Excerpt from the other sight Time has wonderful way of showing us what really matters

Jumat, 28 Juli 2023

It Started and I Kept it Here.


"Kamu masih menulis..?"

"Yaa.. Aku masih menulis sedikit-sedikit.."

"Itu hal yang baik.."

-

Aku pergi ke rumah nenekku untuk mengambil sumbangan buku-buku dari suatu lembaga pendidikam internasional untuk sekolah di tempatku tinggal. Buku-buku ini mungkin bekas.. Tapi masih sangat bisa digunakan untuk para pelajar di tempatku. Ini akan membantu mereka dalam pembelajaran bahasa. Karena sekolah di tempatku tinggal adalah sekolah swasta, jadi mereka agak kesulitan dengan pengadaan buku atau bantuan media pembelajaran lainnya. Mengandalkan bantuan pemerintah memang bukan tidak mungkin, tapi birokrasinya begitu rumit, jadi ini adalah kesempatan dan hadiah besar, menurutku.

Berangkat dari Tasik ke Bandung pada pertengahan hari. Aku bersama dua temanku Iqbal dan Danny, keduanya guru dari sekolah yang akan menerima bantuan buku-buku itu, jadi aku mengantar mereka. Lalu sembari menjemput adikku pulang dulu karena ingin menemui Ibuku yang kebetulan kesehatannya kurang baik. Butuh lima jam untuk sampai ke Bandung, dan kami harus kembali pulang pada hari yang sama..

Tentang kunjungan ini.. Agaknya menjadi pengalaman yang baru untuk dua temanku. Dan aku senang mereka bisa merasakannya.. Mereka terlihat bahagia, kecuali bagi Danny, tentang ketakutannya pada anjing-anjing di rumah nenek dan tentang makanan oat meal eropa pertamanya hehe. Buku-buku yang disumbangkan dimasukkan ke mobil sekolah dengan lancar pada sore hari. Jumlahnya lumayan banyak, tapi kami tidak menyortirnya. Kami akan melakukannya jika sesampainya di Tasik.

Memasuki petang, aku mengantar adikku yang hendak menemui bu Judy karena punya urusan tentang hal konsultasi psikologi, aku tidak tahu jelasnya tentang itu. Bu Judy tinggal di Green Gate, tempat dimana program EV yang kuikiti dilaksanakan. Kami berangkat kesana bersama, tapi ternyata Bu Judy sedang di luar saat itu. Jadi adikku tidak bertemu dengan Bu Judy. Akhirnya kami berkeliling di sekitar, sambil mengingat waktu-waktu yang baik di sana.

-


Aku mengirim pesan pada perempuan yang duduk di sampingku saat di gereja dua minggu lalu. Karena aku tahu dia masih berada di sini. Aku mengirimkan potret tanganku di depan asramanya. Dia membalas pesanku, "Eki, kamu ada di sini ?  Semua orang sedang keluar untuk makan malam, tapi mereka akan segera kembali. Aku sedikit sakit, tapi ku bisa ke bawah sebentar.."

Aku langsung nengetik pesan balasanku bermaksud untuk memintanya untuk tetap berada di kamarnya untuk istirahat saja dan pamit pulang, tapi belum selesai mengetik dia sudah keluar dari asramanya..

Dia berjalan mendekat padaku seperti apa yang biasa kubayangkan hampir setiap malam. Sejak pertemuan dengannya yang terakhir, dia ternyata telah memotong rambutnya. Dan aku juga sudah memotong rambutku sejak aku selesai pada program EV. Kami bertemu kembali setelah dua minggu, dengan gaya rambut yang sama..

Tapi aku bisa melihat matanya agak sayu, juga bibirnya agak pucat.. "Aku baru saja ingin mengirimkan pesan.. Kamu tidak perlu ke bawah jika memang merasa kurang baik..", ujarku padanya. "Tidak apa-apa.. Aku hanya ingin melihatmu dan menanyakan kabar saja..", balasnya padaku. Seperti biasa, aku mengalihkan pandanganku darinya.. Aku tahu bahwa mataku akan bekerja dengan makna lain jika melihatnya. Dia menanyakan maksud kedatanganku kali ini.. Aku menjawabnya untuk membawa buku-buku untuk sekolah di tempatku tinggal, aku juga memperkenalkan adikku padanya. Adikku kembali ke ayunan sisi kiri kampus setelah itu, membiarkan kami berbicara berdua di bawah matahari yang telah sirna.

"Apa kabarmu.. Kamu masih menulis ?", Tanya nya padaku. "Ada banyak hal yang terjadi setelah aku pulang.. Dan yaa.. Aku masih menulis sedikit-sedikit..", jawabku padanya.. Lalu ia menjawab lagi.., "Itu hal yang baik..", Kami sama-sama tersenyum..

"Apa yang kamu rasakan..?", pertanyaan ini menyusul.

Aku menjawabnya, "Rindu..".

"Yaa.. Aku mengerti tentang itu..", ucapnya kembali padaku sambil sedikit menundukkan kepalanya..

Kami tidak lama saling bicara karena aku sadar dia sedang kurang sehat.. Jadi aku menyuruhnya untuk kembali ke asramanya untuk beristirahat. Selain itu.. Aku memang tidak bisa 'memandangnya' berlama-lama.

Dia berjalan kembali memasuki asrama.. Tapi hampir saat ia sampai ke asrama, aku mengejarnya, aku memberanikan diri memintanya untuk berfoto bersama. Lalu ia naik ke lantai dua asrama kembali ke kamarnya. Aku melihatnya menaiki tangga sampai aku tidak melihat dan tidak mendengar suaranya.

Kami berpisah, lagi. Aku pulang kembali, dirangkul teman baik yang sudah menungguku, yang bernama sepi.

