Sabtu, 02 Agustus 2025

Cití Na gCumann : And if we cannot be bound here


Níor cuireadh romham cuireadh na fáilte
Ó thánas an tsráid seo thíos
On uair a dh'airigh mo ghrá geal
Is go dtugas mo lámh do mhnaoi
Is doigh leo go bhfuil mise pósta
Is dár ndoigh, más doigh, ní fíor
Dar a leabhar seo 'tá thíos i mo phóca
'S ag mealladh ban óg a bhíos

English translation :

I received neither welcome nor hospitality
Since I came to this village
Since my love heard
That I gave my hand to a woman
They think I am a married man
But if they do it is not true
By the book which is in my pocket
I was enticing a young woman.

Beberapa hari ini aku mendengarkan lagu ini, lagu yang kudengarkan sejak usia SMP. Iya, aku tumbuh dengan lagu-lagu seperti ini.. Referensi laguku memang tidak banyak sekarang, aku jarang mendengarkan lagu-lagu baru, entahlah, kurang fit saja denganku-dengan suasana hatiku.

lagu Cití Na gCumann ini pertama yang dinyanyikan oleh Maire O'Sullivan pada tahun 1951. Aku mendengar yang sudah diaransemen oleh Clannad dan dinyanyikan Moya Brennan. Ini adalah salah satu lagu Irlandia terbaik dalam gaya balada naratif, lagu ini menceritakan kisah seorang pemuda yang gagal mencapai kesepakatan tentang perjalanan cintanya lalu menceritakan masalahnya kepada dunia-dia ingin 'pulang'.

: Ketulusan memang sulit ditemukan, hari ini, mungkin juga sejak dulu.

Yah.. Seperti yang sering diceritakan orang-orang, orang-orang Irlandia memiliki keterampilan khusus saat 'bercerita'. Mendengarnya, tidak hanya soal mendengar. Aku seperti dibawa membayangkan pada kisah, orang-orang serta lanskap padang rumput luas, hutan rimbun dan tebing-tebing pesisir Britania.


-

Dua minggu sisa Juli dua hari Agustus. Aku tidak menyangka akan sepadat ini. Beberapa hal terjadi secara tiba-tiba sih. Aku yang berniat menulis setiap minggu juga terhenti. Dulu waktu-waktu tidak seperti ini. Aku bisa menulis cerita lumayan panjang hanya untuk satu kejadian saja, sekarang cuma bisa highlight-highlight nya saja. Lalu, kegiatan 'normal'ku juga sudah dimulai kembali, tambahlah lebih dukdek. Yang jelas mulai bulan ini aku mesti lebih bisa hemat, karena irongan sumber daya yang kudapatkan akan mulai berkurang. Ternyata benar, masuk ke usia begini yang mahal salah satunya adalah waktu, lalu tentu kesehatan, haha..

Hidup, kalau bergerak, selalu ada saja kejadian. Baik dan tidak baik, begitu barangkali kemestian.


Senin, 14 Juli 2025. Orang Kaya. 
Hari 'normal' pertama. Aku sudah disambut pagi yang kurang menyenangkan. Ruanganku dipinjam untuk keperluan syarat salah satu rekan kerja yang mendapatkan proses penaikan jenjang karir, tapi kukira dia 'kurang bersyukur'.

"Ini udah ketiga kalinya panggilan, tapi dua sebelumnya ga kuterima. Apa ya, ribet aja gitu, Ki. Aku kan mager gitu ya, lagian tadinya aku kerja begini juga cuma buat ngisi waktu luang aja.", ujarnya padaku. Maksudku, dia tidak perlu juga mengatakan itu kepadaku yang notabene aku tahu banyak orang yang berusaha mendapatkan kesempatan ini, dan dia seperti tidak begitu ingin melakukannya. Untuk informasi, memang dia berasal dari keluarga kaya, kaya sekali. Jadi mungkin buat dia hal begini tidak begitu penting, profit yang dia dapatkan dari kerjaannya di tempat yang sama denganku buatnya mungkin tidak seberapa dengan apapun yang dia miliki sekarang.

