Udara terasa dingin seminggu terakhir ini. Orang-orang bilang ini salah satu tanda memasuki kemarau panjang. Sangat mengundang untuk digunakan berleha-leha, berdiam di atas tempat tidur dengan selimut dan pikiran yang hangat. Ketika udara dingin aku merasa ruang jadi semakin sempit, dan minimal itu membuatku bisa lebih memusatkan kepala pada hal yang ingin dipikirkan saja. Apalagi aku tidak bisa bertahan dengan cuaca panas. Sok jadi ambek-ambekan.
Juli. Tahun lalu aku menghabiskannya dengan belajar. Karena saat itu aku mendapatkan beasiswa dari EV untuk belajar bahasa inggris dengan lebih intensif. Waktu yang menyenangkan dan menantang. Sedang tahun ini, hanya tersisa menantangnya saja. Pekerjaan sampinganku berakhir pada Juni, dari itu aku mesti mencari kegiatan lain, supaya setidaknya Juli kali ini ada sesuatu yang baik yang dialami.
: Kami punya banyak orang tua yang mesti diperhatikan.
Adikku juga punya seabreg kegiatan selain urusan kuliahnya. Aku kadang iri dengannya yang bisa menuliskan hari-harinya dengan lebih menarik. Mungkin karena dia tipikal ‘pembaca’ yang lebih baik dariku. Dan dia bisa lebih pandai ‘memulai’ untuk menulis. Ini hal paling berat, biasanya aku sok lama kalau mengumpulkan mood untuk itu. Ieu heula, itu heula. Padahal kalau sudah mulai ‘panas’ mah sok ngageleyeung. Lalu keahliannya adalah kadang bisa mentolelir untuk melakukan hal yang dia tidak senangi, hanya untuk mencari ‘bahan’.
Dari Seberang, kakakku yang di batam punya hari-hari
kebimbangan yang baru dialami. Si Suhay masuk ke TK, sedang bapa dan ibunya
juga mesti bekerja. Galib diurang lamun budak mimitian sakola sok
dianteurkeun ku kolotna ningan. Ini mungkin jadi waktu untuk keluarga kecil
mereka untuk belajar berkompromi dengan keadaan. Berumah tangga memang level
kehidupan yang lain. Makanya aku tidak mau buru-buru soal ini, selain can
aya picaloneuna sih. Tapi di sisi lain semua senang karena si Suhay
terlihat ‘tertarik’ dengan kegiatan hari-harinya yang baru. Dia selalu rame dengan
bibi-bibinya, tapi selalu malu-malu banteng setiap kali melihatku. Padahal aku yang
nemani dia waktu masih orok bereum dulu, hahaha. Tapi kuakui, dari yang
kulihat si Suhay ini kecerdasannya memang diatas rata-rata anak seumurannya, dan
biasanya anak yang seperti ini selalu punya ‘kejutan lain’ seiring bertambah
usianya nanti. Yah.. Kita lihat saja nanti.
Kakakku yang paling tua juga Juli ini sedang mendapat
pelatihan di instansi yang namanya panjang dan ribet untuk diingat. Jadi dia
akan tinggal di Cimahi sampai awal Agustus. Playlist lagu-lagu cadasnya
tidak terdengar di rumah seminggu ini, membuat rumah lebih ‘damai suara’ tapi
membuat suasana jadi dingin. Dia kentara mulai mengupload status
hari-hari kegiatannya di sana. Berbeda dengan pelatihannya yang pertama yang
membuat dia tertekan bahkan sampai sakit. Yang kali ini dia terlihat lebih enjoy.
Mungkin kali ini ada efek ‘energi yang lain’ juga. Karena akhir-akhir ini
dia sedang membara soal asmara, hmmeh. Dia yang ‘terkenal’ sering gonta-ganti
pacar ini sekarang mulai publish bagian kehidupannya tentang itu. Cinta masih
sangat mungkin untuk bermekar tanpa terikat usia haha. Yah, aku sih
senang-senang saja. Karena buat kami, kebahagiaan yang didapatkan ‘dari luar’
semacam ini jatahnya memang tidak sebanyak dan mesti dicari lebih keras dari orang
lain. Dan juga, diusia yang segini desire kami untuk terus belajar ternyata
masih besar.
Lalu tentang imajinasi. Harapan buatku bukannya sudah tidak
berlaku, tapi memang probabilitasnya lebih sedikit untuk dapat tercapai. Lalu,
sebagian besar perjalanan yang nyata kualami sampai sekarang adalah berasal
dari imajinasi. Meskipun seperti ujaran adikku, imajinasi buat kita akan suatu
saat tercapai meskipun dalam versi ‘kecilnya’. Itu mungkin gara-gara do’a kita
tidak lengkap, tidak sistematis. Tapi kukira Tuhan yang maha tahu apa yang dikereteg-kan
hambanya. Jadi ketercapaian yang kudapat adalah yang barangkali mampu kuupayakan-kudapat
dan kupertanggungjawabkan menurut-Nya. Kecuali kalau mau main jahat, mengambil ‘jalan
pintas’ misalnya. Tapi aku malas bersih-bersihnya nanti.
Imajinasi buatku seperti jatah dari Tuhan. Yang bisa membawaku ke dunia yang mungkin, yang tidak ada-belum ada dalam realita. Itu bisa begitu liar. Lalu Ketika kembali sadar ke dunia nyata ini membantuku mengurai-lebih memaknai hidup yang terang redup.
Beberapa orang berubah bukan karena ceramah-ceramah seorang
pemuka. Tapi yang lebih mudah diterima adalah dengan menggunakan sisi afeksi,
emosionalnya. Tapi sayangnya hari ini tidak banyak yang menyadari dan
menggunakan kekuatan besar itu dengan baik. Membayangkan menjadi seorang lain, dalam
kondisi lain. Buatku, Imajinasi berperan besar dalam itu.
إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍۢ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ۖ يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ ۖ مَا مِن شَفِيعٍ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ إِذْنِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ فَٱعْبُدُوهُ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
-Yunus : 3
0 comments:
Posting Komentar