Excerpt from the other sight Time has wonderful way of showing us what really matters

Sabtu, 28 September 2024

Quelli che vogliamo e quelli che ci vogliono


Terdapat sudut yang luput
Dari banyak kesadaran
Yang seringkali dituntut
Sama. Karena perbedaan

2024

-

Minggu terakhir September tahun ini, kapok mengingat banyak hal seperti tulisan hari sebelumnya dari itu aku berupaya melakukannya dipenghujung pekan ini. Karena bulan depan aku akan punya aktivitas rutin yang baru, dan itu berarti akumulasi kelelahan akan bertambah dan penggunaan waktu pribadi harus lebih baik. Minggu terakhir ini sesuai dengan yang kuharapkan, mendapatkan kegiatan-kegiatan menyenangkan, kelelahan yang kudapatkan juga tidak kukeluhkan. Sangat berbeda sekali dengan kelelahan dari hasil tuntutan kewajiban (yang dikerjakan dengan tidak diikuti keikhlasan).

Hal-hal yang bisa diambil dari kejadian-kegiatan apapun kadang tidak disadari oleh kebanyakan orang. Padahal kekayaan-pengkayaan diri tidak melulu hanya berbentuk sebatas materi. Pengalaman-pengalaman ekstensial yang punya arti secara personal juga dapat menambah nilai-nilai itu, apalagi jika dimaknai secara spiritual, tentu hari-hari tidak pernah sesederhana kelihatannya, bahkan hal-hal kecil seperti guguran daun atau mungkin hembusan angin yang anggun, hal yang tidak penting untuk orang-orang realis-materialistis.

Apakah hal-hal negatif juga termasuk di dalamnya ? Tentu saja. Self enrichment tidak hanya berasal dari hal baik. Dari yang didapatkan hendaknya selalu dicatat-diingat. Fungsinya penjagaan-persiapan untuk berhadapan kasus serupa, pencarian alternatif untuk tindakan-tindakan, dan banyak lainnya.

Pun tentang rasa sakit-pesakitan, meski untuk hal ini tak selalu manjur. Karena sesering apapun kita berpengalaman sakit-tersakiti, kita tidak akan pernah terbiasa tentang itu. Tapi paling tidak kita dapat menyempatkan berpikir tentang kebijakan pengambilan sikap ketika mendapati hal-hal seperti itu.

Apakah aku tidak realis-materialistis ? Tentu saja aku termasuk di dalamnya. Karena aku realis, jadi aku tidak perlu mengawang apapun secara hiperbola tentang hal-hal yang hampir tidak mungkin ketercapaiannya. Solusinya ? Aku harus bisa atau berusaha menciptakan 'ketidak-mungkinan' itu dengan tanganku sendiri, meski dalam sekala terkecilnya. Dengan waktu sekejap bahkan bertahun lamanya. Dan itu mesti disyukuri juga sangat patut diterima.

Kukira setiap 'pemberian', apapun itu barangkali sudah 'disesuaikan' dengan kualitas tanggung jawab kita miliki sebagai 'penerima.

-

Nah, baiklah melewati September terakhir ini..

Senin, 23 September 2024. Aku kebagian perform di flashmob-nya Yuda Fauzan yang tidak ada nama grupnya. Dengan personil fussion, ini kali pertama aku bermain biola dengan teknis yang berbeda. Membawakan Pirates of The Caribbean theme song yang agak rujit secara komposisi, kami membawakan beberapa bagiannya saja dan membuatnya lebih sederhana untuk dimainkan. Karena sebenarnya komposisi ini dibuat untuk format orkestra atau mini orkestra.

Cuplikan perform kami, sayangnya tidak ada yang merekam sampai fullnya. Kami memang tidak begitu apik soal pendokumentasian, jadi yaa.. Sok sa-aya aya.

Setelah selesai kami dibawa pa Waidzin untuk istirahat di Desik Coffee.


Kamis, 24 September 2024. Minggu pagi dua hari sebelum ini aku dikirimi pesan oleh Pa Rais untuk melatih angklung di Kejaksaan Kab. Tasikmalaya. Awalnya aku tidak menyatakan sedia karena hari selasa aku kerja. Tapi dengan pertimbangan tiada lagi orang, cari-cari kesempatan ‘bolos’ dan aku punya kesempatan untuk ‘keluar lagi’ sama si teh Oci, guru musikku saat di aliyah. Akhirnya aku mengiyakan tawaran ini. Dengan surat izin dari Disdikbud, tempat kerjaku tidak punya alasan untuk mencegah ini haha.

