ibu ‘menggarapnya’.
Kamis, 6 Maret 2025. Aku menjenguk ruanganku untuk menyiram tanaman-tanaman. Dan sangat senang melihat bunga kertas ini akhirnya bermekaran.
Jumat, 7 Maret 2025. Kuliah shubuh Nurul Ihsan. Alhamdulillah masih berjalan, Azmi yang lebih banyak ambil peran. Sudah hampir tiga tahun terakhir ini aku tidak ikut campur menjadi pelaksana, paling banter jadi pemateri barang sekali yang giliran dengan teman ‘tua’ yang lain. Tapi meski begitu aku tetap masih ngurusi soal hajat penutupannya. Dekor, beres-beres dan hal lainnya.
Setelah berbuka puasa hari ini, teman-teman berkumpul di rumah Diwan untuk mengobrol soal kegiatan bincang buku antologi puisi “Kemarau di Surga” yang sudah dilaunching di Bandung bulan Februari sebelumnya. Aku ketemu Mang Jajang juga di sana.
Minggu, 9 Maret 2025. Sebelum ajakan-ajakan bukber yang biasa berdatang di minggu terakhir Ramadan, Dedin, Dinda dan Faz malah melakukannya di awal-awal Ramadan. Yah.. Karena kebetulan juga Dinda-Istrinya Dedin ulang tahun. Kami berkeliaran berempat. Mereka senang dengan hal-hal yang berhubungan dengan Jepang, termasuk soal makanan-makanannya hueee. Jadi, bahkan untuk buka puasa-pun aku memakan Udon, makanan olahan Mie khas Jepang dengan toping dan kuah yang aku tak tahu, tapi enak banget ternyata hehe.
Katanya, zaman sekarang harus selalu ada foto begini.
Sepulang makan, aku dan Faz memilih nangkring heula, sekedar ngopi-menurunkan makanan-makanan yang masuk di perut kami. Tapi ternyata Dedin dan Dinda jadi ikut menyusul kami yang semula mau langsung pulang. Akhirnya kami berempat lagi.
Yang menarik
adalah masih ada jejak-jejak media saat kami sama-sama hidup di Bandung rentang
tahun 2018-2019. Salah satunya adalah video kakawinan Dedin dan Dinda. Kami
tertawa sama-sama, karena hari ini mereka beneran jadi suami istri.
Senin, 11 Maret 2025. Setelah ujian pertunjukkan biasanya banyak barang-barang ‘konstruksi’ sisa artistik anak-anak. Yang tidak disiplin, biasanya ya dibiarkan geletakan dimana-mana. Termasuk papan triplek ini. Aku ada waktu agak senggang, jadi kupakai untuk melukis saja. Apalagi anak-anak sanggar bilang perlu dekoran untuk acara buka bersama. Aku memakai cat akrilik, cat tembok dan kitab Kasyifatu Saja yang entah punya siapa. Kitab ini mensyarah kitab fiqih Safinatun Najah. Setelah kupikir cocok juga, karena urusan fiqih agaknya kebanyakan dilihat sebagai ‘rutinitas’ saja. Beribadah hanya sebagai kewajiban, tidak jarang hilang pemaknaan. Termasuk bahkan di lembaga pendidikan Islam. Rajin shalat tapi masih banyak prilaku madarat. Kalau madaratnya hanya buat diri sendiri ya silakan saja, itu pilihan masing-masing. Tapi jika efek madaratnya kolektif kukira menyebalkan juga.
Lembaran kitabnya kubuat kolase, dibentuk sedemikian rupa. Tapi akhirnya lukisan ini juga tidak dipakai, karena acaranya gagal digelar (karena tidak diperbolehkan pesantren). Jadi kupasang saja di ruanganku.
Celotehan Ijal yang membantuku membuat lukisan ini. Dalam lukisan ini kutuliskan puisi "Aku Kini Do'a" karya Acep Zamzam Noor.
Selasa, 12 Maret 2025. Hasil dari pertemuan di rumah Diwan beberapa hari lalu adalah terbentuknya rancangan musikalisasi puisi “Teman Tak Melulu Insan” karya Hidayani, salah satu penyair kontributor dalam antologi puisi “Kemarau di Surga”. Aku, Ijal dan Wawan membuat backing track lagunya malam ini.
Sabtu, 15 Maret 2025. Diangkir Pa Imam Muhtadi untuk ikut buka bersama dengan Sanggar Harsa padahal bukan anggotanya. "Meh aya batur kolot", ujarnya padaku.
Imam Muhtadi, sebenarnya dia terbilang teman baru juga buatku. Dikenalkan oleh Husni Aziz dan Ganjar di Jasmine Cofee tahun 2023 lalu. Tapi sebagai sesama Art Enthusiast, tidak perlu waktu lama untuk kami untuk cepat akrab. Dosen bahasa inggris ini piawai bermain musik dari gitar sampai saxophone.
Ketemu lagi juga
dengan Adam. Guru yang ‘hijrah’ dari Cipasung untuk masa depan yang lebih baik.
Adam kadang masih suka berkunjung jika kebetulan ke daerah Singaparna untuk
urusan dinas kerja dan dinas ‘cinta’.