Tipe-tipe orang kaya yang tidak begitu kusukai, dia tidak pernah merasakan bergerak dari bawah. Bisa-bisanya aku punya kenalan model begini. Aku tidak berlama-lama, memberikan kunci ruanganku saja. Dan mendoakan apapun yang dia kerjakan semuanya lancar.

Dan jangan berharap ruanganku dibereskan lagi. Benar saja, denah berubah, kursi-kursi di luar. Memang tidak seberapa, tinggal ku masukkan lagi. Hanya saja bukan begitu caranya minta bantuan, tapi aku yakin dia juga tidak paham soal hal begituan. Ah sudahlah yang lain lagi.

Lalu, tentu Aku yang membereskannya. Sekalian memasang lukisan-lukisan lamaku pada skema awal. Tadinya aku ingin mengisi waktu liburan ini dengan melukis seri yang baru untuk mengganti lukisan-lukisan pada foto di atas yang sudah tiga tahun terpajang. Agak bosen saja sih. Tapi ternyata aku belum ada waktu untuk itu.. Yah.. Sigana mah rek dikereyeuh maju ayeuna we.

Selasa, 15 Juli 2025. Lanjut mengerjakan guide musikalisasi puisi yang baru. Kami bekerja sedari pagi, memasuki hari-hari normal kembali, berusaha membiasakan jam produktivitas. 


Lalu siangnya menghubungi Nida Nadzifa untuk langsung mengisi vokal. Memang vokalis andalan, meski Nida perlu waktu ngararaba lagu yang baru ini, tapi yah.. Lumayan bentuk garis besarnya sudah mulai terdengar.


Ohhh.. Ke Dokter lagi sore harinya. Berbulan ini si Bapa jadi sering sakit-sakitan begini, tidak menyenangkaaanss.


Sedikit cuplikan saat take vokal Nida.


Rabu, 16 Juli 2025. Pembukaan kegiatan di tempat kerja secara 'formal'. Datang sebagai undangan saja, karena aku memang bukan panitia. Keur mah keadaan tempat ini sedang huru-hara, kegiatan yang sekarang jadinya agak semrawut jug, pasalnya kordinasinya tidak jelas, dan tidak transparan. Yang males ini adalah banyak mendapat gerutu di sini dan di sana, tapi tidak kunjung ada solusinya.


Lanjut memperbaiki vokal Nida. Ngefill bass, vokalku dan sentuhan organ gospel. Meski bebengeutan kami sudah teu pararuguh, darisini, lagu musikalisasi puisi "Bagaimana Bila Kita Ke Kamojang Saja" ini bisa kami anggap selesai. 


Kamis, 17 Juli 2025. Jadi, selain mengerjakan kerjaan soal lagu-lagu, aku dan kurawa saung harus mengerjakan 'penciptaan lain'. Rizal serius membuat puisi yang akan dipakai pada pertunjukkan demo sanggar untuk hari lusa. Kami mengerjakannya di rumah Diwan.


Sebagai syukuran dan 'teror' ke yang mpunya puisi yang kami buatkan lagunya, Diwan mengajak kami memasak liwet dan makan bersama di rumahnya. 



Jumat, 18 Juli 2025. Kerugian masih lengoh adalah selalu disangka salse. Katempuhan nginep di tempat kerja karena ada kegiatan. Padahal bukan panitia, tapi yah.. Mau bagaimana lagi.


Alasanku nginap cuma dua. Pertama, ngaping anak-anak asuhan Wawan dan Ijal yang mau pertunjukan demo, kedua nemeni teman si bapa begadangan parat sampe shubuh. Seusia ini Om Dedi masih ngurusi kegiatan beginian. Belum ada gantinya (atau ngada yang mau pasang badan menghadapi 'kekuasaan')


Tidak bisa seenaknya tidur, aku jadi menulis sedikit..

Malam Sabtu

Dibalik kerangkeng tinggi. Berwarna abu
Isinya beribu tapi tak kutemukan satu
Masing-masing pandai merangkai rayu
Di atas damai palsu. Di bawah saling adu

2025


Sabtu, 19 Juli 2025. Gara-gara begadang itu, Alhasil jadi balas dendam tidur sampe setengah hari. Sekarang badan jadi teu kaopaan. Ngabisa diajak kompromi soal begadang-begadangan ternyata. Sebelum tidur itu aku dikirim sarapan sama teh Lia istrinya mang Cucu-yang punya kosan. Katanya syukuran ulang tahunnya Alika. 


