Minggu, 15 Juni 2025

First Two Weeks of June : Precast The Feast



Wajah-wajah

Cinta. Yang lelah
Terus melangkah
Dihantam. Kuasa
Bukan lagi rahasia

Di sini dan di sana. Terdengar suara
Di balik teduh yang riuh. Gemanya
Bersahutan tapi tak bersatuan
Arah jalan. Saling bersimpangan

Pada mata. Cahaya berdiam
Mengurai warna. Bebatuan
Menyala. Di kedalaman semayam
Lubang-lubang. Kini penuh jahitan

Tasikmalaya, 12 Juni 2025

-

Semua lukisan-lukisan seri yang kusimpan di ruanganku dibawah oleh a Widi bulan ini ke Kadipaten untuk bahan apresiasi seni di sekolahnya. Aku sih senang-senang saja. Berarti yang kubuat ada manfaatnya.

-

Perbaikan dari tiga bulan sebelumnya adalah aku berusaha menulis catatan harian setiap sebelum istirahat dan menyatakan hari itu 'selesai', yah barang satu atau dua paragraf. Dan ternyata memang lebih 'ringan'. Tidak berat saat mengingat, tidak liar saat memutar.


Selasa, 3 Juni 2025. Mei yang membuatku cukup stress, rambutku rontok parah. Unggal hudang sakepeul-unggal hudang sakepeul. Padahal aku berniat menumbuhkannya lebih panjang lagi, tapi kalau begini tidak akan benar, jadi aku pergi ke tempat Zayn bekerja. Memotong rambutku sedikit saja, meratakan semua.


Mang cucu dan kang Yadi sedang membuat properti untuk keperluan pertunjukkan teater mahasiswa-mahasiwa Universitas Perjuangan - Tasikmalaya. Kebetulan yang membuatnya adalah pa Agus Aw, yang menceritakan tentang perang Bubat.


Si Aris, motor titipan Uwa jajan lagi. Kali ini shockbreaker bagian depannya. Tapi jadi merembet kemana-mana.


Rabu, 4 Juni 2025. Menyiram tanaman rasanya bukan hal yang merepotkan, tapi memang tidak semua orang menyukainya. Aku menyelamatkan tumbuhan-tumbuha sisa program p5 kelas bu Annisa. Aku memindahkannya ke pot-pot baru dengan tanah yang baru karena mereka sudah tampak 'tidak sehat' karena tidak dirawat. Sansivieria jenis Liberica ini memiliki karakter daun yang lebar dan tumbuh dengan tinggi yang sedang. Aku merasa sayang saja, karena aku dulu yang 'belanja' ini bareng-bareng Adam.


Kamis, 5 Juni 2025. Tiba-tiba dikirim peesan oleh pa Taufik Abrie. Salah satu teman dekatnya pa Yudhis saat bekerja di Gatra dan Nebula.

Sedikit cerita tahun 2023 lalu, perjalanan safari sastra ke Jawa Timur. Rombongan kami tim musik dan Pa Yudhis berangkat terpisah dari Bandung dan Jakarta.

Semula membayangkan perjalanan yang menyenangkan dan 'mengenyangkan' seperti biasa bersama pa Yudhis, nga tau kenapa, si Bapa ini malah memilihkan kami kereta ekonomi. Aku bersama tim Gayatri membawa tas dan koper besar-besar, ditambah nentengi perlengkapan alat musik. Desak-desakan luar biasa sampai Kediri yang jadi venue pertama kami.

Saat diperjalanan, pa Yudhis kirim pesan padaku, "Perjalanan lumayan jauh, sudah ngopi belum ?". Aku jawab sudah, sambil mengirimkan foto kopi botolan persis ini. Pa Yudhis menjawab lagi, "Kopi apaan itu ? Aku aja minum Fore sama ibu, Taufik memang keterlaluan ya !". Aku adukan langsung ke pa Taufik yang duduk di depanku saat di kereta, lha dia malah tertawa sekencangnya. "Anak muda harus belajar perih ! Hahaha".

Sial memang 🤣. Yah.. salah satu lika-liku safari sastra. Aaaaaa merindukan waktu-waktu ituu. 

