Senin, 23 September 2024. Aku kebagian perform di flashmob-nya Yuda Fauzan yang tidak ada nama grupnya. Dengan personil fussion, ini kali pertama aku bermain biola dengan teknis yang berbeda. Membawakan Pirates of The Caribbean theme song yang agak rujit secara komposisi, kami membawakan beberapa bagiannya saja dan membuatnya lebih sederhana untuk dimainkan. Karena sebenarnya komposisi ini dibuat untuk format orkestra atau mini orkestra.
Cuplikan perform kami, sayangnya tidak ada yang merekam sampai fullnya. Kami memang tidak begitu apik soal pendokumentasian, jadi yaa.. Sok sa-aya aya.
Setelah selesai kami dibawa pa Waidzin untuk istirahat di Desik Coffee.
Kamis, 24 September 2024. Minggu pagi dua hari sebelum ini aku dikirimi pesan oleh Pa Rais untuk melatih angklung di Kejaksaan Kab. Tasikmalaya. Awalnya aku tidak menyatakan sedia karena hari selasa aku kerja. Tapi dengan pertimbangan tiada lagi orang, cari-cari kesempatan ‘bolos’ dan aku punya kesempatan untuk ‘keluar lagi’ sama si teh Oci, guru musikku saat di aliyah. Akhirnya aku mengiyakan tawaran ini. Dengan surat izin dari Disdikbud, tempat kerjaku tidak punya alasan untuk mencegah ini haha.
Pagi-pagi selasa kami bertemu dan bersiap-siap di MAN 2 Tasikmalaya, keliaran lagi sama si Teh Oci di sini rasanya sudah lama sekali. Kami bertemu beberapa orang dan guru-guruku yang lain saat di Aliyah.
Kami berempat. Aku, Teh Oci, Bagja dan Zamzam. Membawa tiga set angklung dan keyboard.
Sampai di Kejaksaan Negeri Kab. Tasikmalaya.
Ternyata ini acara pertemuan rutin Ikatan Adhyaksa Dharmakarini. Ini kegiatan yang isinya ibu-ibu semuaaaaa. Jadi, sekali lagi aku datang ke kejaksaan bukan ngurusi perceraian ya, haha.
Wanita lebih mudah bersama wanita. Teh Oci menjadi core instructor untuk melatih angklung, karena diantara kami memang dia yang paling proper masalah per-angklungan. Aku ngapain ? Biasaaa penggembira saja. Aku mengiringi permainan angklung dengan chord-chord dasarnya.
Acara workshop kira-kira berjalan satu jam setengah. Melatih tipe orang-orang begini kukira agak kaku, karena ibu-ibu ini terbiasa dengan cara formal sekali. Tapi relatif berjalan lancar sih. Yah.. Pengalaman baru. Kukira sepertinya aku lebih fit ngajar begini sih daripada ngajar di sekolah misalnya, lebih bebas, ngada sulingjar, nga ngurusi anak bermasalah, dan pretelan-pretelan kerujitan lainnya.
Sepulang dari kejaksaan aku dan teh Oci berburu jajanan Seblak. Sudah lama sekali aku tidak makan makanan tidak sehat seperti ini. Dunia masakan ‘permicinan’ memang enak sih, selain itu aku tidak cukup dipanggil sebagai lelaki pemberani untuk bisa jajan seblak sendiri haha, malu soalnya. Jadi aku punya ‘tumbal’ nih untuk jajan makanan begini haha. Entah sejak kapan pula jajanan-makanan seperti ini punya gender. Sudah lama juga aku tidak ketemu teh Oci sejak dia resign dari MAN 2 Tasik dan pindah mengajar ke Universitas Galuh-Ciamis. Jadi seperti biasa, ketika berkesempatana bertemu kami punya waktu ghibah dan julid bersama, hahaa. Tapi sebenernya setiap kami begini, kami lebih ngobrol evaluasi sih, tapi dengan cara yang ‘terkutuk’ (dengan intonasi indosiar tentunya) mwehehe. Yah.. Selalu menyenangkan kalau bertemu dengannya.