Sorenya lanjut latihan untuk pertunjukan Napak Jagat Pasundan - Kamonesan untuk tanggal 9 Agustus yang akan datang. Tidak sesulit awal-awal latihan karena kami sudah dalam fase ngasakkeun


Ketemu si gadis teman 'berdrama' lagi.


Sementara handel angklung, karena personil yang hadir tidak lengkap semua


Minggu, 20 Juli 2025. Mberesi tanaman, setelah dua minggu tidak kusiram, aku mengganti tanah beberapa pot yang ada di beranda sharing space sejak pukul 10 sampai hampir magrib.


Dikirimi foto si Aya yang ngasuh anak-anak si Uti. Gara-gara ini si Aya juga jadi jarang keluyuran karena ada teman. Jadi ingat si Ucu yang ngasuh anak-anak si Moniq dulu.


Senin, 21 Juli 2025. Beresin ruangan sisa orang-orang yang ujian menggunakan ruanganku.


Siang sampai malam. Hampir mau pulang, gerombolan berisik malah datang, akhirnya ngobrol sampai malam.



Selasa, 22 Juli 2025. Panen bunga rosela di pekarangan kosan. Tidak banyak, tapi cukup untuk minumanku sendiri saat pagi hari. Kutanam sendiri, rasanya lebih enak dengan menunggu waktu tumbuh. 


Sudut yang paling kusukai. Bunga Bugenvil yang kutanam di dalam ruangan daun-daunnya lebat menjalar sampai ke luar jendela. Hari ini rekan-rekan yang ujian selesai semua, jadi aku membereskan detail ruanganku. 


Wawan dan Rizal ke ruanganku. Kami menindak lanjuti soal Pa Asep yang akan melepas jabatannya sebagai pembina Sanggar. Membongkar data-data sanggar di komputerku, kami memulai rencana membuatkan buku kenangan highlight jejak perjalanan Pa Asep sebagai pembina Sanggar Gama sebagai hadiah untuk Pa Asep. Ini agak repot karena datanya banyak tercecer, kami jadi menyusunnya sedikit-sedikit.


Rabu, 23 Juli 2025. Aku tidak ada jadwal hari ini, Kugunakan untuk istirahat karena kemarin aku beres-beres seharian. Lalu malam harinya ke rumah kang Ahmad untuk ngobroli urusan pagelaran tanggal 9 Agustus mendatang bersama Mas Diwan.


Kami disuguhi kopi timur tengah karena kakaknya kang Ahmad bekerja di Dubai. Tapi rasanya aneh haha..


Kamis, 24 Juli 2025. Sepulangnya aku dan teman-teman melanjutkan penyusunan buku kenangan pa Asep. Kami bekerja sampai dini hari. Aku jam satu pagi, Wawan dan Rizal sampai pukul tiga pagi. Alhasil inilah pemandanganku di pagi hari.


Aku ada pembekalan untuk periodik baru di tempat kerja, dan hari ini dibuka oleh Pa Kyai Abd. Chobir yang 'pasang badan' sebagai perwakilan Yayasan. Pa Kyai ini masih kuat dan kenan menggunakan subyek 'kami' setiap kali acara begini.


Pa Asep Kurniawan, Bapa pangsolehna ieu mah. Menutup acara pembukaan pembekalan dengan do'a darinya. 


Aku hampir selalu tidak makan sarapan. Bukan orang yang biasa makan pagi dengan makanan berat. Tapi ternyata rapat setengah hari belum selesai, alhasil kekerebekan. Syukurnya, Pa Rizki Mauldan menghadiahiku brunch package lengkap dengan kopi latte. Ohh.. terbaik memang !


Pembekalan dimulai. Isinya teoritik semua. Kurang cocok buat tipe lapangan sepertiku, tapi yah.. Ilmu, bisi hiji saat butuh.


