Sabtu, 21 September 2024

Spread The Tongue of The Glorious

Tebarlah kebaikan di manapun. Aku sebenarnya mencoba untuk menulis kegiatan harian setidakya per-satu minggu atau maksimal dua minggu lah paling lama. Tapi ternyata dengan segala kegiatan ini-itu atau tiba-tiba ada yang harus dilakukan di luar jadwal seringkali mengganggu konsistensi. Dan lalu dengan pertimbangan kekuatan mengingat, karena lumayan melelahkan juga mengingat banyak hal ke belakang, apalagi yang sama sekali yang tanpa jejak. Tapi untungnya sih aku selalu mengambil foto sebagai media ‘pembantu mengingat’ supaya bisa memudahkanku untuk kembali pada waktu itu.

Melakukan hal begini terkadang sampai menghabiskan setengah hari untuk menulis ringkasan dan terkesan tergesa-gesa. Dan itu mempengaruhi kualitas latihan redaksi penulisan yang kubuat. Sepele sih, bahkan ada juga yang menyebut hal yang dilakukan seperti ini tidak penting sama sekali. Tapi aku yang tidak punya apapun dan tidak mau kehilangan apapun, jadi ini harga yang harus kubayar. Karena ingatan untukku sangat berharga.

Hari yang turun naik, aku selalu mencoba mengolah emosi untuk setidaknya netral pada keadaan apapun, terlebih yang tidak baik. Tapi ternyata kadang tetap kelihatan. Masih ada orang yang bertanya “Kunaon ?”. Yah.. Ada yang baik untuk dibuat lebih baik dan tidak baik untuk diperbaiki. Barangkali, hidup memang harus seperti itu dan akan terus seperti itu.

Aku punya hari senggang hari ini, karena perkuliahan belum mulai. Akan jadi tulisan panjang, jadi aku akan bercerita tentang ringkasan yang terlewat pada Juli-September ini !

Juli 17, 2024. Bukan gingsul, jadi aku kehilangan lagi gigiku karena keropos. Sudah banyak kehilangan gigi di usia ini, aku tidak tahu nanti bentuk senyumku setelah tua. Dengan begini aku sudah tidak bisa memakai angle kiri untuk berfoto menyeringai haha. Aku sebenarnya bukan tipikal pengopi yang baik, aku lebih banyak minum minuman bersoda dengan pemanis buatan. Natrium benar-benar merusak. Akhirnya aku berhenti meminum hal-hal begitu sejak ini.


Juli 22, 2024. Nadia Tagony Nurazizah menikah dengan Muhammad ‘Ambon’ Ramadan. Mereka bertemu di patabeuhan. Secara kepribadian mereka begitu cocok karena sama-sama caliweura. Ambon yang selalu ceria dan  mengundang tawa dan Nadia yang teu daek cicing karena seorang penari.

Kami teman-teman Naratas bermain di pernikahannya dengan istilah Kaul. Memberikan kebahagiaan dengan cara begini menyenangkan juga. Satu persatu dari kami melangkah ke tahap hidup yang selanjutnya.

Nadia & Ambon diantara teman-teman sanggar.

Aku juga ketemu Alfi, salah satu teman yang sering direpotkan anak-anak saung hehe. Dulu kami pernah ada dan sama-sama belajar di satu tim tari yang malas kusebutkan namanya. Alfi ini yang paling sering pasang badan ketika aku diserang pertanyaan “Ayeuna nuju sareng saha ?”, ahaha. Beberapa orang menganggap serius bahwa kami memang bersama. Tapi yang memang kami bersama kan’ ?, iya, sebagai teman. Hehe

Agustus 1 2024. Pohon Kamboja yang kutanam di tempat kerja sudah mulai tumbuh daun dan tunas-tunas kecil.


Agustus 7 2024. Aku menyimpan Sirih Gading dengan ukuran besar di pintu kosan supaya terlihat lebih berwarna dan terasa ‘hutan’. Aku mendapatkannya dari taman belakang di pinggir saung punya Wa Ubed.

Tiba-tiba kamar kosanku penuh asap. Ternyata ada yang membereskan lahan kosong di pinggir saung. Katanya lahan ini sudah dibeli, nanti akan dibangun dan digunakan untuk gudang toko besi. Jadi suatu saat nanti di saung tidak akan ada pemandangan luas lagi kalau gudang itu sudah berdiri.

