“Seusia berapa seorang laki-laki harus kembali dan tinggal di tempat di mana dia dilahirkan ?”
Diwan melontarkan pertanyaan menarik ini pada satu
pertemuan. Pertanyaan menarik yang bahkan masih tidak bisa kujawab secara
pribadi. Sebagai seorang yang senang berkeliaran, kata ‘pulang’ tidak hanya
menyenangkan, tapi juga berat karena sejatinya manusia mesti saling memberi kebermanfaatan.
Tapi kebanyakan yang kutemukan, biasanya, akhir dari hal itu adalah hanya
sebagai pilihan dengan Keputusan ‘tinggi’, atau selesai dengan tidak peduli.
Tumbuh dengan banyak keterbatasan membuatku menjadi sangat
empatik. Aku sangat tahu bagaimana rasa bahagianya mendapat pertolongan dari
orang lain (dalam bentuk apapun). Jadi aku ingin siapapun yang kebetulan ‘sejenis’
denganku juga mendapatkan perasaan itu. Akhirnya sekarang dan telah lama aku terjebak
sebagai seorang dengan istilah people pleasure gara-gara itu. Ditambah sebagai
orang kampung yang natural ‘tidak enakan’, kami benar-benar indirect-person.
Meski dengan segala pengalamanku ‘di luar’, ternyata belum bisa juga mengubah
ini.
Orang-orang hari ini, kebanyakan menghitung dengan apa yang
dimiliki, tidak dengan apa yang bisa diberikan. Buatku, selama masih ada yang
bisa kubantu, untuk kebermanfaatan dan ‘logis’, tentu akan kuusahakan.
: Tapi, tetap harus berhati-hati, karena ada juga yang
menggunakan kebaikan dengan cara ‘lain’.
-
Seperti arakan awan bergerak tanpa suara,
Gemericik aliran air yang tidak berwarna
Atau harum dalam kegelapan seperti Wijaya Kusuma.
-
Baiklah, ini yang terjadi sampai hari ini..
Selasa. 15 Oktober, 2024. Pertama kali mengerjakan tugas kuliah kelompok di perkuliahanku yang sekarang. Teh Kokom, Ela dan Fikri datang ke ruangan tempatku biasa ‘bekerja’. Aku sudah lama tidak punya kegiatan yang seperti ini.
Rabu. 16 Oktober, 2024. Sudah hampir seminggu Wawan mengerjakan musikalisasi puisi yang dibuat untuk kegiatan Literasi di SMA. Dan lagu ini sudah bisa didengarkan. Menurut beberapa yang kukirimi lagu ini, lagu yang dibuat Wawan lebih ‘bertenaga’ ketimbang lagu-lagu yang biasa kubuat. Meski begitu masih ada kemiripan bentuk dengan lagu-laguku gara-gara pemilihan melodi-melodi yang terdengar ‘spiritualis’, mungkin gara-gara aku juga yang sering memperdengarkan-‘membawanya’ ke referensi-referensi laguku. Overall, semuanya Wawan yang ngefill, aku hanya menambahkan biola dan backing vocal saja.
Kamis. 17 Oktober, 2024. Aku melipir ke rumah Diwan di pagi hari untuk membicarakan beberapa hal. Bolos dua jam di pinggir tempat bekerja, memang keterlaluan. Disuguhi kopi dan kue-kue kecil oleh Bu Euis, rumah Om Acep memang enak untuk membicarakan ide-ide.
Suasana pengajian 40 harian Wa Loloh. Jadi, Uwa sudah sebulan meninggalkanku. Berkeliling ke atas ke kamar yang biasa kutempati saat tinggal di sini, lalu ke kamar tempat Uwa shalat, melihat beberapa fotonya dengan toga saat Uwa masih menjabat di kampus, masa-masa Uwa sedang sangat bersemangat. Aku berdiam lama. Masih merasa bersalah. Tiba-tiba aku sangat sibuk diusia ini.. Dan aku sepertinya belum bisa memberikan waktu-waktu yang baik dipenghujung usianya..
Jumat. 18 Oktober, 2024. Menyusur jalur trekking di Gunung Galunggung untuk survey kegiatan musik gunung yang sedang dirancang Diwan dan Rofi. Kami mendapatkan beberapa alternatif tempat yang bisa dipakai di sekitaran tempat ini.
Sabtu. 19 Oktober, 2024. Pernikahan Cep Ijal dan Tasya. Salah satu pernikahan besar yang pernah kudatangi. Untuk menyalami-memberi selamat langsung ke pengantin saja aku mesti menunggu penghujung acara karena banyak tamu ‘besar’, ranginang semacamku ya tentu mesti melipir dulu haha. Menemui teman bisa sesulit ini haha, tapi aku tetap berbahagia, satu persatu teman-temanku sudah punya panyangsangan. Selamat ya, Jal !