Pa Taufik ini seorang wartawan yang sat-set, soliter dan punya hobi sepedahan. Hari ini dia sedang sepedahan juga, sudah sampai kota Ende, di pulau Flores Nusa Tenggara Timur, yang perjalanannya akan berakhir di Papua.


Menjelang malam takbir Idul Adha, Cep Thoriq dan Diwan berkunjung ke saung. Aku absen dari kegiatan yang dirancang mereka selama di Bandung. Mereka menceritakan kelancaran dan kendala saat acara. Mereka yang 'mengintervensi' tema haul kali ini dengan tema Literasi.


Tidak main-main, mereka memboyong tokoh-tokoh literasi-wartawan besar seperti Putu Fajar Arcana dan Hilmi Faiq dari jajaran senior Kompas, Dahris Siregar dari Octopus Research & Publishing, Mukhlisin dari Jejaring Duniasantri, lalu Ngatawi Al-Zastrouwi salah satu budayawan nasional untuk pidato kebudayaan,


Jumat, 6 Juni 2025. Hari Idul Adha. Aku kesiangan untuk solat ied karena begadang. Selain itu kurban di kampung digeser ke hari besoknya karena kalau jumat katanya sok kabeberedeg. Jadi aku menggunakan pagi hari untuk menulis jurnal. Tidak lama dari itu mang Cucu ke belakang, ternyata dia sama-sama kesiangan. Akhirnya kami jadi ngobrol tentang properti yang dia kerjakan untuk pertunjukkan teater pa Agus AW, berhubungan ke naskah yang dibawakan.


Sabtu, 7 Juni 2025. Meuncit kurban. Seperti biasa, aku kebagian membersihkan jeroan. Tapi kali ini tidak bersama teman-teman yang biasanya banyak. Aku hanya bersama Azmi dan Kaka Rofiq, dan dua anaknya mang Ali yang aku tidak tahu namanya. Kerjaan bersama mereka lebih cepat karena tidak banyak hereuy seperti biasanya. Kami menyelesaikan semua hanya dengan satu setengah jam saja. 


Mengirim kerjaan kami pada Penggodog, pengolah kerjaan selanjutnya. Dari dulu juga keluarga almarhum Kang Makmur selalu ngurusi bagian ini, tapi tahun ini cuma ada mang Ade Kentung saja.



Sore hari. Mumpung hampir semua pulang. Aku menginsist untuk berfoto studio bersama teman-teman kampung. Agak banyak karena beberapa diantara kami sudah menikah dan punya anak. Setelah Caca Frederika istrinya Yudi, Dila istrinya Zafar, Tyara Salsabila istrinya Dicky. Tahun ini perkumpulan kami nambah banyak lagi, Windi of Change istrinya Via, Ai CGL istrinya Kiki, Mariska Ambarwati dan Alena - istrinya anaknya Kaka Rofiq, Rahmi Latifah dan Rania - anak dan istrinya Dede Rifqi. 


Alena, anaknya Kaka. Digendong wawa-nya sipaling soleh.


Mariska istrinya Kaka. Mariska bekerja di Kementrian Pendidikan untuk ngurusi segmen SMK, aslinya orang Banyumas tapi menetap di Jakarta. Kesian alena tangannya pajeulit karena aku teu bisa mangku budak. Karena can boga hueeeee


Minggu, 8 Juni 2025.
 Selalu ingin memberikan kesan pulang-berkumpul yang menyenangkan. Aku nga kerepotan kalau soal hatus beres-beres 'besar' sebelum dan sesudahnya. Malam ini kami membuat sate dan makan malam bersama-sama. Jumlah kami yang makin banyak, akhirnya makan dipindahkan ke madrasah.


Tim resep dan motongan. Ada Kiki yang sekarang tinggal di Cigalontang, lalu de Hasbi anaknya bangsawan. Awalnya de Hasbi tidak mau ikut berfoto karena bisi kapanggiheun berbohong, katanya seharusnya malam ini jadwal mereka teleponan bobogohan. Pacaran zaman sekarang memang seriweuh itu ya ? haha


Tim Hawu. Zafar, Azmi dan Ncub.