Pagi-pagi selasa kami bertemu dan bersiap-siap di MAN 2 Tasikmalaya, keliaran lagi sama si Teh Oci di sini rasanya sudah lama sekali. Kami bertemu beberapa orang dan guru-guruku yang lain saat di Aliyah.

Kami berempat. Aku, Teh Oci, Bagja dan Zamzam. Membawa tiga set angklung dan keyboard.

Sampai di Kejaksaan Negeri Kab. Tasikmalaya.

Ternyata ini acara pertemuan rutin Ikatan Adhyaksa Dharmakarini. Ini kegiatan yang isinya ibu-ibu semuaaaaa. Jadi, sekali lagi aku datang ke kejaksaan bukan ngurusi perceraian ya, haha.

Wanita lebih mudah bersama wanita. Teh Oci menjadi core instructor untuk melatih angklung, karena diantara kami memang dia yang paling proper masalah per-angklungan. Aku ngapain ? Biasaaa penggembira saja. Aku mengiringi permainan angklung dengan chord-chord dasarnya.

Acara workshop kira-kira berjalan satu jam setengah. Melatih tipe orang-orang begini kukira agak kaku, karena ibu-ibu ini terbiasa dengan cara formal sekali. Tapi relatif berjalan lancar sih. Yah.. Pengalaman baru. Kukira sepertinya aku lebih fit ngajar begini sih daripada ngajar di sekolah misalnya, lebih bebas, ngada sulingjar, nga ngurusi anak bermasalah, dan pretelan-pretelan kerujitan lainnya.

Sepulang dari kejaksaan aku dan teh Oci berburu jajanan Seblak. Sudah lama sekali aku tidak makan makanan tidak sehat seperti ini. Dunia masakan ‘permicinan’ memang enak sih, selain itu aku tidak cukup dipanggil sebagai lelaki pemberani untuk bisa jajan seblak sendiri haha, malu soalnya. Jadi aku punya ‘tumbal’ nih untuk jajan makanan begini haha. Entah sejak kapan pula jajanan-makanan seperti ini punya gender. Sudah lama juga aku tidak ketemu teh Oci sejak dia resign dari MAN 2 Tasik dan pindah mengajar ke Universitas Galuh-Ciamis. Jadi seperti biasa, ketika berkesempatana bertemu kami punya waktu ghibah dan julid bersama, hahaa. Tapi sebenernya setiap kami begini, kami lebih ngobrol evaluasi sih, tapi dengan cara yang ‘terkutuk’ (dengan intonasi indosiar tentunya) mwehehe. Yah.. Selalu menyenangkan kalau bertemu dengannya.

Rabu, 25 September 2024. Aku datang ke wisudaan adikku di Universitas KH. Ruhiat – Cipasung. Bocah yang belikan dan ngariwehkeun saumur-umur ini sekarang sudah magister pendidikan (aku juga sok ngariwehkeun dia sih seperti nyuruh bawai makan siang dan minuman ke tempat kerja haha). Dulu waktu kecil dia setiap hari dibekali susu formula oleh mamahnya, tapi lebih milih asi ibuku. Jadi bekal susu formulanya aku yang habiskan haha, barter atuh, selain itu juga dia pertama menggeser posisiku sebagai anak bungsu di rumah hmehh. Tapi tidak selesai sampai sana setelah dia, terbitlah si Iyong dan si Dido. Selesai sudah masa bungsuku hueeee.

Lalu adik sepupu, incu Wa Odah, Kiki juga wisuda untuk jenjang S1 di tempat yang sama hari ini. Si Berry Good, karena dulu awal bisa maen gitar lagu yang pertama dia bisa bawakan adalah lagu iklan Berry Good imuet haha.

Sore menuju petang aku berangkat ke perpustakaan UNSIL bersama Diwan dan Lutfi untuk menjemput Mahfud Ikhwan dan istrinya Selvi Agnesia. Jadi mereka akan menginap di Cipasung untuk acara bedah buku. Sepanjang jalan hujan deras sampai malam hari.