-

Aku memaksakan diri untuk kembali mengunjungi tempat ini. Pun sebenarnya dengan atau tanpa bertemu dengannya. Aku bermaksud mengembalikan-menitipkan semuanya di tempat perasaanku ini bermula.

Akan selalu ada yang kuingat jika suatu saat aku berada di tempat ini lagi..

Ini perasaan yang indah. Tapi aku harus menghentikannya. Tapi tanpa kukatakan, aku yakin dia menyadari semua yang ada padaku, tentangnya. Mudah agaknya melihat seorang yang sedang jatuh cinta. Selain itu.. Dia pandai membaca perangai seseorang. Dan aku terlalu naif untuk menyembunyikannya.

Sikap yang dia berikan kepadaku adalah untuk melindungi. Melindunginya, dan melindungiku. Dan aku sangat menghargainya.

Tidak ada cinta yang merusak cinta yang lain.

Jadi.. Aku sangat berterimakasih padanya.. Untuk semuanya.

Darinya.. Aku merasa bahagia.

Mengetahui bahwa hatiku ternyata masih bekerja.







Minggu, 23 Juli 2023

Interfaith Dialogue Class, an Enlightenment from The Across

Barangkali Ini adalah hal yang diluar ekspektasi yang kudapat selama dalam program di EV. Bagaimana tidak, aku mengapply program di EV dengan bayangan tentang pembelajaran bahasa Inggris yang intensif, tapi ternyata EV 'menawarkan' pengetahuan yang baru-yang lebih untukku.


Kelas ini diampu oleh Ms. Susan Millikan dari Amerika yang sudah 5 tahun tinggal di Bandung. Pendidikan Ms. Susan adalah Sarjana Seni Komunal, dan coach-psikolog dengan metode Enneagram yang sudah bersertifikat. Selain itu Ms. Susan juga aktif pada Young Interfaith Peacemaker Community & di lembaga sosial komunitas Free and Safe Women.

Kelas ini memfasilitasi kami kiranya untuk saling mengenal tentang perbedaan agama-kepercayaan. Jika dalam Islam mungkin ini bisa disebut juga dengan silaturahmi. Kebetulan para partisipan EV tahun ini memiliki tiga agama-kepercayaan yang berbeda, Kristen, Islam dan Buddha. Sebelum kelas ini dimulai, Ms. Susan memberikan guidlines atau garis batas dalam kelas interfaith ini. Intinya kelas Interfaith bukan untuk berdebat-memperdebatkan. Tidak boleh ada indikasi 'ajakan' untuk berpindah agama-kepercayaan, atau malah mengkombinasikan semua agama-kepercayaan yang ada. Melainkan sebaliknya untuk saling mengenali satu sama lain, memaknai bagaimana dan seperti apa hal yang tidak kita ketahui tentang sesuatu yang berada di 'sebrang' kita. Sebagai pengetahuan.

Secara pribadi ini menarik untukku, karena aku berasal dari daerah perkampungan yang notabene pola masyarakatnya homogen, semuanya memeluk agama 'Islam' (kecuali di daerah perkotaan). Jadi menemukan seseorang atau hal-hal yang di luar agamaku sendiri tentu sangat jarang. Pengalaman yang membuka jendela lain.

Fillie & David. Kiranya kami jadi representasi untuk partisipan EV tahun ini. Aku yang beragama Islam (meskipun tidak baik hehe), lalu Filbert yang seorang Buddha, lalu David yang seorang Kristen.

Buatku, kelas interfaith ini semacam 'pengajian'. Pembelajaran kelas interfaith ini mempelajari sifat-sifat baik di kehidupan. Satu sifat di setiap harinya. Dan yang menarik adalah referensi yang diambil untuk ini berasal dari ayat Al-Qur'an, Bible dan Tripitaka. Kami bergiliran membaca skriptur.

Ms. Susan selalu memberi kesempatan partisipan untuk bergiliran membaca referensi, kami orang Islam membaca Bible (terjemahannya) karena ayat yang diambil menggunakan tulisan yunani, ini membuatku terkesima saat Ririn seorang partisipan kristen dapat membaca tulisannya !, Lalu orang Kristen membaca ayat Al-Qur'an (terjemahannya) biasanya ayat arabnya kami yang beragama Islam yang membacanya, dan terakhir Islam/Kristen membaca skriptur Buddha.

Ms. Susan menjelaskan satu persatu referensi, dari kata-perkata sampai semuanya terasa jelas dan difahami, karena materi disampaikan dengan bahasa Inggris, dengan pertimbangan dikhawatirkan adanya perbedaan pemahaman. Lalu Ms. Susan biasanya menginstruksi membuat kelompok kecil 2-3 orang (tiap kelompok berisikan partisipan yang berbeda agama-kepercayaan), setelah itu kami diberi waktu untuk sharing tentang hal yang berkaitan dengan tema yang diambil. Itu boleh berdasarkan perspektif kita atau pengalaman kita yang nyata. Setelah selesai, Ms. Susan akan memberikan konklusi tentang materi yang kita pelajari pada kelas itu. Hal yang 'menyegarkan' untuk memulai setiap hari kita selama berkegiatan di EV.

Dari selama pembelajaran di kelas Interfaith, kami mempelajari sifat-sifat baik sosial-kemanusiaan, Tolerance, Humility, Honesty, Generosity, Contentment, Courage, Discipline, Mercy & Peace.

