Jumat, 19 Juli 2024

Strength from within, to beyond

Udara terasa dingin seminggu terakhir ini. Orang-orang bilang ini salah satu tanda memasuki kemarau panjang. Sangat mengundang untuk digunakan berleha-leha, berdiam di atas tempat tidur dengan selimut dan pikiran yang hangat. Ketika udara dingin aku merasa ruang jadi semakin sempit, dan minimal itu membuatku bisa lebih memusatkan kepala pada hal yang ingin dipikirkan saja. Apalagi aku tidak bisa bertahan dengan cuaca panas. Sok jadi ambek-ambekan.

 

Jumat pagi. Mendengarkan lagu Waltz of Solitude – Matthew Adam. Aku berencana ikut jadwal ziarah dari tempat kerja, tapi urung karena jadi lebih memilih beres-beres. Dengan tidak adanya hujan berminggu kosanku di saung yang relatif ruang terbuka semua dan atap bilik yang sudah rapuh, debu-debu lebih cepat berserakan. Lanjut mengurus tanaman-tanamanku. Kegiatan seperti ini biasanya cukup efektif meredakan emosi ketika naik.

Juli. Tahun lalu aku menghabiskannya dengan belajar. Karena saat itu aku mendapatkan beasiswa dari EV untuk belajar bahasa inggris dengan lebih intensif. Waktu yang menyenangkan dan menantang. Sedang tahun ini, hanya tersisa menantangnya saja. Pekerjaan sampinganku berakhir pada Juni, dari itu aku mesti mencari kegiatan lain, supaya setidaknya Juli kali ini ada sesuatu yang baik yang dialami.

Keadaan di rumah juga lumayan tidak biasa, semuanya seperti sedang ‘bergerak’. Adikku sudah memasuki semester akhir diperkuliahannya. Resign dari kerjaannya di café, dia sedang menggarap penelitian untuk bahan-bahan skripsinya. Kebetulan Sebagian datanya diambil di daerah Tasik. Jadi dia pulang dan menghabiskan hampir dua minggu di rumah. Ini hal baik, karena minimal ada ‘orang’ di rumah.

: Kami punya banyak orang tua yang mesti diperhatikan.

Adikku juga punya seabreg kegiatan selain urusan kuliahnya. Aku kadang iri dengannya yang bisa menuliskan hari-harinya dengan lebih menarik. Mungkin karena dia tipikal ‘pembaca’ yang lebih baik dariku. Dan dia bisa lebih pandai ‘memulai’ untuk menulis. Ini hal paling berat, biasanya aku sok lama kalau mengumpulkan mood untuk itu. Ieu heula, itu heula. Padahal kalau sudah mulai ‘panas’ mah sok ngageleyeung. Lalu keahliannya adalah kadang bisa mentolelir untuk melakukan hal yang dia tidak senangi, hanya untuk mencari ‘bahan’.


Dari Seberang, kakakku yang di batam punya hari-hari kebimbangan yang baru dialami. Si Suhay masuk ke TK, sedang bapa dan ibunya juga mesti bekerja. Galib diurang lamun budak mimitian sakola sok dianteurkeun ku kolotna ningan. Ini mungkin jadi waktu untuk keluarga kecil mereka untuk belajar berkompromi dengan keadaan. Berumah tangga memang level kehidupan yang lain. Makanya aku tidak mau buru-buru soal ini, selain can aya picaloneuna sih. Tapi di sisi lain semua senang karena si Suhay terlihat ‘tertarik’ dengan kegiatan hari-harinya yang baru. Dia selalu rame dengan bibi-bibinya, tapi selalu malu-malu banteng setiap kali melihatku. Padahal aku yang nemani dia waktu masih orok bereum dulu, hahaha. Tapi kuakui, dari yang kulihat si Suhay ini kecerdasannya memang diatas rata-rata anak seumurannya, dan biasanya anak yang seperti ini selalu punya ‘kejutan lain’ seiring bertambah usianya nanti. Yah.. Kita lihat saja nanti.

 


Kakakku yang paling tua juga Juli ini sedang mendapat pelatihan di instansi yang namanya panjang dan ribet untuk diingat. Jadi dia akan tinggal di Cimahi sampai awal Agustus. Playlist lagu-lagu cadasnya tidak terdengar di rumah seminggu ini, membuat rumah lebih ‘damai suara’ tapi membuat suasana jadi dingin. Dia kentara mulai mengupload status hari-hari kegiatannya di sana. Berbeda dengan pelatihannya yang pertama yang membuat dia tertekan bahkan sampai sakit. Yang kali ini dia terlihat lebih enjoy. Mungkin kali ini ada efek ‘energi yang lain’ juga. Karena akhir-akhir ini dia sedang membara soal asmara, hmmeh. Dia yang ‘terkenal’ sering gonta-ganti pacar ini sekarang mulai publish bagian kehidupannya tentang itu. Cinta masih sangat mungkin untuk bermekar tanpa terikat usia haha. Yah, aku sih senang-senang saja. Karena buat kami, kebahagiaan yang didapatkan ‘dari luar’ semacam ini jatahnya memang tidak sebanyak dan mesti dicari lebih keras dari orang lain. Dan juga, diusia yang segini desire kami untuk terus belajar ternyata masih besar.