Kamis, 26 September 2024. Komunitas Kuluwung yang di-lead oleh Diwan Masnawi menjadi salah satu mitra Safari Bedah Buku novel Mahfud Ikhwan yang berjudul “Bek”. Jadi Cak Mahfud ini sudah berkeliling banyak tempat sebelum ke Tasik, diantaranya Surabaya, Depok, Cirebon, Cilacap, dan hari ini ke Tasik. Ini mengingatkanku tentang hari-hariku dulu bersafari sastra bersama alm. Yudhistira.


Sepanjang pertemananku dengan Diwan, aku mengenalnya yang kadang tidak begitu ‘ngeuh’ soal ngurusi tamu, dan aku sok gegebegan kalau ada tamu yang datang ke sini (apalagi menginap) untuk setiap acara yang kami gagas. Aku ingin mereka dapat pengalaman penerimaan yang menyenangkan. Tapi rupanya Diwan sudah agak ‘dewasa’ sekarang, teu caliweura-caliweura teuing ayeuna mah haha. Kami sarapan Surabi legend Ma Cacah dan gorengan-gorengan lalu mengobrol pagi bersama kang Acep sebelum sesuai rencana kami memasakkan liwet untuk mereka.

Para bujang memasak. Teman-teman Kuluwung yang ada hari ini bagi-bagi tugas, Azmi Lagos Bonsai nyiksikan bahan-bahan.

Acep mengulek sambal, Diwan memasak tahu dan tempe.

Aku dan Lutfi memancing ikan-ikan.

Mu’adz Mubarok si santri salafi, tangan kanan Diwan untuk urusan liwet-meliwet.


Tidak bisa masak seenaknya, kami langsung disupervisi yang mpunya resep liwet DS-Dengeun Santri hehe.

Mu’adz menggoreng ikan di saung di seberang kolam.

Nasi liwet hampir matang langsung dites kang Acep sebelum disuguhkan.

Energi sebelum memulai acara bedah buku, kami sudah siap untuk makan !

Setelah makan dan Bersiap-siap kami berangkat ke STTC (Sekolah Tinggi Teknologi Cipasung) yang menjadi venue acara bedah buku. Kami dibawa dulu ke ruangan perpustakaan KH. Ilyas Ruhiat Corner sebelum acara dimulai.

Diterima langsung oleh Ade Zamachsyari, MT sebagai ketua STTC, mengobrol ringan seputar kedatangan dan tempat acara. Beberapa perwakilan audiens juga berkumpul di sini.

Acara dimulai dengan beberapa sambutan, Ananta sebagai BEM STTC, Diwan Masnawi dari Kuluwung, Ade Zamachsyari perwakilan STTC dan Acep Zamzam Noor.

Bedah buku (lebih ke bincang buku sih) dimoderatori oleh Diwan Masnawi sendiri berlangsung relatif lancar dan menyenangkan. Novel setebal 362 halaman Ikhwan Mahfud ini mengisahkan seorang anak bernama Isnan (tokoh utama) yang bapaknya suka sepak bola. Itulah mengapa Isnan juga gila bola sejak dini. Lewat bagian kisah itu, Mahfud Ikhwan mencoba menawarkan secara utuh sudut pandangnya soal identitas bek. Bagi Isnan, bek bukan sebatas identitas pemain bola, melainkan perspektif hidup. Kehadirannya sama penting dan fundamental dengan posisi atau identitas lainnya.

Metafora bek mengajak kita untuk memikirkan ulang peran dan kehadiran sebuah identitas. Posisi bek yang selama ini terdominasi, terdiskriminasi, dan terasing seperti sedang memanggil untuk dibaca ulang dengan setara dan penuh pertimbangan. Bahwa bek tidak kalah penting dari striker atau playmaker. Lewat penokohan dan karakter Isnan, Mahfud Ikhwan setidaknya ingin mengatakan bahwa identitas dan peran individu satu sama lain pada dasarnya tidak lebih baik di salah satunya. Mereka melebur, saling memengaruhi, dan menguatkan. Dalam pengertian hibriditas (poskolonial), upaya metafora itu menemukan pijakan kuatnya. Tidak ada nilai yang lebih dominan dari lainnya, kita harus percaya diri atas identitas keadaan kita.

