Seperti sejak tahun 2019, aku diurusi oleh keluarga Mah Clau dan Pa Joshua. Mereka memiliki dua orang anak, Kath dan Leo. Jadi aku sudah seperti anak mereka yang paling tua. Pertama kali aku datang ke keluarga ini lalu mulai menghabiskan malam di sana adalah pada saat bulan Ramadan. Aku ingat persis aku kesulitan berpuasa saat itu, sahur hanya dengan roti kering dan buah pisang, yang terasa langsung wareg dan jam delapan pagi beteung sudah kukurubukan deui haha.
Bahkan setelah aku pulang ke Tasik, hubungan dengan keluarga Mah Clau dan Pa Joshua 'disambung' oleh adik perempuanku. Foto ini dari tahun 2023, jadi.. Aku bersama mereka sedari bocah sampai sekarang tinggi badannya hampir menyamaiku..Aku harus ke Bandung karena diminta Mah Clau karena Kath dan Leo tahun ini kebagian menjadi aktor dalam suatu pertunjukkan yang diadakan sekolahnya di BAIS. Pa Joshua sedang tidak ada di Timor karena pekerjaan. Jadilah aku dan adikku mesti hadir sebagai ‘perwakilan keluarga’. Aku memang ingin melihat keduanya di panggung. Selain itu agak sudah lama sejak terakhir kami berkumpul, natal tahun lalu !
Maret 22, 2024. Keberuntungan pertama, aku berangkat bersama a Nizam yang kebetulan akan pergi ke rumah istrinya di Cimahi. Dengan jadwal yang dipercepat, awalnya kami akan berangkat sore hari lalu berubah jadi pukul sepuluh pagi.
Setengah dua belas siang aku sudah sampai Cibiru. Tadinya mau bolos jumatan, tapi ternyata masih kaburu. Tapi aku tetap memilih solat lohor dan ashar yang dijama di masjid jami UIN Bandung.
Saat hendak beranjak pergi dari masjid aku ketemu Muhammad Amri, alumni SMAI Cipasung tahun 2022 kemarin. Jadi kami berbincang sedikit. Ini suatu kebetulan sekali bisa ketemu di masjid, framingku jadi terkesan aman, soalnya meski ikut nadhliyin, tarekahku ini baragajuliyah haha. Dan ternyata meski sering berkecimpung di dunia nu rada ‘piomongeun’, betapa Alloh masih kenan melindungiku, hese natural born soleh mah atuda *aw, hahaa.
Kendati di universitas islam, section yang kucari pertama jelas section katalog sastra. Ada beberapa buku menarik yang belum pernah kubaca.
Buat kita yang lumayan suka membaca buku (tapi buku nu resep, mun teu resep mah duka), waktu ngagereleung dari siang sampai sore. Kami bergerak mencari tempat berbuka puasa, agak ramai soalnya jika kita kesorean atau bahkan tidak kebagian tempat makan kata adikku.
Akhirnya kita ‘berlabuh’ di Wings o Wings di sekitar Ubertos – Ujung Berung. Tempat makan fast-food. Aku tidak pernah rewel soal makanan sih, jadi apapun oke. Asal ada Coca Cola hehe. Setelah makan dari sini kami berpisah. Adikku kembali ke Cibiru, aku ke Antapani untuk menginap. Awalnya aku hendak menginap ke Sarijadi, tapi katanya tanggal ini tidak bisa karena aku ‘keduluan’.
Di Antapani ini rumah keluarga Bibiku dari keluarga ibu. Yah.. Sudah dua tahun juga aku tidak kesini sih. Karena lebih sering ke rumah Oma di Ciumbuleuit.
Di sini aku dikunjungi sekejap oleh Rizki Aulia Nugraha yang dulu akrab dipanggil ‘Toke’. Dia masih seneng dengan per-otomotifan, dan katanya sekarang dia sedang memulai usaha pada bidang itu. Yah.. Akumah bungah-bungah wae asal barudak aman dan tidak macam-macam hehe.
Maret 23, 2024. Aku sudah Bersama adikku untuk pergi ke Cornerstone Auditorium di Paskal 23. Venue yang digunakan untuk menggelar pertunjukkan drama Kath & Leo. Gate dibuka pukul setengah tiga sore, jadi kami menunggu di lobby. Aku jadi bertemu beberapa teman di IES, Anastasia Dontsova dari Russia, Sayaka Kadir dari Jepang, Cassandre Hall dari Amerika, dan banyak lagi.
