Jumat, 28 Juli 2023
It Started and I Kept it Here.
Minggu, 23 Juli 2023
Interfaith Dialogue Class, an Enlightenment from The Across
Sabtu, 22 Juli 2023
EV, A Tremendous-Eye opening way to learn
Baiklah, aku mulai dari sini saja. Seperti yang kutuliskan sebelumnya, di usiaku yang sekarang, hasratku untuk belajar masih begitu besar. Dan pertengahan tahun ini punya kejutan yang tidak kubayangkan, aku mendapat kesempatan untuk mengikuti shortcourse two weeks immersive live-in english study yang bertempat di Bandung yang diadakan oleh English Village.
Di berbagai daerah di Indonesia, banyak tersebar tempat-tempat yang menyediakan tempat kursus Bahasa Inggris, inggris amerika atau british. Selain karena tidak terlalu jauh dari tempatku tinggal (butuh sekitar 5 jam dengan transportasi darat), entah kenapa aku lebih tertarik untuk mengapply di EV. Dan aku memang tidak menyesal memilihnya.
Program EV sudah berjalan sejak tahun 2019, tapi tahun 2021 & 2022 program ini dihentikan karena dulu masih dalam keadaan pandemi Covid, masa-masa yang menggelikan untuk aku yang skeptis tentang itu. Jadi aku termasuk dalam EV angkatan ketiga di tahun 2023 ini. Partisipan seharusnya ikut tahun ini seharusnya berjumlah 20, tapi yang hadir saat itu hanya 18 saja. Berbeda dengan program pelatihan atau kursus bahasa inggris konvensional yang kuketahui, EV menggunakan sistem live-in, jadi kami tinggal di asrama selama dua minggu di tempat pembelajaran bersama para instruktur. Barangkali supaya atmosfir belajar lebih terjaga dan intensif, dan menurutku ini sangat efektif.
EV diselenggarakan di sebuah tempat bernama Green Gate. Dulu tempat ini digunakan oleh BAIS (Bandung Alliance International School) sampai tahun 2008, lalu BAIS dipindah ke Kota Baru Parahyangan, Padalarang -Bandung. Green Gate berubah menjadi convention center atau digunakan tempat-tempat pelatihan yang sifatnya internasional. Green Gate memiliki fasilitas yang lengkap dan bagus, diantaranya ruang kelas yang representatif, asrama, aula, sarana olahraga, taman luas, game & gym room, beach room (biasa dipakai saat bersantai) yang ini ruangan favoritku karena terdapat piano tua dari tahun 1916 yang suaranya masih sangat bagus sekali, mini library, holy space (untuk beribadah), guest room, dining room, toliet dan restroom dengan pemanas air. Green Gate tempat yang sangat tepat untuk kegiatan ini.
Instruktur utama pada kegiatan kelas adalah seorang profesional pengajar bahasa inggris yang menjadi lead pada pembelajaran bahasa. Didampingi oleh para mahasiswa-mahasiswa dari amerika yang sedang dalam masa semester abroad. Angkatanku cukup beruntung, karena tahun ini EV mendatangkan tim pengajar khusus dari Pennsylvania, Amerika. Beberapa dari mereka adalah pensiunan guru-guru di Amerika.
-
Saat check-in registrasi kedatangan kami diberi set-kit program. Tas serut, name tag, kaos dan folder yang berisi jadwal kegiatan, beberapa lembar tes asesmen, materi dan passport kegiatan. Passport ini sebagai pertanda bahwa kami sudah melewati semua kegiatan, kami membutuhkan minimal 8 stamp untuk bisa lulus dengan sertifikat. Ini tidak boleh sampai hilang hehe
Hari pertama dimulai sore hari, digunakan untuk pre-test, orientasi dan perkenalan. Pre-test ini isinya pertanyaan seputar identitas kita secara singkat dan motivasi belajar. Semua dalam bahasa inggris karena interviewers semua adalah native speaker, ini juga berfungsi sebagai tolok ukur kemampuan bahasa inggris kita sebelum belajar di EV. Lalu kegiatan orientasi mencakup arah tujuan program EV, tata tertib dan aturan-aturan yang berlaku pada kegiatan. Peraturan yang 'cukup' strict, apalagi soal penggunaan waktu, tahulaaaa yaa.. Orang-orang Indonesia kebanyakan agak gimanaaa perihal waktu. Kami tidak diperkenankan meninggalkan lingkungan kampus selama program imersi, kecuali untuk keperluan yang urgen saja, karena kebutuhan pokok rasanya semua sudah tersedia.