Acara sastra di kampus Teknik. Aku sempat khawatir tentang atensi audiens, tapi ternyata audiens sangat antusias sampai sesi tanya jawab harus ‘dipotong’ Diwan karena jumlah pertanyaan banyak tapi waktu yang terbatas.

Jajang Indra membawakan lagu-lagunya disela-sela sesi tanya jawab sebagai penyegar suasana.

Eki Jasiin yang datang jauh-jauh untuk hadir di acara ini, tapi kaanggurkeun karena aku kesana-sini, maaf yaak.

Acara bedah buku selesai, kami berfoto bersama.


Dikerubuni bocah-bocah SMA yang pernah ketemu di kelas seni rupa. Ternyata mereka juga menyenangi kegiatan literasi (atau kegiatan apapun yang penting bisa bolos ngaji haha)

Teh Selvi. Dengan tampilan berbeda sejak terakhir ketemu di studiohanafi, tapi tetap menyenangkan ! Pasangan Teh Selvi-Cak Mahfud, aku selalu senang melihat hal seperti ini. Bahwa cinta memang selalu tepat waktu. Jadi tak perlu risau tentang hal-hal yang kita tidak tahu.

Setelah acara selesai, Cak Mahfud dan teh Selvi dibawa dulu ke rumah untuk beres-beres sebelum diantar untuk melanjutkan perjalanan safarinya ke Bandung. Dari rautnya sih kukira mereka terlihat senang kunjung ke sini hehe, buatku segitu udah cukup. Menyenangkan orang-orang dengan silaturahmi dan apalagi mereka berbagi manfaat ilmu. Karena purpose hidup salah satunya adalah berbagi, berbagi apapun (sebisa-bisa yang baik ya !), enrichment ditengah kejenuhan aktivitas rutin, terimakasih Diwan sudah membawa mereka ke sini, terimakasih Cak Mahfud dan teh Selvi !

Masih di hari yang sama, ba’da Isya aku mesti ke Pesantren Cipasung. Diamanahi untuk menjuri Ponpes Cipasung Got Talent pada rangkaian pekan Maulid Nabi. Sebenarnya aku malu kalau datang ke tempat seperti ini, kurang 'fit' buatku yang berandal begini hehe, selain itu kompetensiku pada bidang ini juga tidak seberapa, masih banyak yang lebih proper dariku. Di sisi lain aku merasa senang juga mengetahui bahwa kepadaku masih ada 'rasa percaya'.

Kami disuguhi penampilan shalawat medley dengan music kolaborasi sebagai pembuka, ini seperti grup gamelan Kyai Kanjeng-nya Cak Nun. Aku berandai membuat hal seperti ini-di tempat ini sejak aku SMA, tapi ternyata mereka yang melakukannya. Ada juga keinginan kita yang tercapai oleh yang 'lain' dan itu sangatlah tidak apa-apa. Kita hanya perlu turut berbahagia.

Diluar dugaan, banyak sekali talenta-talenta dari banyak santri ini. Pembacaan puisi, monolog, ceramah, solo, pencak silat, penyanyi solo, musisi, sampai pemain sulap. Menyenangkan melihat kegiatan ini sebagai media ekspresi para santri.

Agak muluk, tapi harus kukatakan, selain ruangan yang sering kutempati untuk berkegiatan saat ini, warisan dari alm. Kyai Abun buatku adalah hal seperti ini. Ini entah ke berapa kali sejak bertahun dulu pertama aku diamanahi terlibat seperti ini pada masa kepemimpinan almarhum Bapa (begitulah kami menyebutnya). Aku yang bukan santri dan sama sekali tidak piawai mengaji, Bapa mendekatkan pesantren padaku dengan cara begini.. Selalu terngiang, “Lakukan sesuai yang kita bisa, setiap orang punya masing-masing bagiannya”. Begitu barangkali diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Di tempatnya-di rumahnya ini barangkali aku tidak banyak membantu dan bermanfaat, yang bisa kulakukan sementara ini hanya dengan bersedia tentang hal-hal begini saja.. Maaf ya, Pa.