BAIS (Bandung Alliance Intercultural School) ini memang sekolah internasional. Jadi memang 80% semua orang yang ada di sini adalah expat. Selain itu undangan yang hadir memang keluarga para siswa, jadi tak heran kalau lebih banyak orang luar negeri di tempat ini.
Pukul tiga sore, acara pertunjukkan di mulai. Drama The Lion, the witch & the wardrobe ini adaptasi dari fim Narnia yang pertama.
Kesan awal yang kudapat adalah betapa semua segmen pertunjukkan tertata. Terlepas dari fasilitas gedungnya ya. Ini membuatku sedikit berpikir. Karena belum lama juga aku mengorganisir kegiatan pertunjukkan seperti ini di tempatku berkegiatan, tapi rasanya berbeda sekali haha. Dan aku sudah merangkumnya dalam beberapa poin sebagai bahan perbandingan untuk perkembangan (nu rada hese yakin mun diterapkeun di tempat uing mah) :
1. Annual Drama Performance (ADP) ini adalah program tahunan sekolah. Kiranya seperti ujian akhir pertunjukkan jika di sekolah kita pada umumnya. Dalam kurikulum sekolah ini, kesenian termasuk pelajaran pilihan yang ditawarkan dari kindergarten (TK) sampai tingkat SMA. Ini hal pertama yang berbeda, jadi ADP ini menyuguhkan pertunjukkan yang semua personilnya adalah gabungan dari tingkat TK sampai SMA. Bisa bayangkan bagaimana repotnya mengurusi varian usia itu ? haha
2. Sadar penting sebagai bagian pembelajaran dan untuk perkembangan peserta didik, sekolah mendukung penuh program ini. Baik moril maupun materil. Fasilitas sekolah mendukung dan apapun yang dapat digunakan boleh digunakan.
3. Perizinan dikeluarkan satu pihak. Moal kudu izin kaditu tuluy kadieu, nu berlapis-lapis jeung hese dipanggihan tea ning mun di Yayasan mah.
4. Tingkat apresiasi tinggi dari semua pihak. Elemen sekolah, sampai orang tua peserta didik. Di sini orang tua peserta didik dilibatkan sebagai ekstensial support. Kasus adiku tahun ini, Mah Clau sampai jadi sub-teacher di sekolah karena dinilai kompeten soal music, bahkan menjadi bagian dari music director dalam pertunjukkan. Maksudku, betapa sekolah mengenal orang tua peserta didik dengan baik. Tidak seperti di lingkungan kita, yang dikenali hanya para orang tua yang ekonominya tinggi dan banyak memberikan ‘bantuan’. Selain itu semua orang tua peserta didik di sini tidak sekedar ‘menitipkan’ anak-anaknya di sekolah.5. Efek dari kegiatan ini untuk peserta didik yang paling jelas adalah meningkatnya antusiasme semangat belajar dan rasa ‘kebetahan’ peserta didik di sekolah sebagai tempat belajar dan lingkungan bersosial yang sehat.
6. Di sekolah kita, dalam kurikulum Merdeka, dua tahun ini digembor-gembor soal literasi. Dengan program ini, literasi terlaksana dengan mulus bahkan tidak ‘terasa’ dilakukan. Karena program dirasa menyenangkan Ketika penggarapan program ADP dilakukan.
7. Dari sisi pengajar-guru. Tidak ada cluster, blok-blok. Guru semua sudah mantap dengan satu visi. Guru-guru berkesempatan berkembang sesuai bidangnya. Nah menariknya, meski dalam program ADP ini hajat guru seni, guru-guru non Pelajaran seni tetap terlibat sebagai pendukung program sekolah. Yang terpenting adalah peserta didik. Mantuan naon we eta mah, jadi ADP ieu teu malulu beban seni wungkul. Bahkan tahun ini empat guru tampil sebagai actor, nu lain guru seni deuih.
8. Guru Pelajaran tidak perlu memikirkan regulasi perizinan peserta didik diluar jam efektif sekolah yang dipakai sebagai waktu untuk Latihan. Sebagai bagian dari program sekolah, sekolah sudah menginformasikan pada semua elemen sekolah, orang tua peserta didik, dan pihak-pihak yang berkemungkinan akan terkait berkenaan tentang program. Jadi guru Pelajaran moal kudu riweuh jeung guru Pelajaran sejen, teu kudu ngajelaskeun atawa pasea jeung keamanan, komo tepi dipanggil ku petinggi Yayasan.
