Rabu, 04 Juni 2025

April : I Do Hide Something



Mengulang

Hari. Memang tidak selalu mudah
Tapi padanya selalu terselipkan hikmah

: Kita hanya perlu mencari. Dan menemukan
Atau paling tidak, menerima apapun dengan renungan

Tasikmalaya, 11 April 2025.

-

Minimal, aku menggunakan tulisanku yang baru sebagai pembuka untuk memulai catatan April ini. Tidak seperti catatan Maret yang menggunakan tulisanku yang entah dari tahun berapa. Lagu "Soaring Enigma" - Matthew Adam menemaniku sepanjang aku menulis bulan april ini. Lagu piano yang memiliki modulasi minor-mayor dan nuansa ambient di dalamnya ini membuatku lebih tidak tergesa-gesa untuk mendikte bulan April.

Banyak orang yang sering mengatakan tentang hari-hariku yang kitu-kitu kénéh, yah.. aku tidak sepenuhnya mengiyakan ujaran mereka itu. Sebagian benar, sebagian seperti di bulan ini, Aku mendapati beberapa perjalanan ke tempat sama bahkan bertemu orang-orang yang sama. Tapi, hal yang didapatkan selalu berbeda. Jadi, tentang itu mungkin lebih pada bagaimana cara kita menyikapinya. Tapi yang jelas tidak akan ada yang berubah, jika kita hanya bergerak atau hanya melihat pada satu arah.

April yang berjalan dengan ngaguluyur. Bukan berarti tidak ada kesulitan, tapi sejauh ini masih bisa dilalui tanpa terlalu memberatkan. Kalau 'lancar' begini, aku sok curiga. Siap-siap dengan apa yang akan ditawarkan waktu selanjutnya.


Selasa, 1 April 2025. Cuaca relatif berubah-ubah, kadang panas sekali beberapa hari, lalu hujan besar beberapa hari. Menyiram tanaman-tanaman di saung karena kerana sedang kebetulan tiga hari. Aku masih ingat tanaman-tanaman pertama kupungut di balong mang Dadin. Sansivera, kuping gajah, Jawer Kotok, Kladi.. Sekarang tiba-tiba aku punya tanaman sebanyak ini.. Di saung dan di ruanganku. Tapi menyenangkan, penglihatan di tempatku biasa menghabiskan waktu semakin hijau, semakin rimbun. 


Hari ini Suhay membuat mochi bersama si Imoy (begitu dia memanggil si dede), karena ini hari terakhir si dede libur hari rayaa. Bocah nga peduli rasa mochinya enak atau tidak yang penting menyenangkan dan bikin berantakan. Lalu, orang tua nanti yang membereskan hahaha.. Aku tidak ikut-ikutan, nontonin saja sambil minum susu strawberry.

Sudah beberapa hari sejak Suhay di rumah. Dia mulai akrab pada semuanya. Sekarang sampai ngingintil orang-orang rumah, termasuk denganku. Kadang sok ditumalkeun ku Bapa na. "Tuh sama Om Eki,", supaya ibu bapaknya bisa ngurusi hal lain atau sekedar istirahat. Karena si Suhay ini mungkin usianya loba tanya. Kadang tepi ka capé ogé ngaldangana.


Ngarewong si Bapa, Bahkan ketika lagi makan.

Rabu, 2 April 2025. Panggung 'ngamen' pertama setelah hari raya. Jadi kami tim naratas sekalian halal bil halal kecil. Kerjaanku yang inilah yang sering 'menyelamatkan' saat-saat kritis, yah.. Mun nganelkeun tinu 'eta' mah nya kitu téa ningan. Yah.. Dicukup-cukupkan saja, selain itu aku tidak mengkategorikan ini sebagai kerjaan sih, dikasih panggung buat main musik, seneng aja yang ada haha.

Kali ini klien menginginkan kadar tradisinya yang lebih leket. Aku tidak main biola, aku memainkan gamelan saron. Ini juga sudah lama.. Dan aku ternyata masih bisa sedikit-sedikit. Meskipun ketika masuk dua wilet maen jadi pabeulit.