Bertiga dengan Pa Asep dan Diwan. Pa Asep ini adalah kesenianku saat SMA, kiranya influens tentang music tradisi yang masuk ke Pesantren Cipasung beberapa tahun belakangan ini adalah 'ulahnya'. Lalu ditindak lanjut, dikordinir dan dikemas dengan baik oleh Diwan Masnawi bersama teman-temannya, pada acara-acara besar tampilan-tampilan imtihanan di Pesantren Cipasung menjadi lebih menarik di setiap tahunnya.

Jum’at, 27 September 2024. Kembali ke hari-hari biasa. Ada banyak bunga-bunga punya Adam yang didapatkan fans-fans-nya saat dia wisuda. Adam tahu aku senang dengan bunga-bunga. Dia menyimpan pemberian-pemberiannya ini di ruanganku.

Percobaan pertama melukis abstrak. Sejak awal aku menyarankan anak-anak ini untuk melepaskan kesempurnaan bentuk dan kesesuaian warna, selama esensi yang ‘dimaksudkan’ tumpah, tiada yang salah. Tapi rupanya beberapa masih terikat bahwa gambar atau lukisan yang bagus adalah yang mirip secara bentuk (atau gaya penyampaianku yang jelek dan tidak mereka mengerti) Yah.. Ini pertama kali, lalu mereka masih muda juga. Overall, mereka terlihat menikmatinya.

Daaaan aku tetap mesti beres-beres kebalatakan ruanganku setelahnya hueee. Jatuhan cat, palet-palet warna yang kotor dan kuas sisa-sisa praktek mereka. Ini masih hal yang kusenangi, kelelahan yang tidak apa-apa haha. Jadi aku beres-beres sampai jam sembilan malam.

-

Cara 'pemberian' hari-hari berkerja selalu tidak bisa disangka. Tapi disadari atau tidak, kita selalu mendapatkan cara untuk bertemu-dipertemukan dengan yang kita inginkan dan hal yang menginginkan kita. Yang tidak 'menginginkan kita' akan selalu pergi, dengan berbagai cara meski kita sempat atau berusaha 'memilikinya'. Ini mungkin ada juga keterpengaruhan ikhtiar, juga dengan membiarkan yang tidak perlu kembali liar.

Kearifan temu. Buntu, mencari, menyambung lagi.
Dari itu, jalur-jalur lambat laun terhubung. Tanpa kungkung
Menapaki langkah yang kita susun, memaknai yang hanya akan jadi sebatas tegun.

Pada kita,

Ada juga hal yang tidak selesai dengan hanya 'sudah'.
Ambil apapun secukupnya meskipun selalu akan ada setelah.

-

لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍۢ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌۭ

“Never will you attain the good [reward] until you spend [in the way of Allah ] from that which you love. And whatever you spend – indeed, Allah is Knowing of it”

-Ali-Imran : 92


"Speak the truth in love"

-Ephesians 4:15

 

 

 

 

 


Sabtu, 21 September 2024

Spread The Tongue of The Glorious

Tebarlah kebaikan di manapun. Aku sebenarnya mencoba untuk menulis kegiatan harian setidakya per-satu minggu atau maksimal dua minggu lah paling lama. Tapi ternyata dengan segala kegiatan ini-itu atau tiba-tiba ada yang harus dilakukan di luar jadwal seringkali mengganggu konsistensi. Dan lalu dengan pertimbangan kekuatan mengingat, karena lumayan melelahkan juga mengingat banyak hal ke belakang, apalagi yang sama sekali yang tanpa jejak. Tapi untungnya sih aku selalu mengambil foto sebagai media ‘pembantu mengingat’ supaya bisa memudahkanku untuk kembali pada waktu itu.

Melakukan hal begini terkadang sampai menghabiskan setengah hari untuk menulis ringkasan dan terkesan tergesa-gesa. Dan itu mempengaruhi kualitas latihan redaksi penulisan yang kubuat. Sepele sih, bahkan ada juga yang menyebut hal yang dilakukan seperti ini tidak penting sama sekali. Tapi aku yang tidak punya apapun dan tidak mau kehilangan apapun, jadi ini harga yang harus kubayar. Karena ingatan untukku sangat berharga.