Dan apa yang kudapatkan ? Semua agama memang mengajarkan kebaikan.. Tidak ada tendensi selama pembelajaran berjalan, semuanya dengan porsi masing-masing. Tidak ada alis yang mengkerut tanda timbulnya emosi. Nada bicara kami semua tenang, kami saling mendengarkan, kami jadi semakin terbuka, dan terikat satu sama lain. Selama kita berbuat baik, tidak ada yang pernah menanyakan agama atau kepercayaan yang kita yakini..

Hal mengesankan lain dari kelas interfaith dialogue ini adalah kami punya kegiatan mengunjungi gereja dan mesjid. Para staff EV memberitahukan kepada kami untuk kegiatan ini tidak ada paksaan sama sekali. Jika semisal kami yang beragama Islam tidak berkenan masuk ke gereja tidak masalah, begitupun sebaliknya pada tempat ibadah lain, pada agama yang lain.

Dimulai pagi hari, yang pertama adalah kunjungan ke Gereja. Gereja yang kami kunjungi adalah Gereja IES (International English Service, dulu namanya BIC - Bandung International Church). Dari 7 partisipan Islam (5 laki-laki, dan 2 perempuan), barangkali aku satu-satunya yang masuk ke gereja. Aku hanya ingin tahu bagaimana tatacara beribadah agama kristen.


Selanjutnya kunjungan ke mesjid. Mesjid yang kami kunjungi adalah mesjid Agung Kota Bandung. Sejujurnya aku juga baru pertama kali kesini dan ternyata ramai sekali (mungkin karena berdampingan dengan alun-alun kota yang berfungsi sebagai ruang publik). Di Mesjid, kami yang beragama Islam menjelaskan hal-hal apa saja yang ada di sini, yang terjadi di sini. Kami beruntung diizinkan langsung dan diantar berkeliling oleh pengurus mesjid. Ilham, Jordi dan Rezal sebagai orang Bandung asli juga memudahkan kami saat memperkenalkan mesjid kepada teman-teman yang bukan beragama Islam. Mereka banyak sekali bertanyaaaa hehe dan kami harus dapat menjawab semuanya supaya 'perkenalan' mereka dengan mesjid bisa terwakilkan, dan mesti 'shahih' (terkonfirmasi), jadi kami nga boleh tuh mengarang-mengarang jawaban, salah-salah kan nanti jadi dosa kalau jawabannya tidak benar. 

Kami dibawa berkeliling hampir ke semua sisi mesjid (kecuali daerah untuk perempuan). Mr. Rowland mencoba memukul bedug tanda akan dikumandangkannya Adzan. Kami juga mempraktikan dan menjelaskan tentang Wudlu pada teman-teman.

Di sisi lain mesjid di daerah khusus perempuan, Fitri dan Zarra mengantar grup perempuan berkeliling juga. Dan ini membuatku kaget haha.. Fitri dan Zarra mencoba memakaikan mukena pada teman-teman yang tidak beragama Islam. Mereka semua tampak tersenyum bahagia, berbagi dan mencoba pengalaman yang baik dengan 'perkenalan'.

Kami yang beragama Islam shalat dzuhur berjamaah di sana. Teman-teman yang lain yang tidak beragama Islam melihat kami beribadah dari dekat, sedari takbiratul ihram sampai selesai salam.



Hari itu kami tutup dengan refleksi saat malam harinya. Kami saling berbagi kesan tentang apa yang terjadi di kelas interfaith dialogue dan kunjungan gereja-mesjid. Semua diantara kami, tidak ada seorangpun yang keyakinan hatinya jadi terdistraksi. Malah kami jadi semakin kuat dengan masing-masing yang kami yakini. Selain itu kami jadi lebih terasa dekat, terikat satu sama lain. Kami diperlihatkan tentang keindahan dalam perbedaan.

Meski bukan seorang muslim yang baik, aku merasa terharu dan bangga. Aku mendapatkan kesempatan untuk mewakili agamaku sendiri dan memperkenalkannya pada teman-temanku. Dan aku juga ingin berterimakasih pada teman-temanku yang beragama kristen dan Buddha, sudah memperlihatkanku tentang 'rumah' mereka.

Beberapa waktu belakangan ini, isu perdebatan tentang agama begitu rentan ditemui. Masyarakat kita yang dulu mempercayai ke-bhineka-an sekarang begitu mudah dihasut dan dipecah-belah. Aku tidak faham kenapa ada oknum yang sampai hati merancang-melakukan permasalahan semacam itu (mungkin karena ada campur tangan politik dan lainnya). Padahal kedamaian rasanya lebih menggiurkan untuk dirasakan daripada panas dan ketidak-tentramannya perselisihan.

Di kelas ini. Ada perasaan yang indah yang kudapatkan, perasaan yang hanya bisa didapatkan saat saling melihat dan mendengarkan, memaknai dengan tulus pengertian.

Berandai jika teman-teman yang lain, atau masyarakat luas kita merasakan dan memaknai perasaan ini tanpa unsur kepentingan lain.. Aku rasa jalan menuju kedamaian dan ketentraman hati akan mudah terlihat cahayanya..

*Foto-foto : diambil oleh Pa Nathan & dokumentasi pribadi.


.

Sabtu, 22 Juli 2023

EV, A Tremendous-Eye opening way to learn


Baiklah, aku mulai dari sini saja. Seperti yang kutuliskan sebelumnya, di usiaku yang sekarang, hasratku untuk belajar masih begitu besar. Dan pertengahan tahun ini punya kejutan yang tidak kubayangkan, aku mendapat kesempatan untuk mengikuti shortcourse two weeks immersive live-in english study yang bertempat di Bandung yang diadakan oleh English Village.


Di berbagai daerah di Indonesia, banyak tersebar tempat-tempat yang menyediakan tempat kursus Bahasa Inggris, inggris amerika atau british. Selain karena tidak terlalu jauh dari tempatku tinggal (butuh sekitar 5 jam dengan transportasi darat), entah kenapa aku lebih tertarik untuk mengapply di EV. Dan aku memang tidak menyesal memilihnya.