Hari terakhir buat si dede, dua hari terakhir buat keluarga Suhay. Sudah hampir bertahun kami berganti kucing piaraan. Tapi tidak pernah ganti karena mati, teu paruguh we eweuhna teh. Tapi, selalu ada saja gantinya. Kami mengambil foto bersama, minus si Uti. 


Karena dia lebih memilih nongkrong di teras atas.

Setelah maghrib aku mengantar si dede ke stasiun untuk kembali ke Bandung. Ngadunung ka Cina, dia cuma punya libur lebaran tiga hari saja.


Kamis, 3 April 2025. Aku tiba-tiba dimasukkan ke grup MI sehari lalu, dan tiba-tiba reuni dengan beberapa dari mereka hari ini. Ini sudah lama sekali. Mungkin belasan sampai dua puluh tahun sejak terakhir kami bertemu. Aku ketemu lagi orang-orang lama. Tika, Nurul, Romi, Alan, Fitri, Aas. Yah.. kalau Anggi dan Faz sih sama-sama tinggal di Tasik.


Malam harinya kami sekeluarga mengantar Suhay ke jawa. Jadi keluarga kakakku akan berada di Trenggalék di keluarga Mbak Ida seminggu sebelum kembali ke Batam.


Padu ari geus apet, geus kudu indit deui, lalu nanti mengulang lagi adaptasi. Keluarga Suhay pulang sekali setahun saja saat idul fitri. Meski hampir tiap hari nelponin si Ibu dan si Bapa, kami tidak tahu bocah ini sudah tinggi. Dia lebih mewarisi genetik keluarganya dari Jawa. Karena turunan si bapa mah da ukurana 'marini'.


Jumat, 4 April 2025. Bersama Hilma Azhari jalan pagi ke Gunung Galunggung. Dalam rangka memberikan kesan pulang kampung yang menyenangkan. Seminggu di Tasik, tanpa kedua kakaknya, ditambah 'tugas hari raya' buatnya, kukira dia butuh 'penyegaran'. Dari tiga bersaudara anaknya bibi, sebenarnya dulu dia ini terbilang paling 'berani. Sewaktu kecil potongan rambutnya selalu pendek, 'boleh' pakai celana', sampai kehidupan Jepara mengubahnya haha. Dia jadi santriah yang benar-benar 'santriah', ngaperlu ngomongi kepalanya. Karena tiga bersaudara itu memang palinter semua.

Menaiki tangga Galunggung yang jumlahnya beratus itu membuatnya hos-hosan. Dikatakannya sempat ada keraguan akan sampai atau tidak ke kawah. Jadi kami mengakalinya dengan istirahat 'panjang' dan obrolan yang beragam di setiap gazebo 'check point'.

Sulit 'menyesatkannya', jiwa santriahnya sudah melekat. Malah aku yang hampir jadi kebawa-bawa soleh haha. Aku agak tertarik saat dia menceritakan tentang 'kenikmatan' membaca Al-Quran yang belakangan ini dkatanya baru ia dapatkan. Dan aku belum mendapatkannya. Sekali lagi, setiap hal perlu pemaknaan, terlebih membaca Al-Quran. Dia memang mengambil jurusan Tafsir, bahkan untuk studi magisternya. Alhamdulillah sekarang dia sudah dapat 'pekerjaan' sebagai 'abid' pemerintah pada usia muda di Jakarta yang entah kapan akan dimulainya katanya. 


Senin, 7 April 2025. Kami berkunjung ke Bukit Kalimat-kediamannya kang Irvan Mulyadie. Kang Irvan kukenali sudah lama sekali. Dan mengenali Aku, Diwan dan Kindi bahkan sejak masih bocah. Seorang seniman multi-disiplin tapi juga 'abid' pemerintah. Tapi meski begitu dia masih berusaha memberikan 'kebaikan', sampai rela pernah 'diturunkan' jabatan gara-gara hanya ingin menjauhi masalah dan ngurusi perpustakaan kabupaten yang tidak ada kemajuan itu.