Ujian pertunjukkan di sekolah inter memang beda. Dan buatku sih ditutup dengan ujaran, “Seandainya..” dan “Ah, sudahlah”.
Setelah pertunjukkan selesai para audiens dipersilakan untuk memberikan ucapan selamat pada semua personil. Lobi sangat ramai, perlu berdesakan untuk menemukan adiku Kath & Leo.
Dan akhirnya ketemuu hehe. Si pangais bungsu
Kathleen tijalikeuh pas maen di pangung. Hehe tapi dia bungah ketemu lanceuk-lanceukna..
Si Bungsu, lhe duanana kabagean maen jadi jahat haha.
Here we are, Vieira’s siblings !
Aku ketemu juga deng Jordy, temanku saat mendapat beasiswa di EV tahun lalu !
Aku dan adikku disuruh pulang sama-sama ke Kotabaru, tapi aku harus kembali kuli di hari senin. Jadi aku memilih pulang langsung.
Maret 24, 2024. Berencana langsung pulang ke Tasik, diperjalanan secara impulsif aku memilih untuk mampir dulu ke garut untuk mengunjungi temanku. Aku sampai di Garut pada Tengah malam. Tapi Eki Yasiin Fadhilah memang selalu tahu yang kubutuhkan, perapian di depan rumah untuk menghangatkan udara Garut !
Keesokan harinya aku masih sempat buka Bersama dengan beberapa teman-teman Wanakumbara. Ada Eki Yassin, Frendy Aditya, Riana Mahendra, Robby Marawise, dan Anjas McDelivery.
Pukul Sembilan malam, aku pulang kembali ke Tasik Bersama A Nizam.
Aku memang senang melakukan perjalanan. Selalu ada yang bisa dibawa ketika pulang. Apapun itu, tapi lebih banyak ke pandangan sih. Banyak hal yang jadi perbandingan. Banyak mendapatkan fase ‘Life in between’ membantu diriku sendiri melihat bagaimana ‘cara hidup’ yang lebih cocok untukku. Aku bisa saja berpindah. Tapi untuk trapped child modelanku ini, dalam keadaan sekarang lebih memungkinkan untuk menerapkan yang kudapatkan di tempatku sendiri dulu saja. Mengadopsi hal-hal yang kira-kira masih bisa ditoleransi dari sana, ke sini.
Betapa orang-orang bersedia bertahan dengan keadaan yang ditawarkan di sini. Aku tidak tahu apakah mereka berdiam karena memang tidak bisa berbuat apapun atau memang tidak mengetahui hal-hal baik yang ada di lingkungan lain, atau tidak ada pilihan lain untuk menghadapi dengan ‘realitas’. Buatku yang tidak terikat apapun sih mungkin tidak terlalu berat karena bisa ngabangbalerkeun ketidak-nyamanan dengan hal yang kusenangi, tapi aku memikirkan bagaimana jika pada orang-orang yang tidak punya pilihan lain selain ‘masuk’ ke dalamnya, dengan sadar, tapi pun tanpa persetujuan dirinya. Living death yang berkepanjangan seperti juga tidak sehat heyyy. Akan berpengaruh ke psikologi personalnya. Alih-alih memperbaiki, malah bisa jadi kita menjadi salah satu dari itu. Mengerikan juga.
Dan untuk yang merasa kebagian peran 'berlawanan', aku tidak tahu motivasi apa yang membuat mereka sampai hati melakukan praktik-praktik keruh di tempat yang seharusnya 'bersih'.
قُلۡ يَـٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ لَسۡتُمۡ عَلَىٰ شَيۡءٍ حَتَّىٰ تُقِيمُواْ ٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِيلَ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡۗ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرٗا مِّنۡهُم مَّآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَ طُغۡيَٰنٗا وَكُفۡرٗاۖ فَلَا تَأۡسَ عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ
Say, “O People of the Scripture, you are [standing] on nothing until you uphold [the law of] the Torah, the Gospel, and what has been revealed to you from your Lord.” And that which has been revealed to you from your Lord will surely increase many of them in transgression and disbelief. So do not grieve over the disbelieving people.
Al-Maidah : 67
Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind. Then you will be able to test and approve what God's will is—his good, pleasing and perfect will.
Romans 12: 2
0 comments:
Posting Komentar