Pertengahan bulan kedua tahun 2024 ini banyak menyita perhatian. Dan yang keterlalulan adalah aku bahkan tidak sempat menuliskan highlight hal-hal yang dilewatkan waktu-waktu itu. Untungnya aku masih sempat mengambil beberapa foto untuk sekedar menjadi 'pengingat'. Tapi tetap saja aku mesti berusaha kembali pada waktu-waktu itu, yah.. Harga sebuah 'jejak'. Tidak masalah..
Beberapa anak Sanggar Harsa - UNIK ikut latihan di ruanganku karena ada masalah konsleting listrik di ruangan mereka.
Februari 20, 2024. Cép Thoriq juga tiba-tiba berkunjung ke ruanganku. Ini sudah agak lama.. Jadi kami banyak mengobrol.
Adikku juga berkunjung di hari yang sama. Dia sementara pulang, dan ini hari terakhirnya di Tasik sebelum kembali ke Bandung.
Dia menemukan frase menarik diantara buku-buku yang ada di ruanganku. Yah.. Aku memang belum punya banyak waktu untuk membaca semua buku-bukuku. Jadi ini hal bagus.Aku tidak membawa motor. Jadi hari itu aku berjalan kaki untuk pulang. Ini juga sudah lama.. Berjalan di jalan ini membuat sedikit nostalgia, hari-hari awal aku mendapat 'kerja', pulang hampir setiap tengah malam. Aku benar-benar total waktu itu. Hehe.. Tapi jalanan dulu sepi.. Tidak seramai sekarang.
Februari 21, 2024. The day full of gift. Pertama Pa Eris membawakanku kopi pahit racikannya. Dan memang enak.
Pa Ajengan Asep Kurniawan membawakanku oleh-oleh dari Yogya,
Bu Ai Dewi Shanty jarang-jarang 'mengontrol' sampai ke ruanganku. Ternyata tangannya terluka, akhirnya pa dokter sekolah Adam Mubarok menanganinya.
Setelah lukanya ditangani, Bu Ai Akhirnya bercerita tentang pengalaman hari-hari saat beliau kuliah. Dan banyaak sekali hal-hal yang kita dapat ambil dari apa yang dituturkannya.
Bu Ai ini memang salah satu guru terbaik di sini. Beliau sangat progresif, posisinya sebagai bagian kurikulum memang tidak sembarang disematkan. Buatku yang abal-abal, tentu saja banyak 'wejangan' yang didapatkan darinya..
Februari 22, 2024. Aku juga mengecat baju pemberian dari pa Iqbal Jyhade.
Hari yang sama, aku juga mendapat hadiah dari salah satu asuhannya Pa Adam. Hadiah dari perempuan, bagiku sudah lama sekali.. Hehe..
Februari 23, 2024. Yuda menyerang di siang hari. Kukira dia yang ingin melukis ini hanya candaan. Dia membawa set lukis untuk dikerjakan di ruanganku. Yah.. Aku tidak punya pilihan. Mengingat tempat ini memang ditujukan untuk berkreasi.Dia menyelesaikan lukisan abstrak pertamanya di ruanganku sampai jam setengah sepuluh malam. Dan yah.. For his first try, i would say not so bad. Hehe..
Februari 24, 2024. Anak-anak sanggar gama memang setiap tahun berkontribusi sebagai panitia ujian akhir pertunjukkan teater. Jadi mereka berdiskusi di ruanganku dan mengurusi hal-hal terkait ujian itu. Dihadiri juga oleh ketua osisnya Dzulfikri Amsir.
Februari 25, 2024. Aku kembali ke kerjaan lama oleh Yudi Guntara. Aku mesti bermain biola pada tim ensembel Naratas-prod di prosesi upacara adat pernikahan. Ini sudah berbulan tidak kulakukan.Aku dan Pa Asep menginap di rumah Yudi di Cibunigeulis. Lima tahun sudah terakhir aku ke sini. Rumah Yudi sudah berubah sekali. Tapi atmosfir kehangatan khas perkampungan di daerah ini masih tetap terasa. Seperti sajian makanannya yang sangat tradisional seperti ini masih mudah ditemukan.
Bertemu kembali dengan Bah Didi. Si Torompet perak dari Cimanglid, Singaparna. Seniman alam ini dikenal perangainya yang handap asor pada semua orang. Dan Bah Didi tidak pernah kehabisan cerita untuk dibagikan kepada kami generasi muda. Bahkan kami 'ngawangkong' sampai dini hari. Padahal kami harus berada di 'patabeuhan' pagi-pagi sekali hahaa.
Yang tidak disangka, panggung kali ini diisi juga oleh adisional pemain Torompet sunda yang masih muda, dengan ini pertunjukkan musik tradisi kami sangat terasa berbeda ! Aku merasa fungsi timbre-nya seperti french horn pada orkestra, menyenangkan !
Pulang. Aku harus ke ruanganku untuk menyimpan barang-barang. Dan mendapati burung walet yang 'terjebak' di ruanganku.
Ah ya, Ibunya Yudi juga memberikanku oleh-oleh Sanseviera untuk kusimpan di ruanganku !
-
Berganti bulan. 26-29 Februari aku berada di Bekasi-Jakarta. 1-5 Maret aku mengurusi ujian pertunjukkan teater. Aku benar-benar kesulitan menulis saat itu.
Alfiani Fajri, sohib lama, partnerku saat belajar menari menjenguk. Jika sudah ngobrol dengannya biasanya aku jadi kacauu, karena kami sudah tidak canggung membicarakan apa saja.
Para bapa-bapa piomongeun kecuali pa Ajengan Asep Kurniawan.