Kami datang untuk wawancara perihal biota-flora yang kiranya bisa menjadi pangan-nutrisi secara tradisi yang hari ini sudah ditinggalkan kebanyakan. Aku-Diwan dan teman-teman sedang merencanakan untuk mengapply proposal perlombaan pemajuan kebudayaan yang waktunya sangat sempit. Tapi pun tidak diikut-sertakan, kami bisa menyimpan hasil riset untuk keperluan di lain kegiatan.


"Teu ngalarti, ah.", ucap Bi Ntut ketika membaca antologi puisi 'Kemarau di Surga'. Foto ini dikirimkan Hilma saat mereka menunggu mencuci mobil di Cianjur.


Selasa, 8 April 2025.
Sawah di belakang saung dipanen. Bunyian ngagebugna sedari fajar sudah terdengar dari kamar kosanku seperti suara orang sedang tinju. Gara-gara ini aku bangun pagi sekali.


Rabu, 9 April 2025. Berkeliling ke keluarga Cipasung. Ke rumah Pa Koko, Pa Acep Adang, Agus, Bu Neng Bu Ida & Pa Chobir. Dan Pa Ubed-Bu Neng Madinah. Aku berfoto dengan Pa Ubed. Kyai yang lebih akrab dipanggil "Abah" oleh santri-santrinya. Ayahnya perempuan yang kukeceng bari teu beunang-beunang haha.


Saat ke rumah Pa Koko, aku melipir ke kamar Cep Thoriq di lantai dua. Lalu dikasih THR buku antologi puisi "Malam ini Aku akan Tidur di Matamu" - Joko Pinurbo. Aku selalu senang kalau ada yang ngasih buku begini, apalagi buku sastra, terutama puisi.


Kamis, 10 April 2025. Selama liburan ruanganku juga tidak dibereskan. Yah.. Paling timbang menyiram tanaman-tanaman saja. Tambah hari ini aku menemukan gorden sebelah di gudang. Aku jadi beres-beres 'besar' dengan Ijal. Memindahkan kursi tamu dari sisi kanan pintu ke sisi kiri, persis di sebelah meja kerjaku, Supaya orang-orang lebih nyaman saat berkumpul-bertemu.

Jumat, 11 April 2025. Aku pergi ke Garut. Untuk menghadiri pernikahan Eki Yassin Fadhilah, salah satu teman dekatku di Wanakumbara. Berangkat hampir petang, aku sampai dan istirahat dulu di rumah Ganjar yang tidak lama ini baru dikaruniai putra keduanya, Elsayd Gevardian. Anaknya yang kedua ini kukira lebih mirip teh Evi-istrinya, meski tarangna masih Bapa na sih haha.


De Ila, anak pertamanya Ganjar yang dulu mau kuberi nama Dragana. Tapi Ganjar langsung menolaknya haha. Alhasil dia tidak minta lagi nama untuk anaknya yang kedua. De Ila Sudah besar, sudah baceo.. Kalau ini tok kembaran Bapaknya banget. Tapi makin sini De Ila makin mirip mamah Garut, ibunya Ganjar. 


Aku menginap di rumah Jimmy. Karena tidak mungkin menginap di rumah Eki yang sedang banyak tamu, dan supaya dia menghabiskan waktunya dengan keluarga besarnya. Aku menyetem Biolaku untuk kugunakan besok, karena permintaan Eki untuk pernikahannya ini adalah ingin 'diantarkan' olehku dengan Biola saat kirab pengantin. Dan tentu tidak bisa kutolak, dia terlalu banyak membantuku, dari dulu-sampai sekarang. Ini bukan sebagai membalas kebaikan, karena moal kapulangkeun. Ini hanya bentuk kebahagiaanku saja tentang pernikahannya.


Sabtu, 12 April 2025. Hari pernikahannya. Hehe akhirnya datang juga hari aku ditinggalkan juga olehnya. Satu-persatu teman-teman melangkah ke tahap ini.