Kegiatan terakhir adalah perkenalan. 18 orang dibagi menjadi 4 kelompok, dan masing-masing didampingi 2 orang instruktur native speaker. Satu mahasiswa dan satu dari tim pengajar dari Pennsylvania. Kami mesti membuat nama kelompok, yel-yel kelompok, dan bendera kelompok pada hari pertama, selain untuk ice breaking, ini juga membuat mereka memudahkan mengordinir semua kelompok partisipan.
-
Jadwal kegiatan yang padat, sedari pukul 8.00 pagi sampai pukul 9.00 malam. Ini melelahkan juga menantang, selain pertimbangan distraksi pembelajaran, kami dianjurkan tidak memakai handphone saat kegiatan berjalan.
Sesuai judul program, core program EV ini adalah pembelajaran bahasa inggris. Selama dua minggu kami punya waktu sekitar 5 jam setiap hari (08.30-12.15) untuk kelas English Instruction dengan istirahat 10 menit saat memasuki 2 jam pemebelajaran. Pengajar utama kami untuk tahun ini adalah Ms. Susan.
Beliau adalah guru profesional pengajar bahasa inggris. Yang menarik dari ini adalah ternyata banyak hal yang berbeda dalam metoda pembelajaran bahasa inggris yang ku dapatkan dari pembelajaran formal di sekolah yang dirasa 'rumit' dan menuntut penguasaan materi yang banyak dalam waktu yang singkat. Dan kadang output pembelajaran hanya berbentuk tekstual lalu 'terlewat' saja, tanpa penggunaannya secara empirik. Apalagi untuk tipe pelajar yang follow-the flow, metode pembelajaran yang sering kita temui agaknya kurang membantu kita 'sampai tuntas' dalam pembelajaran. Ini entah kenapa, padahal orang-orang 'berkuasa' dalam hal pendidikan di Indonesia sering sekali 'studi banding' ke luar negeri, tapi hasilnya masih klise, entahlah apa yang mereka bawa pulang dari itu (oleh-oleh jalan-jalan mungkin ? ckckck 🥴). Padahal hal-hal kecil dan penting seperti hal tadi rasanya bukan tidak mungkin untuk diterapkan di pendidikan formal di Indonesia. Disayangkan sekali.
Kelas English Instruction, dimulai dengan informasi perbedaan kebudayaan Amerika dan Indonesia oleh Pa Nathan, selanjutnya baru masuk pembelajaran bahasa Inggris.
Pembelajaran materi dirasa menyenangkan, kadang diselingi dengan bernyanyi-untuk refreshment juga latihan pronounciation, pembelajaran minimal pairs yang mengasah daya listening, kegiatan menggunakan media pembelajaran yang sederhana seperti penggunaan gambar-gambar, kegiatan-kegiatan permainan lainnya yang tidak terfikir itu adalah bagian dari pembelajaran. Kadang-kadang kami tidak sadar tiba-tiba kami menikmati kegiatan dan 'nereleng' berkomunikasi bahasa Inggris saat kegiatan itu.
Setiap kelompok kecil didampingi dua instruktur native speaker, ini memudahkan saat kami tidak begitu menangkap materi yang disampaikan Ms. Susan, dan dua pendamping itu menjelaskan kepada kami sampai kami faham. Ini sangat membantu proses pembelajaran. Kalau di 'kita', ini agak sulit dilakukan, karena akan menambah 'tenaga pengajar' yang berarti akan menambah cost 'pengeluaran' sekolah, dan aku yakin sekolah kita tidak akan mengambil resiko nu matak 'bangkar' seperti itu haha. Makanya jargon dep*g kita adalah 'Ikhlas Beramal', kalau dulu zaman-zaman pembentukan dan perjuangan aku pikir masih relevan, tapi untuk sekarang sih rada keheula, karena pendidikan di kita ini sebenarnya punya jatah besar dalam pembiayaan dari negara (setelah kesehatan) bantuan dari sana-sini, tapi nga tau sampai atau tidak haha. Dengan perbandingan satu guru dan dua puluh peserta didik, pembelajaran kami di EV sangat efektif menurutku, 'kagéroh', tidak terlalu banyak.