Semua makanan hampir siap,
 

Yuda dan Dila - istrinya Jafar. Biarkan perempuan-perempuan bergosip saja. Asal jangan ganggu kerjaan para pria.

Lalu ada Via dan Windi juga.


Selasa, 10 Juni 2025. Mei-Juni yang banyak jajan. Aku ke kampus untuk membayar ujian akhir semester perkuliahan. Jadi aku berada dipenghujung semester dua, aku sudah mau hampir menyelesaikan tahun pertama di sini.

Rabu, 11 Juni 2025. Njenguki Cep Thoriq di kantor media nya. 'Bentuknya' sudah acak-acakan. Saat aku berkunjung dia sedang bersama 'anak-anak asuhnya' di depan gedung. Ini memang waktu-waktu yang sibuk dan melelahkan buatnya karena di tempatnya sedang banyak sekali kegiatan bahkan di bulan sebelumnya. Tahun ini harusnya aku bantu-bantu dia melayout pameran foto-foto, tapi karena venue acaranya dipindah, semua jadi di luar perencanaan. Pameran ditunda jadi tahun depan supaya lebih matang perencanaan.


Kamis, 12 Juni 2025. Siapa sangka bisa ketemu sahabat SMA-ku saat aku mengisi acara yang bahkan aku tidak tahu judulnya apa, namanya Pipih Zannatun Nafiah. Dulu, dia seorang murid pindahan dari Sukaratu, tapi dari sekitar 30 teman kelas itu dia tidak sulit menjadi teman  dekatku. Dia memang siswi cerdas dan berkepribadian menyenangkan. Dia yang semua tahu keluhanku yang 'tidak biasa' di usia SMA, yang paling tahu bagaimana sepak terjang perjalanan kisah cintaku saat itu haha, dan yang tahu juga Aku tidak begitu suka pelajaran olahraga.

Kami bertemu terakhir di tahun 2017, saat dia menikah, dia secara khusus mengundangku sebagai salah satu sahabat dekatnya, yang tidak mungkin tidak bisa kutolak juga. Dari pernikahannya, dia sekarang sudah punya dua orang anak. Dia sudah banyak berbuat untukku, terutama 'dorongan semangat' secara psikologi, kami juga sempat beberapa kali bertemu tidak sengaja saat masa-masa kuliah, tapi ya.. Tidak se-intens dulu.

Satu-satunya teman perempuan yang tidak menanyakan padaku tentang aku sedang bersama siapa, kapan menikah, apa pekerjaanku. Pertanyaan lumrah yang pasti keluar sebagai pembuka obrolan pada hari ini. Dia malah menanyakan kesehatan orang tuaku, tentang wa Loloh yang pernah menjadi dosen statistiknya, lalu tentang 'kebahagiaannya' melihatku pada 'kebahagiaanku'. Teman modelan begini tidak banyak, jadi aku sangat bersyukur masih ada 'manusia' yang seperti ini. Mengobrol banyak hal dalam waktu singkat, dia berujar kadang dia ingin kembali ke hari-hari masa lalu. Aku menjawabnya iya bagiku terkadang juga.. Tapi tetap saja waktu terbaik kehidupan adalah hari ini, yang kita jalani. Baik atau tidak baik sekalipun. Karena hari ini adalah satu-satunya yang punya kemungkinan 'secara nyata'. Yang tidak lagi dimiliki masa lalu, yang bisa saja tidak dimiliki di masa depan.


Menghadiri haol akbar kedua masayikh pondok pesantren Cipasung. Aku biasanya dulu sering datang dengan Ganjar dan Randi untuk acara ini, tapi tahun ini keduanya tidak datang. Dengan sudah 'habis'nya teman-teman seangkatan, aku datang sendirian dan hanya untuk 'absen' seperti yang dibilang pa Kyai Abun, : "Sisakan dua hari dalam satu tahun, untuk haol dan KAC". Aku tidak berlama-lama. Menemui beberapa keluarga Cipasung yang kukenali dan kenan 'dikenali', melihat acara yang biasanya di mesjid dipindah ke aula dome, ketemu beberapa orang yang kukenal dengan tidak sengaja, lalu 'menjenguk' Bapa ke makam. Sisanya aku menonton live streaming di saung. Karena badan sudah mulai tidak enak, aku juga punya ujian kuliah besok harinya.