Minggu, 16 Maret 2025. Masih seputaran membuat lagu. Kalau sudah begini mereka suka lupa waktu. Kerja dari pagi bahkan sampai pagi lagi. Tapi yah.. Mereka sudah bisa mengerjakannya sendiri, akhir-akhir ini aku lebih sering memperbaiki sedikit-sedikit saja.. Selain itu supaya kreativitas mereka tetap ‘terjaga’
Senin, 17 Maret 2025. Selesai “Teman Tak Melulu Insan”, Wawan membuat lagu rancangannya. Kali ini tidak bersama Nida, tapi bersama Gina. Gina ini suaranya juga cukup unik. Timbre dan ‘cara mainnya’ mengingatkanku pada cara bernyanyi Nike Ardila.
Celotehan Wawan yang kali ini membuat-merancang lagunya sendiri.
Selasa, 18 Maret 2025. Fahrezi mengajaki untuk buka bersama di ruanganku. Kendati dia tinggal di Cipasung, kami sangat jarang bertemu. Sebagai rois asrama Bahagia dan muadzin andalan pesantren Cipasung, dia sangat sibuk, bahkan sampai lewat tengah malam, dia masih memperhatikan santri-santri yang diamanatkan padanya.
Kebetulan Pietro ini adalah musisi, jadi kupertemukan dengan anak-anak sanggar. Pengalaman baru untuk mereka ! Meski duka ngartieun duka henteu apa yang kami bicarakan, karena kami mengobrol dengan bahasa inggris dan russia.
Pietro mencoba alat-alat musik tradisional sunda di sanggar Gama.
Kamis, 20 Maret 2025. Hari-hari sudah mulai agak senggang. Ibu membabat habis kaktus-kaktus di depan rumah, jadi aku membawanya untuk kutanam di sekolah.
Mendapat hadiah jam tangan dari Bu Aat Supartika, ibu dari salah satu remaja memejeuhna yang diamanahkan kepadaku. Ini bukan pertama Bu Aat memberikan hadiah padaku, beliau agak sering memberiku hadiah, aku malah jadi malu sendiri. Karena rasanya aku juga tidak bisa memberikan apa-apa selama menemani puteranya itu.
Sore harinya bukber di Aliyah dalam rangka bincang buku antologi “Kemarau di Surga”.
Di sini pula musikalisasi puisi “Teman Tak Melulu Insan” dimainkan secara live. Dengan melodi lagu yang easy listening dan pola repetisi, audiens bisa mengikuti menyanyi bersama dengan kami.
Sabtu, 22 Maret 2025. Ngampus terakhir sebelum libur puasa, ujian tengah semester.
Malam harinya membuat replika pintu untuk bahan dekoran penutupan pengajian kuliah shubuh Ramadan di Nurul Ihsan. Kami mengambil model pintu kubah eropa yang agak tinggi.
Rizal mewarnai rangkanya.
Minggu, 23 Maret 2025. Dekor pintu sederhana dipasang di madrasah.
Selasa, 25 Maret 2025. Esoknya Kakakku sudah berada di Tasik. Mengasuh Suhay, kakakku membawanya ke ruanganku. Mereka menggambar bersama.
Suhay masih malu-malu padaku. Tapi minimal sudah daek didekeutan.
A typical afternoon at home. Gitaran menjelang buka puasa, ada si Uti dipinggirnya.
Rabu, 26 Maret 2025. Buka bersama kampung, jemaat Madrasah Nurul Ihsan. Ini sudah berjalan beberapa tahun atas inisasi Yuda dan Wildan. Yah.. Kegiatan komunal yang sangat jarang di kampung yang serasa perum ini.
Kabar bahagia dari Jakarta. Rania Latifah Ramadhani, putri pertamanya Dede Rifqi si kembar pendukung keras Anies Baswedan lahir menjelang buka puasa hari ini !
Selesai teraweh (Si Bapa wungkul sih nu taraweh) kami sekeluarga jajan es krim kecuali si Ibu dan si dede (karena masih di Bandung).
Kamis, 27 Maret 2025. Lukisan Bapak yang kubuat pada tahun 2022 ini akhirnya kutitipkan di Furqon saja. Kukira lebih bermanfaat di sini.. Selain itu ‘lebih dekat’ dengan ‘rumah Bapa’, lalu aku nanti jadi punya alasan untuk berkunjung ke sini.
Zazel, putrinya Furqon menciumi lukisan kakeknya..
Sepulangnya aku ngopi bersama Cep Thoriq dan Wawan.
Sabtu, 29 Maret 2025. Buka bersama di rumah. Di halaman, teu mahi di jero. Yah yang jelas memang harayang raramean we ieu mah. Meski tumbuh di keluarga yang sangat biasa, kami memang senang melakukan hal apapun dengan meriah.
Minggu, 30 Maret 2025. Malam takbiran, Ayung berkunjung ke saung. Ayung ini anggota sanggar Gama yang pernah sama-sama denganku. Melanjutkan studi di jurusan teater ISBI Bandung, kini sudah bekerja di Jakarta dengan tim Iko Uwais, meski lebih ke perfilm-an yang penting masih nyambunglah ya dengan akting-aktingan.
Ketemu dengan Hari di DIY saat aku membeli ikat rambut.
Apet ke si Bapa. Mereka agak aneh karena sering mengobrol dengan bahasa indonesia yang sangat baku.
-
0 comments:
Posting Komentar