Hari yang turun naik, aku selalu mencoba mengolah emosi untuk setidaknya netral pada keadaan apapun, terlebih yang tidak baik. Tapi ternyata kadang tetap kelihatan. Masih ada orang yang bertanya “Kunaon ?”. Yah.. Ada yang baik untuk dibuat lebih baik dan tidak baik untuk diperbaiki. Barangkali, hidup memang harus seperti itu dan akan terus seperti itu.

Aku punya hari senggang hari ini, karena perkuliahan belum mulai. Akan jadi tulisan panjang, jadi aku akan bercerita tentang ringkasan yang terlewat pada Juli-September ini !

Juli 17, 2024. Bukan gingsul, jadi aku kehilangan lagi gigiku karena keropos. Sudah banyak kehilangan gigi di usia ini, aku tidak tahu nanti bentuk senyumku setelah tua. Dengan begini aku sudah tidak bisa memakai angle kiri untuk berfoto menyeringai haha. Aku sebenarnya bukan tipikal pengopi yang baik, aku lebih banyak minum minuman bersoda dengan pemanis buatan. Natrium benar-benar merusak. Akhirnya aku berhenti meminum hal-hal begitu sejak ini.


Juli 22, 2024. Nadia Tagony Nurazizah menikah dengan Muhammad ‘Ambon’ Ramadan. Mereka bertemu di patabeuhan. Secara kepribadian mereka begitu cocok karena sama-sama caliweura. Ambon yang selalu ceria dan  mengundang tawa dan Nadia yang teu daek cicing karena seorang penari.

Kami teman-teman Naratas bermain di pernikahannya dengan istilah Kaul. Memberikan kebahagiaan dengan cara begini menyenangkan juga. Satu persatu dari kami melangkah ke tahap hidup yang selanjutnya.

Nadia & Ambon diantara teman-teman sanggar.

Aku juga ketemu Alfi, salah satu teman yang sering direpotkan anak-anak saung hehe. Dulu kami pernah ada dan sama-sama belajar di satu tim tari yang malas kusebutkan namanya. Alfi ini yang paling sering pasang badan ketika aku diserang pertanyaan “Ayeuna nuju sareng saha ?”, ahaha. Beberapa orang menganggap serius bahwa kami memang bersama. Tapi yang memang kami bersama kan’ ?, iya, sebagai teman. Hehe

Agustus 1 2024. Pohon Kamboja yang kutanam di tempat kerja sudah mulai tumbuh daun dan tunas-tunas kecil.


Agustus 7 2024. Aku menyimpan Sirih Gading dengan ukuran besar di pintu kosan supaya terlihat lebih berwarna dan terasa ‘hutan’. Aku mendapatkannya dari taman belakang di pinggir saung punya Wa Ubed.

Tiba-tiba kamar kosanku penuh asap. Ternyata ada yang membereskan lahan kosong di pinggir saung. Katanya lahan ini sudah dibeli, nanti akan dibangun dan digunakan untuk gudang toko besi. Jadi suatu saat nanti di saung tidak akan ada pemandangan luas lagi kalau gudang itu sudah berdiri.

Diperjalanan pulang aku membeli Bandros. Tidak ada niat untuk jajan sama sekali. Aku membeli ini hanya karena di kejauhan malihat tatapan penjualnya sangat kosong. Begitu aku membelinya mata penjualnya langsung bergerak lagi, bibirnya tersenyum lagi. Lagipula ini tidak mahal, ketika di kafe-kafe harga kentang goreng bisa sekitar Rp. 20.000,-, Bandros ini hanya Rp. 500/ buah, di zaman ini, sudah jarang kutemui jajanan dengan harga segini, dan enak ! Kadang kalau sedang punya uang aku suka melakukan ini. Dan kuharap ini memberi sedikit kesenangan buatnya.

Templo del Corazon. Memainkan dan merekam potongan lagunya Mirabai Ceiba sebelum tidur.

Agustus 8 2024. Pohon murbei Wa Ubed berbuah banyak, Wa Ubed menawarkannya beberapa padaku.

Kakakku pulang pelatihan dari Bandung-Jakarta. Jadi dia masih punya banyak uang untuk jajanin orang-orang rumah. Aku memilihkan tempat ini karena pernah dibawa ke sini sama si Wildan. Aku nga penting makanannya sih, yang penting ngumpulnya aja. Si Bapa Ibu senang, udah cukup buatku.