Irma Astie. Salah satu rekanan kerja yang cukup komunikatif, aku memang senang gaul sana-sini selama masih baik dan memberikan kebaikan. Alumni sastra basa Sunda Unpad ini dulunya penulis yang cukup produktif.


Sesi kedua setelah dzuhur, penggunaan literasi sebagai medium. Cukup menarik, tapi kukira dengan kondisi ril di lapangan-di sini agak sulit hahaha. Pembekalan ini menghabiskan waktu sedari pagi sampai sore hari.


Jumat, 25 Juli 2025. Hari selanjutnya Implementasi langsung di lapangan. Aku salah satu yang kebagian disupervisi oleh pengawas di jam terakhir. Oh tentu aku sangat punya banyak kekurangan, apalagi ini bukan field-ku secara linear. Dan aku sangat menerima apapun dari beliau sebagai koreksi sebagai pengawas, yah buatku selama tidak ngoceh soal rambutku saja sih,-aku masih aman.


Sabtu, 26 Juli 2025. Seperti biasa, darah tinggiku naik kalau sudah ketemu dengan 'kerepotan-kerepotan' yang tidak kuinginkan. Selain itu aku mendapati tenggorokanku radang dan amandel. Jadi tak boleh ada kopi dan rokok yang masuk pada tubuhku untuk sementara ini.


Sebagai gantinya, aku bisa menggunakan minuman herbal untuk sekedar minum ringan. Jahe, kencur, kapulaga, cengkih, kayu manis, jeruk, dan madu. Enak juga ternyata.


Malam harinya menggarap lagi tentang acara dan buku kenangan untuk Pa Asep. Aku dan teman-teman saling menghubungi alumni lintas angkatan untuk 'udunan', syukurnya masih banyak alumni sanggar yang memberikan respon positif, mereka berturut-turut mengirimkan 'bantuan dan titipan'. 


Kumpul sederhana buat menerangkan garis besar tentang rencana 'kejutan' untuk Pa Asep. Aku cuma mengarahkan dan menghubungi alumni-alumni beberapa tahun di bawahku saja, sisanya mereka yang menghubungi karena terlalu jauh jarak waktunya. Tentang buku kenangan, aku menulis redaksi, Rizal menyortir data dan dokumentasi, Wawan untuk desain dan layout. Risa sebagai bendahara, tim kecil yang keteteran dengan 'tugas besar' ini sebenarnya.


Pulang ? Kita lanjut bekerja lagi dong hueee. Tiba-tiba kosan berubah menjadi workspace. Bekerja sampai dini hari, kami terlihat seperti pegawai korporat pabrik yang dikejar deadline haha.


Minggu, 27 Juli 2025. Bahkan pagi di hari selanjutnya. Kami memang dikejar waktu sih, tapi lumayan bentuk acara dan pretelannya sudah mulai kelihatan bentuknya.


Istirahat sejenak, sore harinya ada paket dari Cece ku dari Yogya.


Hadiah ulang tahun yang isinya bejibun. Semuanya benda-benda kesukaanku. Aku jadi seperti mau jualan haha.


Menelponnya. Cece ku ini tinggal di Singapore, dan sedang pulang ke Yogya. Sepertinya selesai garapan 9 Agustus ini aku akan menemuinya ke sana.


Lanjut mengerjakan hal-hal untuk acara Pa Asep. 


Kami menggunakan 'titipan' dari teman-teman alumni untuk memberikan kenang-kenangan. Jam tangan ini salah satunya, hari ini dibeli Risa, dan laporan pada tim. 


Lalu mengerjakan lagi buku kenangan, agak kewalahan karena kami tidak tahu apa yang terjadi di sanggar di masa-masa yang tidak kami tahu, mengabari orang-orang yang sudah 'entah kemana', mengumpulkan catatan-catatan dari orang-orang, oh sudah tentu ini sampai dini hari lagi hueee. Tapi akhirnya kami memutuskan selesai karena beberapa tidak responsif tentang informasi, lalu buku harus segera ke percetakan karena pengerjaannya bisa minimal dua hari, sedang acara ada di hari jumat.