Program EV sudah berjalan sejak tahun 2019, tapi tahun 2021 & 2022 program ini dihentikan karena dulu masih dalam keadaan pandemi Covid, masa-masa yang menggelikan untuk aku yang skeptis tentang itu. Jadi aku termasuk dalam EV angkatan ketiga di tahun 2023 ini. Partisipan seharusnya ikut tahun ini seharusnya berjumlah 20, tapi yang hadir saat itu hanya 18 saja. Berbeda dengan program pelatihan atau kursus bahasa inggris konvensional yang kuketahui,  EV menggunakan sistem live-in, jadi kami tinggal di asrama selama dua minggu di tempat pembelajaran bersama para instruktur. Barangkali supaya atmosfir belajar lebih terjaga dan intensif, dan menurutku ini sangat efektif.


EV diselenggarakan di sebuah tempat bernama Green Gate. Dulu tempat ini digunakan oleh BAIS (Bandung Alliance International School) sampai tahun 2008, lalu BAIS dipindah ke Kota Baru Parahyangan, Padalarang -Bandung. Green Gate berubah menjadi convention center atau digunakan tempat-tempat pelatihan yang sifatnya internasional. Green Gate memiliki fasilitas yang lengkap dan bagus, diantaranya ruang kelas yang representatif, asrama, aula, sarana olahraga, taman luas, game & gym room, beach room (biasa dipakai saat bersantai) yang ini ruangan favoritku karena terdapat piano tua dari tahun 1916 yang suaranya masih sangat bagus sekali, mini library, holy space (untuk beribadah), guest room, dining room, toliet dan restroom dengan pemanas air. Green Gate tempat yang sangat tepat untuk kegiatan ini.


Instruktur utama pada kegiatan kelas adalah seorang profesional pengajar bahasa inggris yang menjadi lead pada pembelajaran bahasa. Didampingi oleh para mahasiswa-mahasiswa dari amerika yang sedang dalam masa semester abroad. Angkatanku cukup beruntung, karena tahun ini EV mendatangkan tim pengajar khusus dari Pennsylvania, Amerika. Beberapa dari mereka adalah pensiunan guru-guru di Amerika.

-


Saat check-in registrasi kedatangan kami diberi set-kit program. Tas serut, name tag, kaos dan folder yang berisi jadwal kegiatan, beberapa lembar tes asesmen, materi dan passport kegiatan. Passport ini sebagai pertanda bahwa kami sudah melewati semua kegiatan, kami membutuhkan minimal 8 stamp untuk bisa lulus dengan sertifikat. Ini tidak boleh sampai hilang hehe


Hari pertama dimulai sore hari, digunakan untuk pre-test, orientasi dan perkenalan. Pre-test ini isinya pertanyaan seputar identitas kita secara singkat dan motivasi belajar. Semua dalam bahasa inggris karena interviewers semua adalah native speaker, ini juga berfungsi sebagai tolok ukur kemampuan bahasa inggris kita sebelum belajar di EV. Lalu kegiatan orientasi mencakup arah tujuan program EV, tata tertib dan aturan-aturan yang berlaku pada kegiatan. Peraturan yang 'cukup' strict, apalagi soal penggunaan waktu, tahulaaaa yaa.. Orang-orang Indonesia kebanyakan agak gimanaaa perihal waktu. Kami tidak diperkenankan meninggalkan lingkungan kampus selama program imersi, kecuali untuk keperluan yang urgen saja, karena kebutuhan pokok rasanya semua sudah tersedia.


Kegiatan terakhir adalah perkenalan. 18 orang dibagi menjadi 4 kelompok, dan masing-masing didampingi 2 orang instruktur native speaker. Satu mahasiswa dan satu dari tim pengajar dari Pennsylvania. Kami mesti membuat nama kelompok, yel-yel kelompok, dan bendera kelompok pada hari pertama, selain untuk ice breaking, ini juga membuat mereka memudahkan mengordinir semua kelompok partisipan.

-

Jadwal kegiatan yang padat, sedari pukul 8.00 pagi sampai pukul 9.00 malam. Ini melelahkan juga menantang, selain pertimbangan distraksi pembelajaran, kami dianjurkan tidak memakai handphone saat kegiatan berjalan.


Sesuai judul program, core program EV ini adalah pembelajaran bahasa inggris. Selama dua minggu kami punya waktu sekitar 5 jam setiap hari (08.30-12.15) untuk kelas English Instruction dengan istirahat 10 menit saat memasuki 2 jam pemebelajaran. Pengajar utama kami untuk tahun ini adalah Ms. Susan.


Beliau adalah guru profesional pengajar bahasa inggris. Yang menarik dari ini adalah ternyata banyak hal yang berbeda dalam metoda pembelajaran bahasa inggris yang ku dapatkan dari pembelajaran formal di sekolah yang dirasa 'rumit' dan menuntut penguasaan materi yang banyak dalam waktu yang singkat. Dan kadang output pembelajaran hanya berbentuk tekstual lalu 'terlewat' saja, tanpa penggunaannya secara empirik. Apalagi untuk tipe pelajar yang follow-the flow, metode pembelajaran yang sering kita temui agaknya kurang membantu kita 'sampai tuntas' dalam pembelajaran. Ini entah kenapa, padahal orang-orang 'berkuasa' dalam hal pendidikan di Indonesia sering sekali 'studi banding' ke luar negeri, tapi hasilnya masih klise, entahlah apa yang mereka bawa pulang dari itu (oleh-oleh jalan-jalan mungkin ? ckckck 🥴). Padahal hal-hal kecil dan penting seperti hal tadi rasanya bukan tidak mungkin untuk diterapkan di pendidikan formal di Indonesia. Disayangkan sekali.