Leo. Ini barangkali seperti adik bungsuku sekarang setelah Si Eneng, Lyong dan si Dido. Leo ini anaknya Pa Josh dan Mah Clau, keluarga yang baik yang pernah (dan masih) mengurusku sampai sekarang. Leo dulu menyenangi olahraga, kesukaannya bermain bola. Tapi akhir-akhir ini sedang senang belajar gitar, entah kenapa. Dia jadi sering ngarewong hampir tiap malam untuk video call saat dia Latihan atau nembongkeun apa yang sudah bisa dia mainkan. Aku sih senang-senang aja yang penting kegiatan positif buat dia.

Leo sampai punya band dengan teman-temannya di sekolah.


Agustus 9 2024. Aku senang me-reuse baju-baju kaos lamaku atau kaos-kaos yang ‘gambarnya’ kurang sreg dengan ‘gayaku’.


Menggunakan cat acrylic dan gaya abstrak, cukup merepresentasikan apa yang kuinginkan. Dan yang penting aku tidak perlu beli dan bisa kupakai lagi.

Agustus 10, 2024. Cep Thoriq dan Hagie berkunjung ke saung. Membicarakan tentang Epiphany dan Cahaya. Manusia-manusia langka yang membicarakan hal seperti ketika hidup sudah banyak terhimpit banyak realita. Tapi minimal, mereka masih punya waktu untuk berefleksi. Hal yang jarang disadari dan sering disapirakeun betapa pentingnya kembali melihat ke dalam diri.

Memasuki Agustus, di jalan-jalan, tetangga-tetangga sudah mulai memasang bendera. Mereka masih bersedia dan tersenyum melakukan ini meskipun negara tidak memberikan apa-apa.

Agustus 11, 2024. Perjalanan tiba-tiba, pukul 9 malam, aku di bawa agrowisata Tepas Papandayan oleh Yuda. Ini temanku saat SMA.


Tapi jikapun ngecamp, sebenarnya aku tidak cocok dengan jenis camp yang ramai seperti ini. Yah.. Ini akhir pekan sih.

Core agrowisata Tepas Papandayan ini sebenarnya adalah pemandian air panasnya. Lagi, aku tidak begitu suka dengan hal begini haha.


Sarapan jagung di perjalanan menuju Gunung Papandayan.


Tapi yah.. Membantu dengan memberikan waktu yang menyenangkan untuk Yuda yang ‘hidupnya banyak direnggut’ tanggung jawab yang bukan miliknya (dan aku juga merasakannya), aku tidak punya banyak hal untuk membantunya selain dengan begini, saat ini. Karena aku tahu menyenangkan punya seorang, bukan buat apa-apa, buat mengeluh saja ahaha.

Dua sisi di jalan menuju Gunung Papandayan yang sangat berbeda. Sisi kanan yang rimbun pepohonan dan sisi kiri dengan bebatuan cadas gersang.

Melewati Garut, aku jadi punya kesempatan kunjung ke teman-teman Wanakumbara, orang-orang yang pertama membawaku ke Gunung Papandayan, orang-orang yang membuatku senang mendaki. Tapi keadaan mereka sekarang sudah tidak sama. Semua sudah beranjak melewati masa dewasa. Hamdallah semua sudah bekerja-bermanfaat. Aku ketemu Frendy, Rian dan Jimmy di studio mereka.

Malam hari kepulanganku. Musim panas panjang, orang-orang duduk di halaman yang tidak seberapa untuk sekedar mencari angin. Menikmati singkong rebus dan obrolan ringan. Meski kami orang-orang biasa, kami senang sekali merayakan apapun di tempat sekecil ini..

Agustus 13, 2024. Imong berkunjung ke saung setelah dari Padakembang. Tapi tiba-tiba kami ‘riya’ sedikit memainkan potongan lagu Oysa benim sana – He can give others than my dream.


Agustus 16, 2024. Adikku selesai sidang untuk penelitian skripsinya. Berarti kami di rumah sudah selesai S-1 semua. Hal begini adalah hal yang tidak mudah buat kami. Karena selain harus stress belajar kami juga mesti bertarung dengan banyak hal di sisi lainnya. Matak sok geregeteun lamun ningali batur nu kuduna bisa lancar tapi tidak menggunakan ‘keleluasaan’ mereka itu dengan bijaksana.