Oh ya, kami tidak diharuskan memakai seragam tertentu saat pembelajaran. Jadi kami memakai pakaian bebas asalkan sopan. Tapi kami punya waktu-waktu berseragam saat kegiatan tertentu saja. Efek yang diharapkan dari ini adalah kami jadi bisa berekspresi dalam berpenampilan, dan mengedepankan kenyamanan pada peserta didik saat belajar. Gondrong, botak, baju panjang, jaket, kaos, atau malah sarungan dalam kasusku. Tidak ada yang menghiraukan itu, asalkan kita belajar dengan baik. Di kita, kadang pelajar tidak boleh sama sekali memakai jaket, bahkan saat kondisi cuaca dingin, atau memakai rompi rajut seragam saat cuaca panas. Lieur sugan mah. Kecuali kalau tempat belajarnya sudah terkondisikan, misal menggunakan ac atau penghangat ruangan (kalau masalahnya tentang suhu). Lagi, Ini hal yang tidak dimiliki oleh pendidikan kita. Pola pendidikan kita adalah 'penyeragaman', semua harus sama. Rapi-adalah baik, rapi-adalah pintar. Kemampuan harus sama. Semua tipe peserta didik dipukul sama rata. Kebodohan kita yang dengan sadar tertanam dan dipelihara. Ini tentu tidak fair, karena setiap orang punya gaya belajar dan interes studi-nya masing-masing. Penghancuran karakter. Ironi dengan yang ada dalam kurikulum kita yang ditulis 'pendidikan karakter', ah sudahlah.
Ms. Susan selalu punya hadiah-hadiah kecil untuk reward para peserta didiknya yang berhasil memahami materi, selain itu Ms. Susan selalu memberikan makanan-makanan kecil untuk peserta didiknya yang on-time dan datang lebih dulu ke kelasnya. Ini perlu ditiru niih hee, karena bisa jadi motivasi jugaak.
Kegiatan lain yang menunjang pembelajaran bahasa pada program EV diantara lainnya adalah, One Minute Speech, Story Telling dan kadang-kadang ada pelajaran tambahan seperti kelas penulisan speech, essay, dan pelatihan interview jika kita melamar pekerjaan di luar negeri. Selain itu ditunjang kegiatan lain seperti Interfaith Dialogue, Learning Self, Choose Your Fun, English Ngobar, Game Night, Out Door, Sports Day, dan Reflection. Semuanya dalam bahasa inggris ! Kami tidak boleh berbicara bahasa Indonesia sedikitpun (meski sok bangor kadang-kadang hehe). Untuk kegiatan lain ini aku akan tuliskan dalam tulisan terpisah, karena semua menyenangkan hehe.
*Foto-foto saat kegiatan diambil oleh Gabrielle Sutjiono.
Kamis, 20 Juli 2023
After 'In-Between'
Minggu, 16 Juli 2023
A Woman who sat beside me at the Church
"Aku ingin meminta maaf soal yang tadi.. Aku tidak tahu kau benar-benar takut dengan katak.."
Sisi kiri taman kampus, hari pertama saat aku melihatnya bersama teman-temannya, yang mana mereka akan menjadi 'pengasuh' kami selama dua minggu. Aku yang 'dusun' dan sudah lupa bagaimana cara bergaul memilih untuk tidak banyak bicara. Sembari menunggu partisipan lain datang, kami melakukan permainan sederhana. Hanya sekedar untuk mencairkan suasana, buatku itu tidak begitu bekerja. Pada awalnya aku tidak pernah terfikir untuk bisa mengenalnya. Matanya yang terlihat dingin sudah kuyakini bahwa dia pasti sulit untuk 'didekati'.