Kelas English Instruction, dimulai dengan informasi perbedaan kebudayaan Amerika dan Indonesia oleh Pa Nathan, selanjutnya baru masuk pembelajaran bahasa Inggris.



Pembelajaran materi dirasa menyenangkan, kadang diselingi dengan bernyanyi-untuk refreshment juga latihan pronounciation, pembelajaran minimal pairs yang mengasah daya listening, kegiatan menggunakan media pembelajaran yang sederhana seperti penggunaan gambar-gambar, kegiatan-kegiatan permainan lainnya yang tidak terfikir itu adalah bagian dari pembelajaran. Kadang-kadang kami tidak sadar tiba-tiba kami menikmati kegiatan dan 'nereleng' berkomunikasi bahasa Inggris saat kegiatan itu.


Setiap kelompok kecil didampingi dua instruktur native speaker, ini memudahkan saat kami tidak begitu menangkap materi yang disampaikan Ms. Susan, dan dua pendamping itu menjelaskan kepada kami sampai kami faham. Ini sangat membantu proses pembelajaran. Kalau di 'kita', ini agak sulit dilakukan, karena akan menambah 'tenaga pengajar' yang berarti akan menambah cost 'pengeluaran' sekolah, dan aku yakin sekolah kita tidak akan mengambil resiko nu matak 'bangkar' seperti itu haha. Makanya jargon dep*g kita adalah 'Ikhlas Beramal', kalau dulu zaman-zaman pembentukan dan perjuangan aku pikir masih relevan, tapi untuk sekarang sih rada keheula, karena pendidikan di kita ini sebenarnya punya jatah besar dalam pembiayaan dari negara (setelah kesehatan) bantuan dari sana-sini, tapi nga tau sampai atau tidak haha. Dengan perbandingan satu guru dan dua puluh peserta didik, pembelajaran kami di EV sangat efektif menurutku, 'kagéroh', tidak terlalu banyak.


Oh ya, kami tidak diharuskan memakai seragam tertentu saat pembelajaran. Jadi kami memakai pakaian bebas asalkan sopan. Tapi kami punya waktu-waktu berseragam saat kegiatan tertentu saja. Efek yang diharapkan dari ini adalah kami jadi bisa berekspresi dalam berpenampilan, dan mengedepankan kenyamanan pada peserta didik saat belajar. Gondrong, botak, baju panjang, jaket, kaos, atau malah sarungan dalam kasusku. Tidak ada yang menghiraukan itu, asalkan kita belajar dengan baik. Di kita, kadang pelajar tidak boleh sama sekali memakai jaket, bahkan saat kondisi cuaca dingin, atau memakai rompi rajut seragam saat cuaca panas. Lieur sugan mah. Kecuali kalau tempat belajarnya sudah terkondisikan, misal menggunakan ac atau penghangat ruangan (kalau masalahnya tentang suhu). Lagi, Ini hal yang tidak dimiliki oleh pendidikan kita. Pola pendidikan kita adalah 'penyeragaman', semua harus sama. Rapi-adalah baik, rapi-adalah pintar. Kemampuan harus sama. Semua tipe peserta didik dipukul sama rata. Kebodohan kita yang dengan sadar tertanam dan dipelihara. Ini tentu tidak fair, karena setiap orang punya gaya belajar dan interes studi-nya masing-masing. Penghancuran karakter. Ironi dengan yang ada dalam kurikulum kita yang ditulis 'pendidikan karakter', ah sudahlah.


Ms. Susan selalu punya hadiah-hadiah kecil untuk reward para peserta didiknya yang berhasil memahami materi, selain itu Ms. Susan selalu memberikan makanan-makanan kecil untuk peserta didiknya yang on-time dan datang lebih dulu ke kelasnya. Ini perlu ditiru niih hee, karena bisa jadi motivasi jugaak.


Kegiatan lain yang menunjang pembelajaran bahasa pada program EV diantara lainnya adalah, One Minute Speech, Story Telling dan kadang-kadang ada pelajaran tambahan seperti kelas penulisan speech, essay, dan pelatihan interview jika kita melamar pekerjaan di luar negeri. Selain itu ditunjang kegiatan lain seperti Interfaith Dialogue, Learning Self, Choose Your Fun, English Ngobar, Game Night, Out Door, Sports Day, dan Reflection. Semuanya dalam bahasa inggris ! Kami tidak boleh berbicara bahasa Indonesia sedikitpun (meski sok bangor kadang-kadang hehe). Untuk kegiatan lain ini aku akan tuliskan dalam tulisan terpisah, karena semua menyenangkan hehe. 

*Foto-foto saat kegiatan diambil oleh Gabrielle Sutjiono.


Kamis, 20 Juli 2023

After 'In-Between'

Pulang..

Lumayan menyulitkan juga sebenarnya untuk kembali pada realita. Separuhku masih pada 'nyata dalam diantara', hari-hariku di EV. Kembali beradaptasi pada kegiatan-kegiatan yang 'biasa' kulakukan di kampung halaman.

Tinggal di tempat lain, tidak ada yang mengenaliku sama sekali, membangun dari awal. Terlebih mempelajari hal yang kusenangi, meski kadang stress tapi ini stress yang menyenangkan, maksudnya chalenging.. Berbeda dengan perasaan yang biasanya ingin 'menghindar' aku malah tertantang untuk melewatinya. Di sana, aku yang tidak pandai bergaul tiba-tiba memiliki banyak teman baru. Sekejap.. Rasanya aku kembali benar-benar merasa hidup.. Tapi mau tidak mau aku harus mengembalikan kesadaraan dari hal yang disebut dengan kesementaraan. Barangkali definisi 'hijrah' buatku salah satunya adalah ini. Dan tentu bukan 'hijrah' yang yang belakangan ini jadi tren orang-orang sebelah. Perjalanan tidak melulu tentang mencari sesuatu yang baru, tapi juga tentang mendapatkan 'mata' yang baru.