Tidak ketemu teman-teman seangkatanku, malah ketemu teman-teman si Bapa. Bah Dedi Dago, Om Dedi dan Om Haris.

Jumat, 13 Juni 2025. Hari yang simantap pokona. Setelah begadangan haol aku harus masuk kerja ketika tidak ada jadwal, hanya untuk 'melayani'. Kingetan salah satu poin ceramah tadi malam, tentang kerja paling mulia adalah pelayanan. Kukira hari ini akan mudah, tapi setengah hari setelahnya 'subhanalloh' sekali. Aku berangkat setelah dzuhur untuk ujian akhir semester hari pertama, belum apa-apa sudah diteungar mamala. Ban si Aris tiba-tiba bannya bocor. Keadaan ban si Aris memang sudah jelek sih, tapi maksudku naha bet kudu poe ieu pisan kitu. Akhirnya si Aris didedetkeun we dari mangunreja dipaksakan maju sampai ke kampus. Pokoknya paya tepi dan kaburu milu ujian heula we pokonamah. Akhirnya, aku cuma kebagian sisa waktu 30 menit saja untuk mengisi ujian matkul pertama, duka lah ke nilaina kumaha. Sepulangnya si Aris diperiksa di tukang tambal ban, tapi memang sudah teu katulungan, "Sanes tamaleun A, Ieu mah..", ujar si mamang-mamang tambal ban. Bannya harus diganti, lalu apa yang terjadi setelahnya ?, oh tentu saja biaya lagi, hueeee.

Sabtu, 14 Juni 2025. Ujian akhir semester hari kedua buatku adalah dengan dimulai dengan HP si Bapa yang bermasalah 'lagi'. Berangkat dengan pakai motor si Iyan, secara teknis ujian hari ini relatif lebih aman daripada hari hari kemarin. Yah.. Dengan ini aku selesai dua semester, setahun sudah aku di sini.


Hal lainnya, sepulang ujian sore hari aku berhenti sebetar di mesjid kaum Mangunreja untuk memakai headset, aku ingin mendengarkan lagu diperjalanan pulang. Tidak lama dari itu Aku dihampiri Bapak-bapak usia 50an kira-kira, perawakan tinggi kurus, memakai topi, baju dan tas yang warnanya pudar, kelihatannya dia biasa bekerja kasar. Menghampiriku menawarkan beras yang ia bawa, memintaku membelinya untuk ongkos pulang, katanya. Mempertimbangkan cost balance, pengeluaranku bulan ini memang agak 'besar'. Aku masih ada uang, tapi itu untuk memperbaiki ban motorku itu. Dan setelah dihitung sisanya memang cuma tinggal 30 ribu saja, jelas tidak sampai dari harga yang Bapak tadi tawarkan, karena memang beras yang dia bawa juga lumayan banyak. Tapi dipikir-pikir lagi, dia memang sepertinya butuh sekali. Wajahnya yang penuh harap itu, seperti wajahku yang kebingungan saat dulu berpikir bagaimana membayar biaya rumah sakit ibu. Selain itu dari yang dia lakukan-dia tawarkan, tidak ada 'tabiat' buruk dari seperti penjual jajakan yang kadang ditemui di tempat pemberhentian angkutan umum. Karena dia memang tidak ada redaksi pemaksaan saat menghampiriku-memintai tolong. Setelah aku menolak tidak bisa membelinya pun dia hanya berterimakasih dan meminta maaf lalu lewat.

Setelah itu Aku berubah pikiran, aku memanggil Bapa itu lagi, kupikir biar kubagi saja uangku yang tersisa meski sedikit, aku bilang ini untuk beli minum saja. Ada senyum di matanya, dia mengucapkan hamdallah dan terimakasih padaku sambil mencium salamku, sontak tentu aku menarik tanganku karena dia lebih tua dariku.