 

Balik lagi kepadaku, seperti yang kubilang diawal, tahun ini hanya menyisakan ‘menantangnya’ saja. Menyenangkannya belum kutemukan. Sistem tempat kerjaku semakin aneh, sampai guru seniorku dikeluarkan. Jadi aku akan mulai hal-hal di tempat kerja sendirian sekarang. Sudah kukatakan konsekuensinya pada ‘para petinggi’, jadi seharusnya tidak repot ngurusi itu-ini. Tapi kenyataannya tentu tidak. Awal-awal saja aku sudah ditugasi kerjaan yang bukan kerjaanku. Tempat kerjaku ini entah dengan sadar atau tidak peduli sudah melaksanakan praktek ‘stratifikasi’, sangat minim apresiasi, di sisi lain keadaanya sudah mulai kritis. Tapi orang-orang ‘atas’ masih saja acuh dan menganggap semuanya baik-baik saja. Satu-satunya alasanku di sini adalah soal tinggal amanah, jadi aku tidak bisa apa-apa selain mengerjakan yang kubisa, meski sambil mengeluh.

Juli tahun ini aku memutuskan untuk kuliah lagi. Ini sebenarnya whistlist-ku dari tahun 2021 lalu, tapi baru bisa ku-’judi’kan tahun sekarang.  Mengejar beasiswa luar negeri yang agak susah dikompromikan dengan waktu dan bekelna, kali ini aku berakhir di sekolah yang biasa-biasa saja. Bukan sekolah besar apalagi bagus sih. Tapi aku merindukan enrichment semacam ini sejak lama. Aku tidak tahu keadaan akan seperti apa nanti, biar kucoba dulu. Yang penting aku punya ‘bacaan’, hal yang kulihat, keadaan baru. Aku butuh bahan buat berimajinasi dan mengasah perasaan. Aku tidak pilih-pilih perasaan sih mau menyenangkan ataupun tidak sebenarnya tetap bisa kugunakan sebagai bahan. Tapi yah semoga yang menyenangkan.


Semester baru ini barangkali aku akan mencoba mengurangi banyak bicara. Aku susah bergaul, tapi kalau sudah bicara seringkali tidak kontrol. Lalu.. Mau ngurangi nongkrong-nongkrong tidak jelas. Hehe, ada kalimat yang agak kurang menyenangkan yang kudapat saat nongkrong minggu-minggu terakhir ini. Temanku bilang begini, “Sulit bicara dengan orang yang selalu pakai perasaan”, lalu, “Berhentilah hidup dalam imajinasi”. Aku sedikit bergumam, apakah orang-orang memang hidup tidak memakai perasaan ya ? hehe. Kuakui aku memang sedikit berlebihan menggunakannya, tapi untuk yang sudah banyak kehilangan hidup, cara itu membuat hidup jadi lebih ‘hidup’.

 

Lalu tentang imajinasi. Harapan buatku bukannya sudah tidak berlaku, tapi memang probabilitasnya lebih sedikit untuk dapat tercapai. Lalu, sebagian besar perjalanan yang nyata kualami sampai sekarang adalah berasal dari imajinasi. Meskipun seperti ujaran adikku, imajinasi buat kita akan suatu saat tercapai meskipun dalam versi ‘kecilnya’. Itu mungkin gara-gara do’a kita tidak lengkap, tidak sistematis. Tapi kukira Tuhan yang maha tahu apa yang dikereteg-kan hambanya. Jadi ketercapaian yang kudapat adalah yang barangkali mampu kuupayakan-kudapat dan kupertanggungjawabkan menurut-Nya. Kecuali kalau mau main jahat, mengambil ‘jalan pintas’ misalnya. Tapi aku malas bersih-bersihnya nanti.

 

Imajinasi buatku seperti jatah dari Tuhan. Yang bisa membawaku ke dunia yang mungkin, yang tidak ada-belum ada dalam realita. Itu bisa begitu liar. Lalu Ketika kembali sadar ke dunia nyata ini membantuku mengurai-lebih memaknai hidup yang terang redup.

 

Beberapa orang berubah bukan karena ceramah-ceramah seorang pemuka. Tapi yang lebih mudah diterima adalah dengan menggunakan sisi afeksi, emosionalnya. Tapi sayangnya hari ini tidak banyak yang menyadari dan menggunakan kekuatan besar itu dengan baik. Membayangkan menjadi seorang lain, dalam kondisi lain. Buatku, Imajinasi berperan besar dalam itu.


إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍۢ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ۖ يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ ۖ مَا مِن شَفِيعٍ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ إِذْنِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ فَٱعْبُدُوهُ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

"Surely your Lord is Allah Who created the heavens and the earth in six Days,1 then established Himself on the Throne, conducting every affair. None can intercede except by His permission. That is Allah—your Lord, so worship Him ˹alone˺. Will you not then be mindful?"
-Yunus : 3

"However, as it is written:'What no eye has seen, what no ear has heard, and what no human mind has conceived', the things God has prepared for those who love him"
-Corinthians 2:9

0 comments:

Posting Komentar