-

Sudah hampir lebih dua puluh hari berhenti menulis jurnal. Agak bingung memilih 'bagian' mana yang harus kutulis lebih awal. 

Kembali..

Pertama mungkin aku bersyukur karena tempat yang biasa kugunakan berproses ini tidak jadi 'dipindahkan-ditiadakan' tahun ini, tapi entah juga kedepannya hehe. Beberapa kebijakan ada yang berubah. Beban 'kewajiban'-ku juga mulai dikurangi. Yah.. Aku tidak terlalu ambil pusing soal itu, ini berarti aku punya kekuasaan untuk menggunakannya untuk lebih banyak berkeliaran hehe. Masalah rizki mah yaa kadang tidak disangka bisa datang darimana saja, dari sisi kanan-kiri. Yang penting aku tidak sampai ikut usil meski kadang aku jadi kukulutus sendiri. Atau lebih buruk sampai cerita pada Ibuku yang mana bisa saja jadi bebannya karena anaknya dalam keadaan 'kurang nyaman'. Tapi kalem buu, anakmu ini tidak secemen itu.

Selama lebih dari tiga minggu tempat ini kutinggalkan dan kutitipkan. Keadaanya agak berantakan, tanaman-tanamanku beberapa ada yang mati.. Yah.. Segitu juga lumayan, yang 'dititipi' masih bersedia kurepotkan dengan ini. Aku membawa banyak buku. Novel-novel, antologi puisi, bahkan ensiklopedi. Untuk bacaanku sendiri, juga untuk siapapun yang hendak ingin membacanya.. Jadi sesampainya ke Tasik aku langsung beres-beres.

'Kewajiban' disini sebenarnya kunikmati saja. Hanya kadang-kadang aku sudah enggan duluan jika sudah mulai merasakan hal-hal yang 'tidak sehat'. Bukan berarti aku orang yang 'bersih-dan baik', tapi aku berusaha untuk bisa 'sebaik mungkin'. Minggu lalu di EV Green Gate aku jadi seseorang yang banyak bicara dan berisik.. Kembali ke sini.. Aku memilih kembali seperti dulu saja. Bicara seperlunya saja. Dari apa yang ku lihat.. Apa ya.. Rasanya memang mudah ketauan saja, dari cara bicara, tingkah laku, hampir semua berbau kepentingan. Mungkin hanya begitu caranya. Mungkin mereka juga punya hal-hal yang mesti mereka lindungi, mereka usahakan. Buatku juga sama kok. Tapi aku tidak kepikiran untuk melakukan hal-hal semacam itu. Barangkali ada yang bilang 'kagok baseuh', tapi orang-orang punya pilihan untuk 'hanyat'. Aku yang memilih kering, barangkali cuma dikasih jatah tempat berpijak yang sangat terbatas, dan juga tidak menutup kemungkinan suatu saat akan dilibas. Haha..

Sulit memang menjernihkan pikiran. Jika datang waktu-waktu rentan, aku selalu mengingat bahwa di sini ada amanah yang harus diemban. Itu saja. Aku juga tidak tahu akan bertahan sampai kapan, tapi sampai saat ini aku masih kuat untuk berada dalam 'panas terik dan badai hujan'

Hari-hari semenjak aku kembali ke sini warnanya cerah. Tapi udara agak menyakitkan.

-
12 Juli 2023. Hari-hari terakhir di EV, aku mendapat kabar baik dari Jojo. Novelnya yang segera rilis bulan depan ternyata benar-benar akan terbit dengan lukisan yang kubuat untuk covernya. Teman perempuanku itu memang mengerikan soal berkarya, dan membuatku iri saja ! Tapi aku senang.. Dia telah berhasil mengatasi kecamuk dalam kepalanya dan mengeluarkannya dengan cara yang lebih patut dan indah untuk diterima.

15 Juli 2023. Temanku saat masa-masa di Envision tahun 2019, Drew Rinehart menikah tanggal 15 Juli kemarin. Harusnya aku menghadirinya.. Tapi karena aku masih dalam program beasiswa aku tidak bisa datang.. Tapi aku sangat bahagia melihat senyum keduanya..

Lalu ada kebetulan yang menyenangkan untukku, salah satu leader team di EV kemarin ada yang temannya adik dari Drew karena sama-sama kuliah di Toccoa Falls College - Georgia. Kami jadi tiba-tiba tersambung dan banyak berbicara..

19 Juli 2023. Dua hari setelah kembali ke sini aku dimintai menjadi narasumber tentang Kecapi Sunda oleh para mahasiswa Universitas Perjuangan Tasikmalaya. Ini gegebegan juga.. Pasalnya pengetahuanku tentang kecapi juga tidak banyak. Jadi aku agak hati-hati, 'Sieun  nepikeun nu salah'. Repot juga urusannya nanti hehe.

Masih di hari yang sama, malamnya, aku dikunjungi dua kawan lama. Yang satu finest alumni MAN 2 Tasikmalaya, Sopia Nindia Anggraeni, Duta Baca Provinsi Jawa Barat 2020. Yang satu lagi salah satu putera mahkota, kiyai Cipasung masa depan, Cep Thoriq. Dari petang sampai hampir jam sebelas malam obrolan kami tidak habis-habis ! Mereka memang duo jenius bibliophile dari Komunitas Kuluwung, mereka tidak pernah kehabisan bahan untuk dibicarakan. Barangkali kedepannya keduanya akan kuminta membagikan pengetahuan mereka pada anak-anak yang sering main kesini soal literasi, nanti kucarikan waktu yang pas pokoknya hehe.