Rabu, 25 September 2024. Aku datang ke wisudaan adikku di Universitas KH. Ruhiat – Cipasung. Bocah yang belikan dan ngariwehkeun saumur-umur ini sekarang sudah magister pendidikan (aku juga sok ngariwehkeun dia sih seperti nyuruh bawai makan siang dan minuman ke tempat kerja haha). Dulu waktu kecil dia setiap hari dibekali susu formula oleh mamahnya, tapi lebih milih asi ibuku. Jadi bekal susu formulanya aku yang habiskan haha, barter atuh, selain itu juga dia pertama menggeser posisiku sebagai anak bungsu di rumah hmehh. Tapi tidak selesai sampai sana setelah dia, terbitlah si Iyong dan si Dido. Selesai sudah masa bungsuku hueeee.
Lalu adik sepupu, incu Wa Odah, Kiki juga wisuda untuk jenjang S1 di tempat yang sama hari ini. Si Berry Good, karena dulu awal bisa maen gitar lagu yang pertama dia bisa bawakan adalah lagu iklan Berry Good imuet haha.
Sore menuju petang aku berangkat ke perpustakaan UNSIL bersama Diwan dan Lutfi untuk menjemput Mahfud Ikhwan dan istrinya Selvi Agnesia. Jadi mereka akan menginap di Cipasung untuk acara bedah buku. Sepanjang jalan hujan deras sampai malam hari.
Kamis, 26 September 2024. Komunitas Kuluwung yang di-lead oleh Diwan Masnawi menjadi salah satu mitra Safari Bedah Buku novel Mahfud Ikhwan yang berjudul “Bek”. Jadi Cak Mahfud ini sudah berkeliling banyak tempat sebelum ke Tasik, diantaranya Surabaya, Depok, Cirebon, Cilacap, dan hari ini ke Tasik. Ini mengingatkanku tentang hari-hariku dulu bersafari sastra bersama alm. Yudhistira.
Sepanjang pertemananku dengan Diwan, aku mengenalnya yang kadang tidak begitu ‘ngeuh’ soal ngurusi tamu, dan aku sok gegebegan kalau ada tamu yang datang ke sini (apalagi menginap) untuk setiap acara yang kami gagas. Aku ingin mereka dapat pengalaman penerimaan yang menyenangkan. Tapi rupanya Diwan sudah agak ‘dewasa’ sekarang, teu caliweura-caliweura teuing ayeuna mah haha. Kami sarapan Surabi legend Ma Cacah dan gorengan-gorengan lalu mengobrol pagi bersama kang Acep sebelum sesuai rencana kami memasakkan liwet untuk mereka.
Para bujang memasak. Teman-teman Kuluwung yang ada hari ini bagi-bagi tugas, Azmi Lagos Bonsai nyiksikan bahan-bahan.
Acep mengulek sambal, Diwan memasak tahu dan tempe.
Aku dan Lutfi memancing ikan-ikan.
Mu’adz Mubarok si santri salafi, tangan kanan Diwan untuk
urusan liwet-meliwet.
Tidak bisa masak seenaknya, kami langsung disupervisi yang mpunya resep liwet DS-Dengeun Santri hehe.
Mu’adz menggoreng ikan di saung di seberang kolam.
Nasi liwet hampir matang langsung dites kang Acep sebelum disuguhkan.
Energi sebelum memulai acara bedah buku, kami sudah siap untuk makan !
Setelah makan dan Bersiap-siap kami berangkat ke STTC (Sekolah Tinggi Teknologi Cipasung) yang menjadi venue acara bedah buku. Kami dibawa dulu ke ruangan perpustakaan KH. Ilyas Ruhiat Corner sebelum acara dimulai.
Diterima langsung oleh Ade Zamachsyari, MT sebagai ketua STTC, mengobrol ringan seputar kedatangan dan tempat acara. Beberapa perwakilan audiens juga berkumpul di sini.
Acara dimulai dengan beberapa sambutan, Ananta sebagai BEM STTC, Diwan Masnawi dari Kuluwung, Ade Zamachsyari perwakilan STTC dan Acep Zamzam Noor.