Untungnya aku masih ada ririwa lain di pernikahan Ijal. Aku jadi keliaran sama mereka.
Diwan
Cep Thoriq
Sebenarnya aku sempat ditawari untuk menjadi salah satu yang berbaju hijau seperti ini, yaa tentu saja kutolak haha. Bukannya tidak mau, tapi lebih ke ‘sadar diri’ huahaha.
Ada a Agil kakaknya Cep Ijal, Deri puteranya bu Elya dan Jani puteranya Pa Agus-teman ngebul di tempat kerja. Kalau Jani memang seangkatan pas di sekolah sih.
Minggu. 20 Oktober, 2024. Secara tiba-tiba aku dan teman-teman meremake dan merekam musikalisasi puisi Kwatrin Malam. Karena bentuknya sudah ada sejak tahun 2015, jadi pembuatan guide lagu ini relatif cepat selesai. Kadang, hal-hal impulsif seperti ini memang sering terjadi pada kami, tidak ada perencanaan, tidak ada ide, guluyur we.
Senin. 21 Oktober, 2024. Musikalisasi puisi Kwatrin Malam yang diremake olehku dan teman-teman sehari sebelumnya kuputuskan untuk dimainkan oleh anak-anak sanggar gama sebagai lagu kedua. Menggunakan rebana punya mesjid kampungnya A Izoel, mereka mulai Latihan hari ini.
Selasa. 22 Oktober, 2024. Bersama KH. Ubaidillah Ruhiat, pimpinan Ponpes Cipasung yang sekarang setelah sepeninggal Bapa almarhum. Aku tidak sebegitu dekat dengan beliau seperti ke Bapa, tapi aku senang masih dipercayai untuk tetap bersentuhan ‘pada ini’. Hari Santri Nasional. Aku sudah berleha-leha sejak ba’da shubuh, lalu tiba-tiba ditelpon Najmi untuk menjadi juri karnaval hari santri di Ponpes Cipasung setengah jam sebelumnya. Keterlaluan memang. Tapi yaa.. Cuma hal-hal begini yang bisa kulakukan untuk ‘membantu’ sih.
Bu Neng Lela, istri pa Kyai Ubed. Mamahnya si cinta.
Furqon Taufiq. Satu-satunya teman tersisa di sini-dari generasku. Aku sebenernya nga jelek-jelek amat songkokan begini, tapi sok ateul tarang, buhan tara sih.
Ketemu Bi Nyai dan Wiyah. Yah.. Meski tempat kerja kami berdekatan, tapi paling hari-hari begini kami baru bisa bertemu.
Rabu. 23 Oktober, 2024. Menjelang pagi hari kemarin, berita duka sudah terdengar. Mang Haji Uwoh bapaknya Jafar salah satu teman di Saung meninggal hari ini. Aku dan Azmi baru bisa berkunjung sehari setelahnya.
Petang, a Amen Jamaludin Hussein, personel TAFSIK dari Lesbumi PWNU Jabar berkunjung ke saung karena kebetulan sedang ada pekerjaan di Tasik.
Kamis. 24 Oktober, 2024. Gladi persiapan penampilan teman-teman Sanggar Gama untuk acara hari Literasi. Jadi kami akan membawakan dua musikalisasi puisi Acep Zamzam Noor, Lanskap dan Kwatrin malam.
Pembatas buku. Membuatkan hadiah kecil untuk teman-teman yang senang membaca. Gara-gara bikin ini, flashdisk-ku jadi hilang hueee.
Jumat. 25 Oktober, 2024. Gerilya, Gerakan. Peringatan hari literasi dan bulan bahasa di SMA Islam Cipasung. Di sekolah ini, mulai tahun ini punya pembiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, dengan maksud menumbuhkan ‘kesadaran’ tentang pentingnya ber-literasi. Pada praktiknya, memang agak susah, meski ada beberapa yang memang sudah suka membaca. Nah acara ini kukira sebagai tolok ukur pencapaian program pembiasaan selama setahun ini, yang memang menurutku masih jauh dari yang diharapkan secara esensinya. Apalagi untuk siswa laki-laki, tidak banyak yang bertahan sampai selesai pada acara ini, disayangkan.
Selain menyoal literasi secara umum, pada acara ini juga diadakan apresiasi dari kegiatan Tahfidz.