Hari-hari di sini dimulai. Setiap hari dia selalu terlihat mencolok diantara yang lain, caranya berpakaian sangatlah berbeda dari semua orang di sini. Dan aku yakin semua orang menyadari keberadaannya. Secara pribadi, ini menarik untukku.. Karena dia selalu memiliki kepercayaan diri dengan penampilannya yang khas dan berbeda. Meski kentara sering beraktivitas sendirian dan tak banyak bicara, sesuai dugaanku, dia tipe yang akan disukai banyak orang. Dan memang benar. Aku beberapa kali mendengar ujaran-ujaran ketertarikan padanya dari beberapa orang di sini. Dia begitu ramah dan terbuka, pada hari-hari awal aku tidak berani menyapa, apalagi untuk mengajaknya berbicara.
Dia sering berkeliaran di kegiatan kampus dengan kamera-nya. Memotret dari perspektifnya sendiri. Bukan tipikal potret dokumentasi kegiatan, tapi dia selalu berhasil menangkap momen-momen yang penuh perasaan. Dia memiliki pandangan yang bagus. Memaknai peristiwa, yang terkadang dilewatkan oleh sembarang mata.
Hari-hari yang padat. Sedari pagi sampai malam. Aku bahkan tidak punya waktu untuk menulis jurnal harianku seperti biasa. Di suatu malam, aku hendak menulis karena jadwal selesai agak awal. Aku memilih menulis di beranda ruang utama, karena di asrama kadang berisik dan banyak orang berlewatan. Saat aku berjalan menuju ruang utama, dari kejauhan terlihat seseorang sedang duduk dengan laptopnya. Dan ternyata itu adalah dia. Aku duduk bersamanya, saling sapa tapi tidak banyak, hanya menanyakan apa yang hendak aku dan dia kerjakan. Dia mengerjakan tugas kuliahnya atau mengedit video-video dan aku menulis jurnal. Kami khusyuk dengan pekerjaan masing-masing sampai seorang teman datang akhirnya mereka mengobrol, aku masih menulis tidak ikut bicara. Gerimis turun, kami sangat senang karena ini hujan pertama kami di sini-di musim panas ini. Suara katak bersahutan, dan tidak kukira dia malah tertarik untuk mencari katak dan menangkapnya. Aku sontak merinding dan menghindar karena tidak begitu menyukai katak.. Dia 'ngélég' gara-gara aku ketahuan takut dengan itu.. Tidak lama dari itu aku mengatakan aku akan ke asrama untuk membawa laptopku.. Karena lebih nyaman menulis dengan layar lebar.
Hujan bertambah besar. Aku tidak bisa kembali ke beranda.. Jadi aku menulis di game & exercise room di lantai tiga kampus.. Dikeheningan, seseorang datang mengetuk pintu.. Ternyata dia datang menyusulku.. Dia menyangka aku tidak datang lagi ke beranda karena dia tadi menakut-nakutiku soal katak. "Aku ingin meminta maaf soal yang tadi.. Aku tidak tahu kau benar-benar takut dengan katak..", aku sempat terdiam.. Dia sengaja menembus hujan dari beranda ruang utama kampus menuju asrama mencariku karena hanya ingin mengatakan itu padaku. "Ah tidak apa-apa.. Bukan, bukan gara-gara itu.. Aku tidak bisa kembali ke beranda karena memang hujan besar.., bukan masalah, jangan terlalu difikirkan".. Sementara kami saling bicara, bisa-bisanya hujan reda. “Hujan sudah reda, mau kembali ke sana ? Mungkin kamu bisa membuat kopi, ah atau kau ingin matcha ? Aku punya beberapa jika kau mau..” , tanya dan tawarnya padaku, “Ah baiklah.. Tentu saja.. Kita bisa kembali kesana..”. Kami Kembali ke beranda, dan duduk bersama, tapi tidak banyak bicara.. Aku sebenarnya jadi tidak menulis apapun. Pura-pura di depan laptopku padahal aku hanya ingin melihatnya dari dekat..
Permintaan maaf dari perempuan. Bagiku sudah lama sekali.. Aku jadi memikirkannya malam itu. Aku tidak ingat sejak kapan kami jadi saling bertukar kata dan memang tidak sering. Tapi sejak malam itu aku selalu senang jika melihatnya ada di sekeliling..