Bedah buku (lebih ke bincang buku sih) dimoderatori oleh Diwan Masnawi sendiri berlangsung relatif lancar dan menyenangkan. Novel setebal 362 halaman Ikhwan Mahfud ini mengisahkan seorang anak bernama Isnan (tokoh utama) yang bapaknya suka sepak bola. Itulah mengapa Isnan juga gila bola sejak dini. Lewat bagian kisah itu, Mahfud Ikhwan mencoba menawarkan secara utuh sudut pandangnya soal identitas bek. Bagi Isnan, bek bukan sebatas identitas pemain bola, melainkan perspektif hidup. Kehadirannya sama penting dan fundamental dengan posisi atau identitas lainnya.
Metafora bek mengajak kita untuk memikirkan ulang peran dan kehadiran sebuah identitas. Posisi bek yang selama ini terdominasi, terdiskriminasi, dan terasing seperti sedang memanggil untuk dibaca ulang dengan setara dan penuh pertimbangan. Bahwa bek tidak kalah penting dari striker atau playmaker. Lewat penokohan dan karakter Isnan, Mahfud Ikhwan setidaknya ingin mengatakan bahwa identitas dan peran individu satu sama lain pada dasarnya tidak lebih baik di salah satunya. Mereka melebur, saling memengaruhi, dan menguatkan. Dalam pengertian hibriditas (poskolonial), upaya metafora itu menemukan pijakan kuatnya. Tidak ada nilai yang lebih dominan dari lainnya, kita harus percaya diri atas identitas keadaan kita.
Acara sastra di kampus Teknik. Aku sempat khawatir tentang atensi audiens, tapi ternyata audiens sangat antusias sampai sesi tanya jawab harus ‘dipotong’ Diwan karena jumlah pertanyaan banyak tapi waktu yang terbatas.
Jajang Indra membawakan lagu-lagunya disela-sela sesi tanya jawab sebagai penyegar suasana.
Eki Jasiin yang datang jauh-jauh untuk hadir di acara ini, tapi kaanggurkeun karena aku kesana-sini, maaf yaak.
Acara bedah buku selesai, kami berfoto bersama.
Dikerubuni bocah-bocah SMA yang pernah ketemu di kelas seni rupa. Ternyata mereka juga menyenangi kegiatan literasi (atau kegiatan apapun yang penting bisa bolos ngaji haha)
Teh Selvi. Dengan tampilan berbeda sejak terakhir ketemu di studiohanafi, tapi tetap menyenangkan ! Pasangan Teh Selvi-Cak Mahfud, aku selalu senang melihat hal seperti ini. Bahwa cinta memang selalu tepat waktu. Jadi tak perlu risau tentang hal-hal yang kita tidak tahu.
Setelah acara selesai, Cak Mahfud dan teh Selvi dibawa dulu ke rumah untuk beres-beres sebelum diantar untuk melanjutkan perjalanan safarinya ke Bandung. Dari rautnya sih kukira mereka terlihat senang kunjung ke sini hehe, buatku segitu udah cukup. Menyenangkan orang-orang dengan silaturahmi dan apalagi mereka berbagi manfaat ilmu. Karena purpose hidup salah satunya adalah berbagi, berbagi apapun (sebisa-bisa yang baik ya !), enrichment ditengah kejenuhan aktivitas rutin, terimakasih Diwan sudah membawa mereka ke sini, terimakasih Cak Mahfud dan teh Selvi !
Masih di hari yang sama, ba’da Isya aku mesti ke Pesantren Cipasung. Diamanahi untuk menjuri Ponpes Cipasung Got Talent pada rangkaian pekan Maulid Nabi. Sebenarnya aku malu kalau datang ke tempat seperti ini, kurang 'fit' buatku yang berandal begini hehe, selain itu kompetensiku pada bidang ini juga tidak seberapa, masih banyak yang lebih proper dariku. Di sisi lain aku merasa senang juga mengetahui bahwa kepadaku masih ada 'rasa percaya'.
Kami disuguhi penampilan shalawat medley dengan music kolaborasi sebagai pembuka, ini seperti grup gamelan Kyai Kanjeng-nya Cak Nun. Aku berandai membuat hal seperti ini-di tempat ini sejak aku SMA, tapi ternyata mereka yang melakukannya. Ada juga keinginan kita yang tercapai oleh yang 'lain' dan itu sangatlah tidak apa-apa. Kita hanya perlu turut berbahagia.