Seminggu sebelum ini Eki berkunjung ke saung. Mengobrol berputar-putar hingga akhirnya mengakatakan kabar tentang hari pernikahannya yang kukira 'tiba-tiba'. Obrolan pembukanya tentu teman-teman. Dia seorang yang baik, baik sekali. Bahkan menuju hari pernikahannya dia masih bergumam, "Kumaha barudaknya..?". Dia paling memikirkan teman-temannya. Dia tidak senang kehilangan, ditinggalkan-meninggalkan teman. Sekre Wanakumbara yang sekarang juga 'disediakannya' hanya supaya teman-teman bisa tetap berkumpul-bertemu saja. Saat berkunjung ke saung, aku juga jadi tidak banyak bicara, apa ya.. Aku bingung saja mengekspresikan kebahagiaanku untuk kabar yang dikatakannya. 


Sebagian teman-teman Wanakumbara yang bisa hadir berbarengan di hari pernikahan.


Aku tidak melakukan permintaan Eki sendirian. Sebagai syarat, aku meminta Jimmy menemaniku. Sebenarnya yang lebih 'hak' untuk melakukan semua ini menurutku adalah Jimmy. Kalau dilihat dari umur pertemananku dengan Eki, aku mengenalnya di tahun-tahun saat aku kuliah. Berbeda dengan Jimmy yang sudah menjadi teman susah-senang sampai teman 'bertarung-damainya' sejak usia sekolah. 


Jimmy ini juga musisi handal. Semua di Wanakumbara tahu dia expert soal musik. Jimmy juga jadi salah satu teman dekatku di Garut. Kami memiliki beberapa kemiripan, terutama saat menyikapi 'kesepian', mudah tersinggung karena sangat 'perasa'. Bahkan kadang dia berlebihan ketimbang aku sendiri. Yah.. Tapi aku senang bisa 'mengantarkan' Eki bersama dengannya. Seorang yang 'tepat' di waktu yang 'tepat'.


Minggu, 13 April 2025. Pulang dari Garut pagi-pagi. Lalu istirahat tidur siang di kosan. Ketika bangun sudah ada Diwan dan Cep Thoriq di saung. Mereka memberikanku lagi hadiah buku. Lalu sadar, tidak janjian, kami menggunakan baju bercorak kotak-kotak. Akhirnya kami berfoto bersama karena merasa aneh dengan kebetulan ini. 


Senin, 14 April 2025. Halal bil halal yayasan lembaga dan pesantren Cipasung. Aku tidak segimana tertarik datang  ke sini, soalnya Diwan dan Cep Thoriq juga bilang tidak akan datang. Tapi aku mau mendengarkan perkataan 'orang itu', lalu nanti aku akan menyesuaikan laku dengan apa yang kulihat dari tindakan 'orang itu'. Aku sengaja tidak memakai songkok, menggerai rambutku yang panjang sebahu, untuk memancing 'keributan', tapi ternyata tidak ada yang ngomel soal ini, karena banyak 'hal' yang kelihatan lebih penting untuk 'dibereskan', menebang pohon-pohon, misalnya, eh kelepasan.  


Untungnya ada Cep Ijal, putra bungsu KH. Dudung Abdul Halim, aku jadi tidak begitu clingak-clinguk saat acara.


Selasa, 15 April 2025. Memindahkan sansivera-sansivera baru yang kutemukan tumbuh di pinggir lab kimia yang sangat terbengkalai. Aku membawanya ke saung supaya lebih mudah kuurus, karena tumbuhan di kelasku sudah mulai banyak, dan kalau di ruanganku, keleluasaan mengurus agak terbatas. Hese cai, jaba kudu dijinjing ka lantai dua.


Jumat, 18 April 2025. Aku berada di Jakarta selama tiga hari untuk pembukaan pameran dan launching buku biografi Yudhistira ANM Massardi, catatan tentang ini sudah ku tulis sebelumnya. Setelah acara selesai, aku spontan merubah rencana pulang, berbelok dulu ke Jakarta timur untuk mengunjungi cucu-cucu ma haji-teman masa kecilku.


Ternyata Wa Dede dan Wa Dadah sedang kebetulan di Tasik, jadi aku hanya ketemu a Rida dan teh Eci. Selain itu ada Mariska, istrinya Kaka yang sedang hamil sembilan bulan.


Malam harinya aku ke rumah Rahmi-istrinya Dede, masih di sekitaran kampung melayu. Karena Rahmi melahirkan sebulan lalu, yah.. Sambil jenguk dede bayi. De Rani, muka usilnya sudah kelihatan, bapa na pisan.