-
Di suatu akhir pekan. Makan siang telah disajikan tapi kami mendapat pengumuman harus mencuci peralatan makan masing-masing karena orang-orang di bagian dapur tidak bekerja pada hari sabtu dan minggu. Untukku sih tidak masalah, karena aku sudah biasa melakukannya. Selain itu, aku punya alasan untuk segera menghindar dari keramaian.. Saat aku mencuci piring dia datang, bermaksud untuk mencuci peralatan sisa makannya. Dan aku menawarkan mencucikan miliknya juga. Dia terlihat segan, tapi aku meyakinkan kalau ini bukan hal besar. Lagipula aku hanya menggunakan satu piring, sendok dan garpu, sama sekali tidak menggangu. Akhirnya dia memberikan bekas makannya padaku untuk aku bersihkan lalu Kembali ke ruang makan. Saat aku mencuci piringnya, ternyata dia Kembali lagi, “Eki, aku melihatmu suka mengikat rambutmu.. Kamu mungkin bisa menggunakan ini..”, dia memberikanku ikat rambutnya padaku.. Lagi, aku jadi terdiam dan tersenyum.. Sial, aku tidak suka perasaan semacam ini. Karena aku pasti akan mudah mengingatnya..
Hari minggu. Jadwal hari ini adalah mengunjungi gereja dan mesjid. Pada awalnya aku hampir memutuskan tidak akan masuk ke gereja. Sampai di kejauhan tiba-tiba suara di gereja senyap. Aku tertarik pada apa yang terjadi di sana, para jemaat begitu khusyuk menyimak pendeta yang sedang membacakan amanat dari alkitab. Aku masuk melalui pintu tengah dan duduk di samping orang asing. Dari kejauhan, aku melihat dia duduk di barisan kedua di depan altar. Kursi sebelahnya masih kosong, jadi aku memilih pindah, dan duduk disamping kanannya. Dia tengah menggambar dengan buku catatan kecilnya.. Aku banyak memiliki kesukaan yang sama dengannya..
Kami saling melempar senyum dan sapa. Dianjurkan tidak bersuara saat pembacaan amanat di gereja. Jadi pandangan kami langsung ditujukan pada pendeta. Saat di tengah pembacaan ayat alkitab, dia memperlihatkan ayat matius yang sedang dibacakan melalui handphone-nya, kami membacanya bersama.
-
Kami jadi sering kebetulan duduk atau berada berdekatan. Bahkan di malam terakhir saat acara refleksi. Aku duduk di sampingnya. Dia jadi tahu bagaimana air mataku jatuh. Hal yang paling kusembunyikan.
Esok harinya “Eki, beritahu jika kau akan pulang. Supaya aku bisa mengucapkan selamat jalan..”, dia mengirimkanku pesan.. Lagi, Aku jadi tersenyum sendiri.. Sudah lama sekali tidak ada yang memperlakukanku seperti ini. Aku tidak bertemu dengannya dihari terakhir. Aku sangat kelelahan, tapi aku berusaha membuatkannya sesuatu.. Untuk hadiah perpisahan sementara.. Karena aku tidak memiliki apapun untuk diberikan. Esok harinya aku memberikannya, dan kami hanya saling pandang. Lalu kami benar-benar berpisah hari itu. Aku pulang.
Mengetahui dia bersama seorang lain di tempat tinggalnya yang jauh sekali, aku menjaga perasaanku sendiri. Kita berdua hidup di belahan dunia yang berbeda, dan memiliki kehidupan yang sangat berbeda. Meski begitu, aku tetap harus berterimakasih padanya.. Aku senang memiliki perasaan seperti ini, aku senang dalam hari-hariku telah dan pernah hadir seseorang yang sepertinya, meski hanya sebentar saja.
Bertahun-tahun mengakrabi sepi, barangkali aku
merindukan 'keterikatan' dengan seseorang. Tapi memberikan perhatian pada
siapapun tanpa persetujuan begini juga bukan kejelekan. Aku menikmatinya.
Dan selain itu, aku tidak perlu takut lagi terluka.
Dia berkebangsaan Amerika, semua percakapan
dalam bahasa inggris yang sudah kuterjemahkan.