Aku mengajak mereka berdo'a, tapi mereka kalah seseurian. Sarangsieun haha
Maret 4, 2024. 26 Februari lalu, hari pertama aku di Jakarta. Saat itu Uti sudah di rumah sakit. 28 Februari saat pentas di sana keadaan Uti sudah membaik. Aku kembali ke Tasik. Lima hari sejak di sini, pagi ini, Uti wafat.. Lima tahun sejak 2019 aku diurus keluarga Massardi, Uti juga sudah seperti nenekku sendiri.. Mohon do'a pada semuanya untuk almarhumah.. Uti Sadini.
Mendekatlah padaku. Dan dengarkan kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam. Yang menyimpan kemurniamu.
Hari itu, yang terjadi adalah antitesis dari penggalan puisi diatas. Aku tidak pernah mengerti cara berpikir 'orang-orang kaya yang berkuasa' seperti mereka.
Ah.. Tapi sudahlah, apa pula ranginang sepertiku ini berpikiran tentang itu haha.
Sembari menunggu giliran panggilan ibu, aku menimbang berat badanku. Dulu berat normalku kisaran 56-58 kg, tapi sudah tiga tahun ini beratku hanya 52-53. Tidak pernah sampai lewat 54. Badanku ini hanya tinggal tulang dan kesetiaan hahaa
Maret 10, 2024. Dua hari menjelang bulan ramadan. Aku merayakannya dengan munggahan sendiri dengan mengecat ulang kanvas-kanvas lama. Jadi aku bisa menggambar nanti saat hari-hari di bulan puasa.
Hari ini juga ada munggahan keluarga. Seperti kebanyakan muslim di tempatku kami selalu berziarah ke makam keluarga, lalu makan bersama setelahnya. Jadi aku dipaksa menyelesaikan kanvas-kanvasku lalu menyusul mereka.
Munggahan selesai. Aku berkumpul dulu bersama sepupu-sepupu favoritku. Dengan mereka aku biasa 'bergosip' tentang apa saja. Mereka sudah merasa 'yasudahlah' denganku yang liberal manja. Sambil menikmati es cincau, kami saling bercerita hari-hari menarik belakangan ini.
Sore hari. Madrasah dalam kondisi kritis. Terjadi 'putus generasi' yang biasa mengorganisir kegiatan ramadhan di kampung. Orang-orang sudah sibuk, menikah, dan barangkali tak peduli dengan ini. Untungnya Azmi Alfirano masih bersedia mengurusi, kadang dibantu beberapa expat kampung lain seperti Wawan Kurniawan, kadang M. Hagie. Betapa rasa 'kepemilikan' dan perhatian tentang ini memudar, menyedihkan..
Maret 11, 2024. Sehari sebelum puasa. Sesuai rencana, aku ingin berkunjung ke makam Alm. Bapa di Cipasung. Kali ini aku diantar oleh Fahrezi, salah satu santri teladan di pondok ini. Aku sempat kaget karena mencium wangi khas alm. Bapa saat di sana, ternyata Fahrezi datang setelah beres-beres kamar Almarhum.. Ini menambah kerinduanku. Biasanya wangi ini didapat saat aku berdekatan dengan Bapa.. Fahrezi menuntunku berziarah, sesekali pada itu air mataku jatuh. Setahun sepeninggal beliau, kehilangan sosok pelindung-pemercaya, Aku hanya merasa belum bisa dengan 'baik' menjalankan amanahnya di sini..
Sore hari. Aku kembali berkumpul dan main keluar 'sekejapan' dengan para Ntut daughters. Menghitung mundur masa gadis. Karena nanti kalau sampai lewat lebaran, waktu seperti ini akan agak sulit buat perempuan yang baju kotak-kotak itu.
Aku bukan tipikal nongkrong-nongkrong begini sebenernya. Tapi dijenguki sepupu-sepupu cianjur pride menjelang memasuki ramadan begini lagi-lagi sebuah pengecualian.
Tarawih malam pertama di masjid Nurul Ihsan. Seperti biasa, malam pertama seperti ini biasanya masjid masih penuh. Tunggu saja sampai lewat sepuluhan ramadan. Jamaah tarawih paling hanya tinggal dua barisan.Maret 12, 2024. Pembukaan kuliah shubuh. Ini program pengajian ramadan yang sudah berpuluh tahun berjalan di kampung ini. Tapi tahun ini agak memprihatinkan, tiada pemuda yang bersedia menjadi ketua panitia. Pun untuk petugas hari ini. Jadi aku turun tangan sebagai pembawa acara, karena tidak ada orang lagi.
Malam kedua ramadan. Susah sekali untuk tidur. Aku jadi mengisinya dengan melukis sampai pukul dua dini hari.
Maret 13, 2024. Sore hari berkunjung ke ruanganku untuk mengontrol tanaman-tanamanku. Dirasa aman, aku jadi duduk sambil membaca buku puisi.
Melihat kampung dari tempat atas. Lantai tiga rumah baru mang Cucu. Jalanan agak sepi, beberapa hari ini angin berhembus kencang sekali.
Ada banyak yang terjadi.. Dan aku masih menghimpun pada waktu-waktu diantara itu.. Kehidupan kadangkala jadi serba terburu-buru. Aku ingin punya celah yang cukup untuk memaknai yang berharga untuk setiap dari yang berlalu..
Do not boast about tomorrow, for you do not know what a day may bring.
- Proverbs 27: 1
إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡوَقۡتِ ٱلۡمَعۡلُومِ
Until the Day of the time well-known
- Al-Hijr : 38
0 comments:
Posting Komentar