Diperjalanan pulang aku membeli Bandros. Tidak ada niat untuk jajan sama sekali. Aku membeli ini hanya karena di kejauhan malihat tatapan penjualnya sangat kosong. Begitu aku membelinya mata penjualnya langsung bergerak lagi, bibirnya tersenyum lagi. Lagipula ini tidak mahal, ketika di kafe-kafe harga kentang goreng bisa sekitar Rp. 20.000,-, Bandros ini hanya Rp. 500/ buah, di zaman ini, sudah jarang kutemui jajanan dengan harga segini, dan enak ! Kadang kalau sedang punya uang aku suka melakukan ini. Dan kuharap ini memberi sedikit kesenangan buatnya.

Templo del Corazon. Memainkan dan merekam potongan lagunya Mirabai Ceiba sebelum tidur.

Agustus 8 2024. Pohon murbei Wa Ubed berbuah banyak, Wa Ubed menawarkannya beberapa padaku.

Kakakku pulang pelatihan dari Bandung-Jakarta. Jadi dia masih punya banyak uang untuk jajanin orang-orang rumah. Aku memilihkan tempat ini karena pernah dibawa ke sini sama si Wildan. Aku nga penting makanannya sih, yang penting ngumpulnya aja. Si Bapa Ibu senang, udah cukup buatku.

Leo. Ini barangkali seperti adik bungsuku sekarang setelah Si Eneng, Lyong dan si Dido. Leo ini anaknya Pa Josh dan Mah Clau, keluarga yang baik yang pernah (dan masih) mengurusku sampai sekarang. Leo dulu menyenangi olahraga, kesukaannya bermain bola. Tapi akhir-akhir ini sedang senang belajar gitar, entah kenapa. Dia jadi sering ngarewong hampir tiap malam untuk video call saat dia Latihan atau nembongkeun apa yang sudah bisa dia mainkan. Aku sih senang-senang aja yang penting kegiatan positif buat dia.

Leo sampai punya band dengan teman-temannya di sekolah.


Agustus 9 2024. Aku senang me-reuse baju-baju kaos lamaku atau kaos-kaos yang ‘gambarnya’ kurang sreg dengan ‘gayaku’.


Menggunakan cat acrylic dan gaya abstrak, cukup merepresentasikan apa yang kuinginkan. Dan yang penting aku tidak perlu beli dan bisa kupakai lagi.

Agustus 10, 2024. Cep Thoriq dan Hagie berkunjung ke saung. Membicarakan tentang Epiphany dan Cahaya. Manusia-manusia langka yang membicarakan hal seperti ketika hidup sudah banyak terhimpit banyak realita. Tapi minimal, mereka masih punya waktu untuk berefleksi. Hal yang jarang disadari dan sering disapirakeun betapa pentingnya kembali melihat ke dalam diri.

Memasuki Agustus, di jalan-jalan, tetangga-tetangga sudah mulai memasang bendera. Mereka masih bersedia dan tersenyum melakukan ini meskipun negara tidak memberikan apa-apa.

Agustus 11, 2024. Perjalanan tiba-tiba, pukul 9 malam, aku di bawa agrowisata Tepas Papandayan oleh Yuda. Ini temanku saat SMA.


Tapi jikapun ngecamp, sebenarnya aku tidak cocok dengan jenis camp yang ramai seperti ini. Yah.. Ini akhir pekan sih.

Core agrowisata Tepas Papandayan ini sebenarnya adalah pemandian air panasnya. Lagi, aku tidak begitu suka dengan hal begini haha.


Sarapan jagung di perjalanan menuju Gunung Papandayan.


Tapi yah.. Membantu dengan memberikan waktu yang menyenangkan untuk Yuda yang ‘hidupnya banyak direnggut’ tanggung jawab yang bukan miliknya (dan aku juga merasakannya), aku tidak punya banyak hal untuk membantunya selain dengan begini, saat ini. Karena aku tahu menyenangkan punya seorang, bukan buat apa-apa, buat mengeluh saja ahaha.

Dua sisi di jalan menuju Gunung Papandayan yang sangat berbeda. Sisi kanan yang rimbun pepohonan dan sisi kiri dengan bebatuan cadas gersang.

Melewati Garut, aku jadi punya kesempatan kunjung ke teman-teman Wanakumbara, orang-orang yang pertama membawaku ke Gunung Papandayan, orang-orang yang membuatku senang mendaki. Tapi keadaan mereka sekarang sudah tidak sama. Semua sudah beranjak melewati masa dewasa. Hamdallah semua sudah bekerja-bermanfaat. Aku ketemu Frendy, Rian dan Jimmy di studio mereka.