Si Dede udah jadi Bapa aja.


Minggu, 20 April 2025. Aku lupa dalam rangka apa, tapi Adam berkunjung lagi ke Singaparna. Kukira dia ada keperluan soal kerjaannya. Kami bertemu di ruanganku. Saling bercerita selang sebulan lebih kami tidak bertemu.

Selasa, 22 April 2025.  Perjalanan bersama para kake-nene. Aku, Iqbal, Om Dedi, Bu Tati, Bu Lilis dan Bu Sri pergi ke undangan pernikahan Reza di daerah Cikajang-Garut selatan. Kami beristirahat sebentar di pesisir Ciheras saat perjalanan pulang. 


Jumat, 25 April 2025.
Aku menonton teater yang digarap oleh Teater 28 Universitas Siliwangi. Di sana aku ketemu ketemu Andrean Elang Kusnady. Kami bertemu di garapan film Lirik Pantai Selatan yang digarap teh Erni tahun lalu sebagai sesama aktor. Lelaki 'pembandingku' yang biasa dibercandakan oleh si Mel, teh Erni dan teh Uci. Beberapa menyebut kami cinta segitiga Balaka, yang sering jadi bahan tawa menyela waktu-waktu garapan karya.


Sebelum ke Gedung Kesenian kami disuruh dulu makan oleh Bu Euis, karena aku berangkat bareng diwan gibran dan ijal. Kami makan di daerah Paseh.


Sabtu, 26 April 2025. Para personil Blackmock asuhan a Rais merencanakan untuk berkunjung ke rumah Yudi di Cibunigeulis-Teejay. Tapi yaa biasa, rencana berubah wacana. Akhirnya yang pergi hanya aku dan ijal. Jadilah kami tembang-kawihan sampai lewat tengah malam di sana.

Minggu, 27 April 2025. Jajan yang ternyata jadi jajan 'besar'. Motor 'titipan' ini memang sudah berusia lumayan tua, wajar kalau jadi sakit-sakitan. Setelah diperiksa Dr. Erik Eka, ternyata penyakitnya banyak, jadilah motor ini mengambil sisa gajiku, ku di akhir bulan deuih. Ada-ada saja.


Senin, 28 April 2025. Menemani Pa Asep latihan upacara adat yang tinggal menunggu seminggu lagi. Sejak dipindah tugaskan, pa Asep tidak begitu sering lagi menemani anak-anak latihan. Untungnya anak-anak ini teu polos teuing. Berbekal latihan rutin mereka, pa Asep tinggal menerkeun saeutik-saeutik detailnya.


Selasa, 30 April 2025. Beres-beres ruanganku sebelum ke Jakarta lagi. Kali ini untuk launching dan bedah buku biografi Yudhistira, tentang ini aku juga sudah menuliskannya sebelum ini. Aku biasa beres-beres ruanganku sebelum hendak bepergian. Aku bisa menghabiskan satu sampai dua jam hanya untuk membereskan ruanganku, terutama karena tanamanku makin banyak. Sedang Ijal dan Wawan tidak begitu mengerti soal tanaman, jadi aku tidak bisa menitipkan soal ini pada mereka. Yah.. Di lain sisi itu memang tanggung jawabku sendiri sih. Tapi kadang sok bete, banyak orang yang senang nongkrong di teras ruanganku, tapi mereka tidak tanggung jawab soal kebersihannya sendiri. Padahal sudah kutuliskan 'peraturan-peraturan', tapi da mereun tara dibaca-tara maca, dan tidak menerapkan 'adab'. Jadi sok angger we barala.


Ijal dan Wawan yang sedang menggarap remake musikalisasi puisi "Mengukir Tubuhmu" - Acep Zamzam Noor. Nuansanya jadi berbeda dan lebih 'kaya' dari bentuk aslinya yang dulu.


Kamarku diakuisisi, bahkan sehari besok aku mau istirahat untuk berangkat. Ijal dan Nida sedang merekam vokal. Empat bulan yang cukup produktif untuk mereka, beberapa lagu selesai sampai April ini. Lumayan, tabungan karya.

-




0 comments:

Posting Komentar