Aku melanjutkan perjalanan pulang yang tinggal setengah jalan. Dirasa-rasa setelah ujian seharian aku lapar juga. Kuputuskan membeli cilok di teh Acon saja. Di tempat Cilok aku ketemu Yuda yang hari ini kebetulan ulang tahun. "Bayar ku urang, jig we.", ujar Yuda. Setelah aku membagi sedikit uangku dengan bapa-bapa tadi, Rizki, kontan langsung digentian. Jangan main-main sama Alloh. Kadang gitu Dia mah. Foto Yuda yang diatas adalah foto yang dia berikan saat kami usia SMP, zaman aku masih suka minta foto teman-teman, yang di bawah fotonya hari ini.


Minggu, 15 Juni 2025. Sesuai rencana aku menggunakan hari ini untuk deep cleaning ruangan kelasku dan kosan. Aku beres-beres ruangan kelasku sejak setelah shubuh, selesai pukul sebilan pagi. Lalu beres-beres kosan sampai menjelang dzuhur. Pulang ke rumah, si Aris sudah selesai diganti bannya. Tah rada meneran ayeunamah. Mau mengeluhkan tentang dia karena merasa biaya dia tembleuh sekali waktu, tapi dia juga sudah berbuat banyak sih padaku. Nganteri kemana-mana, apalagi kerjaan 'ngamen' sampinganku yang kadang masuk daerah-daerah pelosok, nganteri si ibu dan si Bapa kontrol ke rumah sakit tiap bulan, yang belum itu kamu nganteri aku boncengan perempuan haha.. Kamu kecapean ya, Ris. Maafkan aku yak hehe. Sekarang kamu bisa maju lagi yeay !


Setelah hampir selesai beres-beres kosan, aku ditelpon Bu Neng Ida. Sok rareuwas ari jol-ojol teh, pasalnya aku jarang dapat telpon dari Ibu, mungkin terakhir setelah enam bulan lalu, itupun untuk urusan kampus. Ternyata Bu Ida nelponin aku untuk meminjam keyboard, sedang ada acara di rumahnya, aku bilang aku kalau aku harus mengiring, aku tidak bisa, karena masih ada yang harus diselesaikan, tapi ternyata Ibu sudah punya player, jadi Ibu butuh keyboardnya saja. Setelah itu santri 'utusannya' datang ke kosan mengambil keyboard dan dikembalikan menjelang maghrib.


Di tempat lain, di sanggar, hari ini Wawan menemani anak-anak beres-beres ruangan sebelum ditinggalkan liburan. Menata sedikit layoutnya, menambah gathering space di sisi kiri ruangan, tempat mereka bisa berkumpul ringan tanpa 'memberantaki' sisi lainnya.


Si Neng mengirim pesan mengantarkan baso handmade bikinan pa haji yang rutin dikirim setiap lebaran. Kali ini lebih sedikit, yah.. Karena di rumah juga anak-anak tinggal aku seorang saja sih. Ternyata Neng juga mengirimkan udang.


Lalu aku memasak Mie dan baso yang tadi untuk makan malam. Ah.. Hari minggu panjang.. Tapi semua sesuai dengan yang direncanakan.

-

Aku sempat beberapa kali naik dan turun emosi. Tapi aku berhasil melewatinya tanpa berlebihan. Dua minggu pertama bulan Juni. 'Tekanan' sisa mei rupanya masih terasa. Tapi 'kewajiban' berangsur mulai selesai. Bau-bau jeda liburan sudah mulai tercium. Aku mungkin akan merencanakan sesuatu untuk mengisi waktu itu. Perjalanan lagi ? Penciptaan lagi ?, yah.. Apapun itu, bagaimana nanti.

-

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا (٥) إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا (٦)

"So, verily, with hardship come ease. Verily, with hardship comes ease"
- Al-Insyirah : 5-6

-

"Trust in the Lord with all your heart, and do not lean on your own understanding. In all your ways acknowledge him, and he will make straight your paths."
-  Proverb 3 : 5-6





فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا (٥) إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا (٦)
فَإِنَّ م ٱلْعُسرِ يُسْرًا (٥) إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا (٦)

0 comments:

Posting Komentar