20 Juli 2023. Kabar baik lain, perjalananku selanjutnya akan ada di bulan September. Safari Sastra Yudhistira ke IV, kami akan akan 'berkeliling' dengan misi ke daerah Jawa Timur. Meski kali ini dengan tim kecil, Reva Ari sebagai gitaris di Gayatri tidak bisa ikut serta karena sudah mulai bekerja. Jadi aku hanya akan berdua dengan Nadzar Tohary pada tim musik. Aku mesti 'pindah' dulu sebagai gitaris dan menyimpan biolaku. Aku bukan yang handal soal gitar, tapi Pa Yudhis memang suka begitu. 'Masih ada waktu buat belajar', ujarnya. ampun pisan haha..

-

Aku terlihat sangat bahagia pada kegiatan sebelum peringatan American National Day di EV. Sudah lama aku tidak melihat diriku sendiri tertawa dengan lebar seperti itu. Kerutan tawa di pipi itu memperlihatkan juga bahwa aku sudah memasuki usia yang lewat muda haha. Tidak apa-apa.. Memakai sarung di lingkungan dan kegiatan kampus, dan orang-orang tidak peduli. Kalau di sini pasti sudah pada 'nempokeun' haha..

Tanggal 4 Juli adalah hari kemerdekaan Amerika Serikat. Sebelum menjadi sebuah negara, AS adalah negara bagian yang dimiliki oleh Inggris Raya. Pada tanggal 4 Juli 1776, para pendiri bangsa menandatangani Deklarasi Kemerdekaan dan mengumumkan kemerdekaan Amerika Serikat dari Britania Raya. 

-

Nah Aku yakin masih banyak yang terlewat dan belum kutuliskan. Tidak apa-apa, aku akan menghimpunnya pelan-pelan.


Minggu, 16 Juli 2023

A Woman who sat beside me at the Church


"Aku ingin meminta maaf soal yang tadi.. Aku tidak tahu kau benar-benar takut dengan katak.."

Sisi kiri taman kampus, hari pertama saat aku melihatnya bersama teman-temannya, yang mana mereka akan menjadi 'pengasuh' kami selama dua minggu. Aku yang 'dusun' dan sudah lupa bagaimana cara bergaul memilih untuk tidak banyak bicara. Sembari menunggu partisipan lain datang, kami melakukan permainan sederhana. Hanya sekedar untuk mencairkan suasana, buatku itu tidak begitu bekerja. Pada awalnya aku tidak pernah terfikir untuk bisa mengenalnya. Matanya yang terlihat dingin sudah kuyakini bahwa dia pasti sulit untuk 'didekati'.

Hari-hari di sini dimulai. Setiap hari dia selalu terlihat mencolok diantara yang lain, caranya berpakaian sangatlah berbeda dari semua orang di sini. Dan aku yakin semua orang menyadari keberadaannya. Secara pribadi, ini menarik untukku.. Karena dia selalu memiliki kepercayaan diri dengan penampilannya yang khas dan berbeda. Meski kentara sering beraktivitas sendirian dan tak banyak bicara, sesuai dugaanku, dia tipe yang akan disukai banyak orang. Dan memang benar. Aku beberapa kali mendengar ujaran-ujaran ketertarikan padanya dari beberapa orang di sini. Dia begitu ramah dan terbuka, pada hari-hari awal aku tidak berani menyapa, apalagi untuk mengajaknya berbicara.

Dia sering berkeliaran di kegiatan kampus dengan kamera-nya. Memotret dari perspektifnya sendiri. Bukan tipikal potret dokumentasi kegiatan, tapi dia selalu berhasil menangkap momen-momen yang penuh perasaan. Dia memiliki pandangan yang bagus. Memaknai peristiwa, yang terkadang dilewatkan oleh sembarang mata.

Hari-hari yang padat. Sedari pagi sampai malam. Aku bahkan tidak punya waktu untuk menulis jurnal harianku seperti biasa. Di suatu malam, aku hendak menulis karena jadwal selesai agak awal. Aku memilih menulis di beranda ruang utama, karena di asrama kadang berisik dan banyak orang berlewatan. Saat aku berjalan menuju ruang utama, dari kejauhan terlihat seseorang sedang duduk dengan laptopnya. Dan ternyata itu adalah dia. Aku duduk bersamanya, saling sapa tapi tidak banyak, hanya menanyakan apa yang hendak aku dan dia kerjakan. Dia mengerjakan tugas kuliahnya atau mengedit video-video dan aku menulis jurnal. Kami khusyuk dengan pekerjaan masing-masing sampai seorang teman datang akhirnya mereka mengobrol, aku masih menulis tidak ikut bicara. Gerimis turun, kami sangat senang karena ini hujan pertama kami di sini-di musim panas ini. Suara katak bersahutan, dan tidak kukira dia malah tertarik untuk mencari katak dan menangkapnya. Aku sontak merinding dan menghindar karena tidak begitu menyukai katak.. Dia 'ngélég' gara-gara aku ketahuan takut dengan itu.. Tidak lama dari itu aku mengatakan aku akan ke asrama untuk membawa laptopku.. Karena lebih nyaman menulis dengan layar lebar.