Malam hari kepulanganku. Musim panas panjang, orang-orang duduk di halaman yang tidak seberapa untuk sekedar mencari angin. Menikmati singkong rebus dan obrolan ringan. Meski kami orang-orang biasa, kami senang sekali merayakan apapun di tempat sekecil ini..

Agustus 13, 2024. Imong berkunjung ke saung setelah dari Padakembang. Tapi tiba-tiba kami ‘riya’ sedikit memainkan potongan lagu Oysa benim sana – He can give others than my dream.


Agustus 16, 2024. Adikku selesai sidang untuk penelitian skripsinya. Berarti kami di rumah sudah selesai S-1 semua. Hal begini adalah hal yang tidak mudah buat kami. Karena selain harus stress belajar kami juga mesti bertarung dengan banyak hal di sisi lainnya. Matak sok geregeteun lamun ningali batur nu kuduna bisa lancar tapi tidak menggunakan ‘keleluasaan’ mereka itu dengan bijaksana.

Aku memotong bagian depan rambutku. Tapi malah gagal, tidak sesuai ekspektasi. Ternyata masalahnya bukan di rambut tapi di bengeut haha. Yah.. Sekali-kali coba bentuk lain sih, tapi moal kieu deui pokonamah. Mau keliatan seperti Samurai X malah jadi Sintia Mariska haha


Agustus 18, 2024. Sejak berhenti minum soda, aku lebih memilih kopi olahan sendiri. Aku punya beberapa stok kopi oleh-oleh, atau biasanya Azmi punya juga. Dibuat pahit, menghindari gula. Karena kalau pakai ya sama-sama saja pemanis buatan haha.

Selesai sidang adikku pulang dari Bandung. Dan gara-gara salah potong rambut itu kami punya bentuk rambut yang sama.

Setiap pulang, adikku selalu membawa banyak cerita. Dan buat kami hal seperti ini adalah salah satu ‘makanan’ utama keluarga.

Malam hari memainkan interlude lagu Rahwana Gandrung yang beberapa hari itu kudengarkan terus lagunya.


Agustus 20, 2024. Seharusnya hari-hari terasa damai. Tapi itu mulai terusik gara-gara distraksi orang-orang kampung yang terus menanyai para pemuda menyoal tujuh belasan. Akhirnya Yuda mengajak anak-anak saung untuk merapatkan kegiatan agustusan dengan sederhana saja (yang jadinya tidak sederhana). Karena kami para pemuda kampung tidak pernah mendapat bantuan apapun dari pemerintah ‘lokal’ untuk kegiatan begini. Serangan fajar, kami minta transferan ke teman-teman saung yang sudah terpencar kemana-mana untuk udunan kegiatan, kegiatan apapun.


Agustus 21, 2024. Salah satu yang direncanakan kami selain kegiatan agustusan yang 'konvensional' adalah kami akan me-remake film dokumenter kampung yang pernah dibuat di tahun 2017. Jadi kami mengumpulkan data dan riset tentang keadaan kampung pada waktu sekarang.


Pertolongan Cep Thoriq
Cep Thoriq, temanku saat masa SMA, putra kyai besar, ini bukan pemuda domisili kampung kami sebenarnya, tapi Cep Thoriq sering berkunjung ke saung. Tempat tinggalnya di kampung sebelah, hanya perlu 10 menit dengan jalan kaki. Cep Thoriq datang ke saung sore hari, juga membawakanku dupa melati favoritku.

Cep Thoriq bersedia membantu kami pemuda kampung untuk mengambil footage lanskap kampung dengan drone-nya untuk keperluan film dokumenter yang sedang kami rancang kembali, jadi ini pertolongan besar buat kami. Karena wa'as juga melihat kampung kami dari perspektif atas.

Tapi berbuat baikpun selalu dihadapkan dengan rintangan. Menerbangkan drone sore hari saat musim panas di kampungku ternyata benar-benar penuh resiko, musuh pilot drone : anak-anak bermain layangan. Benar saja, tidak lama drone terbang dan ngararaba sekitar, drone Cep Thoriq terkena kenur salah satu layang-layang, akhirnya drone-nya oleng dan jatuh. Kami para pemuda yang memintanya membantu langsung gegebegan, karena benda-benda begini mahal sekali harganya.

Syukurnya, drone-nya ketemu. Tapi dengan banyak kerusakan. Kenur yang meulit pada baling-baling drone, lalu body-nya banyak yang rusak belah. Keadaan begini malah Cep Thoriq yang minta maaf, kami merasa lebih tidak enak. “Ke, urang benerin dulu, nya”, pertemuan sampai maghrib itu ditutup dengan kalimatnya hueeee.