Launching perpustakaan digital. Pa Ilham Nurzaman, beliau ini menurutku salah satu guru progresif. Kendati mengampu Pelajaran Bahasa Inggris, minat Pa Ilham tentang literasi sangat besar. Pa Ilham mengurusi website perpustakaan seorang diri-atas inisiatif-nya sendiri. Biar kukatakan, tidak semuanya bersedia melakukan hal seperti ini. Ini atas dasar kecintaannya sendiri. Seorang seperti Pa Ilham ini mestinya dapat diapresiasi dengan lebih ‘pantas’.
Bincang Literasi. Adikku didaulat menjadi narasumber untuk bincang literasi. Biasanya dia menonton aku konser, sekarang aku yang menontonnya berbicara, dan ini pertama kalinya. Tidak dengan tiba-tiba dia jadi seperti sekarang. Karena aku tahu bagaimana sepak terjang-nya di dunia literasi.
Membandingkannya denganku diusia ini, aku jadi terlihat menyedihkan. Dengan keilmuan dan pengalaman yang dia dapatkan dari banyak tempat, sekarang kapabilitas dan kompetensinya beda jauh denganku. Dari jajaran audiens, aku mencerna setiap apa yang dia tuturkan. Berdasar teoretik dan empiriknya secara personal, lalu merelevansikannya dengan keadaan peserta didik di sini (dia juga alumni sekolah ini, jadi dia tahu bagaimana keadaan di sini), aku hanya tersenyum melihat apapun yang menjadi setiap yang dikatakannya. Jadi.. Kukira dia sudah melebihiku.
Yah.. Dengan melihatnya menikmati ‘bidangnya’ aku sudah senang. Penerimaan akan sangat berbeda-beda di setiap tempat, bersiap-siaplah untuk 'panggilan lain'.
SMA Islam Cipasung pada acara Literasi. Aku tahu tidak setiap dari mereka menyukai hal seperti ini, jadi aku berterimakasih pada yang sudah kenan mentoleransi 'ketidak-sukaan'nya. Dan juga mau minta maaf pada semua guru bahasa yang seharusnya punya jatah lebih besar pada acara ini. Aku merasa terlalu campur tangan terlalu banyak pada yang bukan ‘ranahku’, ‘di tempat ini’.
Bocah-bocah yang jadi sering kena omelku dua minggu ini. Aku senang mereka sudah bisa bernyanyi tanpaku lagi, kalian mesti lebih banyak mendapatkan waktu seperti ini sebagai pengalaman-pengalaman panggung yang lain.
Lagu musikalisasi Lanskap yang dinyanyikan anak sanggar ini dibuat olehnya. Sebenarnya daripadaku, yang lebih banyak urusi anak-anak sanggar sekarang untuk kegiatan ini adalah Wawan, jadi terimakasih banyak juga buat Wawan.
Petang. Setelah kegiatan panjang hari ini, aku dijajani Bakso sama a Izoel. Sangat-sangat membantuu
Lalu disela-sela hari ini aku juga mesti menonton permainan sepak bola secara online karena si bungsu kebagian main untuk perwakilan tim sekolahnya.
Sabtu. 26 Oktober, 2024. Take vocal terakhir Neng Nida untuk part intro lagu Kwatrin Malam. Tidak main-main, kami memulainya pukul enam pagi di saung.
Siang harinya, dikunjungi Pa Wildan guru seni rupa-ku sewaktu Aliyah.
Melewati petang, lagu musikalisasi Puisi Kwatrin Malam selesai mixing dan sudah bisa diperdengarkan.
Minggu. 27 Oktober, 2024. Seperti saat pertama merekam lagu Kwatrin Malam, tiba-tiba hari ini kami membuat video klip untuk lagu Kwatrin Malam yang selesai sehari sebelum ini. Dengan keadaan kami yang sekarang memang agak susah mendapati waktu yang sama-sama senggang. Selain itu tentang kekaryaan model begini kalau terlalu lama ‘ditangguhkan’ bisa kehilangan ‘rasanya’, jadi selagi masih ada, kami mengejarnya sampai selesai dulu. Imong, Neng Nida, Wawan dan Rijal bergumul di saung sampai Isya. Lalu aku dan Ijal mengedit dan menyelesaikannya sampai pukul setengah dua pagi.
Sedikit dari kami tentang Kwatrin Malam.
Nah, lagu kwatrin malam ini sudah bisa dinikmati pada link dibawah ini yaa.. :
https://www.youtube.com/watch?v=5VkQjIJW6zA
Senin. 28 Oktober, 2024. Dibawa Cep Thoriq, Fiona Calaghan yang akrab dipanggil Juag mengunjungi ruanganku setelah mengisi acara bersama Diwan di Universitas Islam KH. Ruhiat.