Hujan bertambah besar. Aku tidak bisa kembali ke beranda.. Jadi aku menulis di game & exercise room di lantai tiga kampus.. Dikeheningan, seseorang datang mengetuk pintu.. Ternyata dia datang menyusulku.. Dia menyangka aku tidak datang lagi ke beranda karena dia tadi menakut-nakutiku soal katak. "Aku ingin meminta maaf soal yang tadi.. Aku tidak tahu kau benar-benar takut dengan katak..", aku sempat terdiam.. Dia sengaja menembus hujan dari beranda ruang utama kampus menuju asrama mencariku karena hanya ingin mengatakan itu padaku. "Ah tidak apa-apa.. Bukan, bukan gara-gara itu.. Aku tidak bisa kembali ke beranda karena memang hujan besar.., bukan masalah, jangan terlalu difikirkan".. Sementara kami saling bicara, bisa-bisanya hujan reda. “Hujan sudah reda, mau kembali ke sana ? Mungkin kamu bisa membuat kopi, ah atau kau ingin matcha ? Aku punya beberapa jika kau mau..” , tanya dan tawarnya padaku, “Ah baiklah.. Tentu saja.. Kita bisa kembali kesana..”. Kami Kembali ke beranda, dan duduk bersama, tapi tidak banyak  bicara.. Aku sebenarnya jadi tidak menulis apapun. Pura-pura di depan laptopku padahal aku hanya ingin melihatnya dari dekat..

Permintaan maaf dari perempuan. Bagiku sudah lama sekali.. Aku jadi memikirkannya malam itu. Aku tidak ingat sejak kapan kami jadi saling bertukar kata dan memang tidak sering. Tapi sejak malam itu aku selalu senang jika melihatnya ada di sekeliling..

-


Di suatu akhir pekan. Makan siang telah disajikan tapi kami mendapat pengumuman harus mencuci peralatan makan masing-masing karena orang-orang di bagian dapur tidak bekerja pada hari sabtu dan minggu.  Untukku sih tidak masalah, karena aku sudah biasa melakukannya. Selain itu, aku punya alasan untuk segera menghindar dari keramaian.. Saat aku mencuci piring dia datang, bermaksud untuk mencuci peralatan sisa makannya. Dan aku menawarkan mencucikan miliknya juga. Dia terlihat segan, tapi aku meyakinkan kalau ini bukan hal besar. Lagipula aku hanya menggunakan satu piring, sendok dan garpu, sama sekali tidak menggangu. Akhirnya dia memberikan bekas makannya padaku untuk aku bersihkan lalu Kembali ke ruang makan. Saat aku mencuci piringnya, ternyata dia Kembali lagi, “Eki, aku melihatmu suka mengikat rambutmu.. Kamu mungkin bisa menggunakan ini..”, dia memberikanku ikat rambutnya padaku.. Lagi, aku jadi terdiam dan tersenyum.. Sial, aku tidak suka perasaan semacam ini. Karena aku pasti akan mudah mengingatnya..

Hari minggu. Jadwal hari ini adalah mengunjungi gereja dan mesjid. Pada awalnya aku hampir memutuskan tidak akan masuk ke gereja. Sampai di kejauhan tiba-tiba suara di gereja senyap. Aku tertarik pada apa yang terjadi di sana, para jemaat begitu khusyuk menyimak pendeta yang sedang membacakan amanat dari alkitab. Aku masuk melalui pintu tengah dan duduk di samping orang asing. Dari kejauhan, aku melihat dia duduk di barisan kedua di depan altar. Kursi sebelahnya masih kosong, jadi aku memilih pindah, dan duduk disamping kanannya. Dia tengah menggambar dengan buku catatan kecilnya.. Aku banyak memiliki kesukaan yang sama dengannya.. 

Kami saling melempar senyum dan sapa. Dianjurkan tidak bersuara saat pembacaan amanat di gereja. Jadi pandangan kami langsung ditujukan pada pendeta. Saat di tengah pembacaan ayat alkitab, dia memperlihatkan ayat matius yang sedang dibacakan melalui handphone-nya, kami membacanya bersama.

-


Kami jadi sering kebetulan duduk atau berada berdekatan. Bahkan di malam terakhir saat acara refleksi. Aku duduk di sampingnya. Dia jadi tahu bagaimana air mataku jatuh. Hal yang paling kusembunyikan.

Esok harinya “Eki, beritahu jika kau akan pulang. Supaya aku bisa mengucapkan selamat jalan..”, dia mengirimkanku pesan.. Lagi, Aku jadi tersenyum sendiri.. Sudah lama sekali tidak ada yang memperlakukanku seperti ini. Aku tidak bertemu dengannya dihari terakhir. Aku sangat kelelahan, tapi aku berusaha membuatkannya sesuatu.. Untuk hadiah perpisahan sementara.. Karena aku tidak memiliki apapun untuk diberikan. Esok harinya aku memberikannya, dan kami hanya saling pandang. Lalu kami benar-benar berpisah hari itu. Aku pulang.

Mengetahui dia bersama seorang lain di tempat tinggalnya yang jauh sekali, aku menjaga perasaanku sendiri. Kita berdua hidup di belahan dunia yang berbeda, dan memiliki kehidupan yang sangat berbeda. Meski begitu, aku tetap harus berterimakasih padanya.. Aku senang memiliki perasaan seperti ini, aku senang dalam hari-hariku telah dan pernah hadir seseorang yang sepertinya, meski hanya sebentar saja.

Bertahun-tahun mengakrabi sepi, barangkali aku merindukan 'keterikatan' dengan seseorang. Tapi memberikan perhatian pada siapapun tanpa persetujuan begini juga bukan kejelekan. Aku menikmatinya.

Dan selain itu, aku tidak perlu takut lagi terluka.

Dia berkebangsaan Amerika, semua percakapan dalam bahasa inggris yang sudah kuterjemahkan.