Diluar dugaan, banyak sekali talenta-talenta dari banyak santri ini. Pembacaan puisi, monolog, ceramah, solo, pencak silat, penyanyi solo, musisi, sampai pemain sulap. Menyenangkan melihat kegiatan ini sebagai media ekspresi para santri.
Agak muluk, tapi harus kukatakan, selain ruangan yang sering kutempati untuk berkegiatan saat ini, warisan dari alm. Kyai Abun buatku adalah hal seperti ini. Ini entah ke berapa kali sejak bertahun dulu pertama aku diamanahi terlibat seperti ini pada masa kepemimpinan almarhum Bapa (begitulah kami menyebutnya). Aku yang bukan santri dan sama sekali tidak piawai mengaji, Bapa mendekatkan pesantren padaku dengan cara begini.. Selalu terngiang, “Lakukan sesuai yang kita bisa, setiap orang punya masing-masing bagiannya”. Begitu barangkali diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Di tempatnya-di rumahnya ini barangkali aku tidak banyak membantu dan bermanfaat, yang bisa kulakukan sementara ini hanya dengan bersedia tentang hal-hal begini saja.. Maaf ya, Pa.
Bertiga dengan Pa Asep dan Diwan. Pa Asep ini adalah kesenianku saat SMA, kiranya influens tentang music tradisi yang masuk ke Pesantren Cipasung beberapa tahun belakangan ini adalah 'ulahnya'. Lalu ditindak lanjut, dikordinir dan dikemas dengan baik oleh Diwan Masnawi bersama teman-temannya, pada acara-acara besar tampilan-tampilan imtihanan di Pesantren Cipasung menjadi lebih menarik di setiap tahunnya.
Jum’at, 27 September 2024. Kembali ke hari-hari biasa. Ada banyak bunga-bunga punya Adam yang didapatkan fans-fans-nya saat dia wisuda. Adam tahu aku senang dengan bunga-bunga. Dia menyimpan pemberian-pemberiannya ini di ruanganku.
Percobaan pertama melukis abstrak. Sejak awal aku menyarankan anak-anak ini untuk melepaskan kesempurnaan bentuk dan kesesuaian warna, selama esensi yang ‘dimaksudkan’ tumpah, tiada yang salah. Tapi rupanya beberapa masih terikat bahwa gambar atau lukisan yang bagus adalah yang mirip secara bentuk (atau gaya penyampaianku yang jelek dan tidak mereka mengerti) Yah.. Ini pertama kali, lalu mereka masih muda juga. Overall, mereka terlihat menikmatinya.
Daaaan aku tetap mesti beres-beres kebalatakan ruanganku setelahnya hueee. Jatuhan
cat, palet-palet warna yang kotor dan kuas sisa-sisa praktek mereka. Ini masih hal yang
kusenangi, kelelahan yang tidak apa-apa haha. Jadi aku beres-beres sampai jam sembilan
malam.
-
Cara 'pemberian' hari-hari berkerja selalu tidak bisa disangka. Tapi disadari atau tidak, kita selalu mendapatkan cara untuk bertemu-dipertemukan dengan yang kita inginkan dan hal yang menginginkan kita. Yang tidak 'menginginkan kita' akan selalu pergi, dengan berbagai cara meski kita sempat atau berusaha 'memilikinya'. Ini mungkin ada juga keterpengaruhan ikhtiar, juga dengan membiarkan yang tidak perlu kembali liar.
Dari itu, jalur-jalur lambat laun terhubung. Tanpa kungkung
Ambil apapun secukupnya meskipun selalu akan ada setelah.
-
لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ
حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍۢ فَإِنَّ ٱللَّهَ
بِهِۦ عَلِيمٌۭ
“Never will you attain the good [reward] until you spend
[in the way of Allah ] from that which you love. And whatever you spend –
indeed, Allah is Knowing of it”
-Ali-Imran : 92
"Speak the truth in love"
-Ephesians 4:15