Senin, 28 Juli 2025. Seseorang yang pernah mewarnai hari-hariku dua tahun lalu mengabariku bahwa dia sedang ada di Indonesia. Dia memang tinggal dan berkebangsaan Amerika. Sejujurnya ini agak mengganggu mood-ku. Bagaimana tidak, kita pernah punya waktu-waktu yang baik di masa lalu, ah.. Aku jadi membuka hal-hal yang tersisa diantara kita berdua yang sekarang kumiliki seorang saja.


Sorenya latihan untuk pagelaran. Ketemu lagi perempuan ini yang sama-sama sedang kurang mood.


Rabu, 30 Juli 2025. Hari ini tim acara Pa Asep dibagi dua. Aku dan Rizal mencari material untuk bahan dekorasi acara Pa Asep, Wawan mengurusi latihan tampilan anak-anak. Cuaca buruk, kami hujan-hujanan ke Gunung,


Buku selesai cetak !


Latihan. Kali ini agak rempeg. Dan memang menyenangkan kalau lengkap semua, lebih terasa, dan pertunjukkan jadi maksimal.


Kamis, 31 Juli 2025. Sesuai rencana, sehari sebelum acara, kami selesai mberesi aula dengan segala pretelan dekorasinya. Hari ini kami tim kabantuan oleh Ijaz dan Alvi.


Jumat, 1 Agustus 2025. Dini hari, genteng rumah bagian depan kosan Ma Haji runtuh. Tanaman kriminil dan adameve yang kutata jadi rusak karena tertimpa jatuhan, sayang sekali. Sejak mang Cucu pindah ke rumahnya yang baru, rumah bagian depan ini memang tidak dipakai lagi. Selain itu memang umurnya sudah tua juga. Jadi, aku membereskannya setelah shubuh.

Satu-satu Mulai Berjatuhan

Setelah menopang beban. Kenang
Yang hanya kumiliki seorang
Dilintasi waktu
Kini kau karam. Di kedalamanku


2025


Sarapan fast-food lokal. Terasa aneh. Biasanya aku punya makanan modelan begini di rumah mah Ros.


Acara yang direncanakan."Jejak Perjalanan Asep Muharam, S.Sn : Purna Pembina Sanggar Gama". Dengan ini, Pa Asep resmi melepaskan jabatan dan tanggung jawabnya sebagai pembina. Acara dibalut dengan rasa haru. Pa Asep tidak tahu sedikitpun bahwa lepas-sambut ini akan dibuat acara seperti ini. Lalu aku dan tim juga selesai tugas menyampaikan amanat dan 'titipan' dari teman-teman alumni.


Membaca album kenangan. Pa Asep membuka setiap lembarnya dengan waktu yang lama. Buku ini merangkum 15 tahun Pa Asep sebagai pembina, sejak angkatanku di tahun 2011. 32 Angkatan sanggar Gama, Pa Asep menemani sanggar ini pada setengah umurnya.


Sanggar Gama angkatan 32, hari ini. Mereka yang sedang melanjutkan perjalanan Sanggar Gama.


Yelling Sanggar Gama terakhir dari Pa Asep sebagai pembina.


Pulang ke kosan jam 9 malam. Ada Adam di saung, temanku yang sudah memilih 'pindah tugas'. Kami masih membicarakan pasca acara. Akhirnya dia menginap di kosan karena kemalaman.


Sabtu, 2 Agustus 2025. Danny membantuku 'menghilangkan' pohon peteuy yang tumbuh sendiri dan buah naga yang kutanam di sekitar area hijau ruanganku. "Merusak bangunan", ujar kaki tangan yang punya 'kekuasaan'. Jadi di tempat ini, orang-orang itu lebih senang menghilangkan potensi kerusakan yang sifatnya dzahir saja. Yang rusak-pengrusakan yang nga keliatan malah dipiara dan tumbuh dengan subur.


Malamnya, Zaki anaknya om Dedi membawakan oleh-oleh dari Bandung.


Dari seberang. Kathleen mengirimkan fotonya dengan baju pemberianku dan si Dede, namanya dalam alfabetik Sunda, sekarang sudah sampai dan tinggal di Panama. Sing betah di ditu Deee !





0 comments:

Posting Komentar