Agustus 23, 2024. Diminta pa Rais untuk ikut memeriahkan hajat lembur di kampungnya di Cihaur. Kami membawakan banyak kesenian tradisi.

Ijal dan Pa Asep sedang nyetem gamelan yang silung.

Agustus 24, 2024. Pulang tengah malam setelah pesta di Cihaur, besoknya aku langsung ospek. Acara yang kebanyakan sistem ceramah, atuh jelas we uing lelengutan.


Agustus 25, 2024. Melanjutkan ‘penjelajahan’ footage sambil cari-cari informasi untuk film documenter. Kami sangat beruntung ketemu dengan Ma Cacah bersama geng-nya di sawah yang sedang panen.

Wa Loloh masih ada saat itu. Kami punya segmen wawancara, Jadi kami meminta beberapa sepuh di kampung untuk memberikan pesan untuk kampung kami pada film dokumenter yang kami buat. Dan Wa Loloh adalah salah satunya.


Agustus 26, 2024. Ibu Hj. Eti, salah satu tokoh Pendidikan yang sepuh juga di kampung kami, dimintai juga untuk memberikan pesan dan motivasi untuk kampung kami.

Agustus 27, 2024. Pertolongan Cep Thoriq #2, selang seminggu Cep Thoriq mengabari drone-nya sudah selesai diperbaiki. Kali ini kami memilih pagi hari untuk mengambil footage karena bisi aya langlayangan deui. Syukur yang kedua ini lancar, terimakasih Cep !

Agustus 28, 2024. Kuncup-kuncup bunga kamboja di ruanganku sudah mulai tumbuh !

Malam harinya, meminta pertolongan Alfiani Fajri untuk menjadi voice over narrator pada film documenter. Diburuhan teh kotak wungkul ! hehe karunyaa, nuhun ya Fiii !

Agustus 31, 2024. Di Seberang Batam, kakakku yang laki-laki wisuda lagi untuk kedua kalinya. Ditemani Incu yang masih satu-satunya si Suhayla.

Di kampung, hari ini adalah malam puncak tampilan seni. Biasa, tiba-tiba banyak sekali tampilan seni yang ‘tidak terjadwalkan’ haha. Yah.. Namanya juga hiburan lembur. Semua berjalan lancar sampai ke menonton film documenter kampung yang kami buat. Wajah-wajah Bahagia mereka selalu menjadi perasaan menyenangkan bagiku (meski untuk ini banyak hal yang tidak menyenangkan haha). Mereka melepaskan banyak tawa setiap melihat wajah-wajah yang mereka kenali pada film yang kami putar. Setelah semua selesai banyak yang mengucapkan terimakasih kepada kami para pemuda kampung, hueee sedih.

Barangkali ada yang mau nonton film dokumenternya bisa klik link dibawah ini :

https://drive.google.com/drive/folders/1Ptn_I_STBQTFivk8011ItXQ_sJ0MFwb9

September 1, 2024. Hari terakhir, jalan santai. Kami beberapa panitia dan Trio Munyil, teman-temannya Yuda, ‘artis’ kampung kita di agustusan tahun ini.

September 2, 2024. Setelah kegiatan agustusan, aku kembali menjadi pekerja ‘normal’. Tapi mendapati bunga-bunga kamboja di ruanganku mulai mekar, hal baik dan pertama yang kudapatkan hari ini !

Lalu hari ini adikku juga selesai yudisium, sudah hampir legal dipanggil Sarjana Psikopat. Tinggal menunggu waktu wisuda.


September 5, 2024.
Hilma dan Reza, sepupu-sepupu keluarga Cianjur di tahlil wafat Uwa hari ketiga. Kalau di keluarga, aku paling banter kumpul dengan mereka karena mereka yang paling tahu secara boleker orang seperti apa aku ini. Saudara-saudaraku yang ‘moderat’ diantara para ‘konvensional’, Jadi geus teu karagok jeung mereka mah.


September 8, 2024. De Hilma menanam potongan pohon kambojaku di makam Uwa..


September 9, 2024. Aku berada di Cirebon tiga hari sebelumnya, dan sepulangnya sawah di pinggir sedang dipanen. Pemandangan yang indah dan mengundang untuk bolos kerja.

Lebih banyak bunga kamboja mekar !

Sepulang kerja aku mendekor madrasah untuk acara muludan. Aku masih punya beberapa sisa properti sisa Ramadhan tahun kemarin, jadi tidak perlu waktu lama untuk mendekor kali ini.

Selain mendekor aku juga mengiringi ibu-ibu jama’ah madrasah yang punya grup shalawat sebagai pembuka pengajian.

Pemuda-pemuda kampung yang kosannya dekat masjid dekat madrasah tapi harese solat berjamaah, haha. Tapi meski begitu mereka ini semua yang selalu menjadi eksekutor lapangan acara apapun di kampung.


Ust. Abdul Halim. Kami biasa memanggilnya mang Halim. Guru ngaji dari banyak orang di kampung, ngobrol dengan para kami para pemuda yang belum bisa bermanfaat, yang sudah bukan anak kecil lagi yang dulu sering main di halaman rumah Wa Ibah.

September 10, 2024. Mencabut rumput di antara celah batu lebih mudah daripada membersihkan hati.


September 11, 2024. Aku kena masalah lumayan besar di tempat kerja. Lalu para guru ini mengunjungiku-mengecek keadaanku. Ada pa Asep Kurniawan yang guru agama dan pa Andri yang guru sosiologi. Jadi mereka membantuku menyelesaikan masalah dengan dua perspektif itu.

Yang ini agak laen. Ketika Pa Asep dan Pa Andri menanyaiku soal masalahku, Pa Riki guru Ekonomi ini malah membawa seabreg suling-sulingnya ngajaki aku untuk nyanyi karena kami ada kegiatan garapan acara yang sama.


September 12, 2024. Latihan garapan music untuk tanggal 23 September, di rumahnya Yuda.


September 13, 2024. Shalawat ibu-ibu yang kuiringi saat muludan itu masih sering terngiang-ngiang di kepalaku. Akhirnya aku nyoba sedikit juga, yahh.. Suaraku lumayan tidak jelek-jelek amat dipake begini.


September 14, 2024. Diajaki ‘keluar malam’ sama teman masa kecilku Imana Tahira yang kebetulan sedang pulang dari Jakarta. Tapi ternyata ada Cep Thoriq dan Cep Rijal. Mereka bersaudara, semua cucu Kyai besar dan palinter. Aku merasa seperti ranginang saat itu haha.


Aku juga ketemu dengan Irwan, seorang teman lama yang sudah lama tidak bertemu.


September 17, 2024. Bunga kamboja di ruanganku sudah mekar sempurna, cantik sekali. Aku tidak membakar dupa hari itu karena wangi bunga ini juga sudah membuat harum saat mekar begini.


Sore harinya latihan untuk acara yang digagas Yuda. Kira-kira kami ini yang akan memainkan music kreasi nanti. Jajang Indra pada perkusi, Yuda Fauzan sebagai konduktor, Imam Muhtadi pada saxophone, aku dan Hari pada fiddle dan biola, Wawan pada gitar, Imong pada flute dan Rizal pada bass, kalau tidak ada halangan haha.


Sepulangnya latihan aku nongkrong sebentar. Lalu nelpon cece ku yang di Yogya karena aku berencana akan ke sana Oktober depan.


Kebetulan si Putri adiknya cece juga sedang di Yogya, dia berkunjung dengan temannya Mieke. Yah biasanya mereka di Malang karena Putri memang tinggal di sana.


September 18, 2024. Wajah Ielah Pa Imam. Selain Musisi handal, bapac ini adalah dosen bahasa Inggris. Hari ini kami harus latihan lagi, padahal sudah ditabrak masalah di sana-sini, haha.

September 20, 2024. Hari yang lancar sekali. ‘Keadaan’ di tempat kerja relatif aman. Kalau begini biasanya aku pulang dengan perasaan lega tapi juga curiga tentang apa yang akan dihadapi lagi setelah ini haha.

Dari itu aku menutup hari itu dengan bernyanyi Gregorian. Salah satu lagu favoritku ini judulnya Pange Lingua Gloriosi yang artinya Menebar Kabar Mulia. Aku sudah lama juga tidak menyanyi di gereja.


-

Lain kali aku mau nulis lebih teratur, tidak sepanjang dan sebanyak ini, capek soalnya lalu jelek juga haha. Aku masih punya beberapa kegiatan di bulan ini, mari kita lihat apakah cukup menyenangkan untuk ditulis atau tidak !

-

وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Do not lose heart or despair- if you are true believers you have the upper hand-”

-Ali-Imran : 139

"So we do not lose heart. Though our outer self is wasting away, our inner self is being renewed day by day. For this light momentary affliction is preparing for us an eternal weight of glory beyond all comparison, as we look not to the things that are seen but to the things that are unseen."

-Chorintians 4: 16-18


0 comments:

Posting Komentar