Aku memotong bagian depan rambutku. Tapi malah gagal, tidak sesuai ekspektasi. Ternyata masalahnya bukan di rambut tapi di bengeut haha. Yah.. Sekali-kali coba bentuk lain sih, tapi moal kieu deui pokonamah. Mau keliatan seperti Samurai X malah jadi Sintia Mariska haha


Agustus 18, 2024. Sejak berhenti minum soda, aku lebih memilih kopi olahan sendiri. Aku punya beberapa stok kopi oleh-oleh, atau biasanya Azmi punya juga. Dibuat pahit, menghindari gula. Karena kalau pakai ya sama-sama saja pemanis buatan haha.

Selesai sidang adikku pulang dari Bandung. Dan gara-gara salah potong rambut itu kami punya bentuk rambut yang sama.

Setiap pulang, adikku selalu membawa banyak cerita. Dan buat kami hal seperti ini adalah salah satu ‘makanan’ utama keluarga.

Malam hari memainkan interlude lagu Rahwana Gandrung yang beberapa hari itu kudengarkan terus lagunya.


Agustus 20, 2024. Seharusnya hari-hari terasa damai. Tapi itu mulai terusik gara-gara distraksi orang-orang kampung yang terus menanyai para pemuda menyoal tujuh belasan. Akhirnya Yuda mengajak anak-anak saung untuk merapatkan kegiatan agustusan dengan sederhana saja (yang jadinya tidak sederhana). Karena kami para pemuda kampung tidak pernah mendapat bantuan apapun dari pemerintah ‘lokal’ untuk kegiatan begini. Serangan fajar, kami minta transferan ke teman-teman saung yang sudah terpencar kemana-mana untuk udunan kegiatan, kegiatan apapun.


Agustus 21, 2024. Salah satu yang direncanakan kami selain kegiatan agustusan yang 'konvensional' adalah kami akan me-remake film dokumenter kampung yang pernah dibuat di tahun 2017. Jadi kami mengumpulkan data dan riset tentang keadaan kampung pada waktu sekarang.


Pertolongan Cep Thoriq
Cep Thoriq, temanku saat masa SMA, putra kyai besar, ini bukan pemuda domisili kampung kami sebenarnya, tapi Cep Thoriq sering berkunjung ke saung. Tempat tinggalnya di kampung sebelah, hanya perlu 10 menit dengan jalan kaki. Cep Thoriq datang ke saung sore hari, juga membawakanku dupa melati favoritku.

Cep Thoriq bersedia membantu kami pemuda kampung untuk mengambil footage lanskap kampung dengan drone-nya untuk keperluan film dokumenter yang sedang kami rancang kembali, jadi ini pertolongan besar buat kami. Karena wa'as juga melihat kampung kami dari perspektif atas.

Tapi berbuat baikpun selalu dihadapkan dengan rintangan. Menerbangkan drone sore hari saat musim panas di kampungku ternyata benar-benar penuh resiko, musuh pilot drone : anak-anak bermain layangan. Benar saja, tidak lama drone terbang dan ngararaba sekitar, drone Cep Thoriq terkena kenur salah satu layang-layang, akhirnya drone-nya oleng dan jatuh. Kami para pemuda yang memintanya membantu langsung gegebegan, karena benda-benda begini mahal sekali harganya.

Syukurnya, drone-nya ketemu. Tapi dengan banyak kerusakan. Kenur yang meulit pada baling-baling drone, lalu body-nya banyak yang rusak belah. Keadaan begini malah Cep Thoriq yang minta maaf, kami merasa lebih tidak enak. “Ke, urang benerin dulu, nya”, pertemuan sampai maghrib itu ditutup dengan kalimatnya hueeee.

Agustus 23, 2024. Diminta pa Rais untuk ikut memeriahkan hajat lembur di kampungnya di Cihaur. Kami membawakan banyak kesenian tradisi.

Ijal dan Pa Asep sedang nyetem gamelan yang silung.

Agustus 24, 2024. Pulang tengah malam setelah pesta di Cihaur, besoknya aku langsung ospek. Acara yang kebanyakan sistem ceramah, atuh jelas we uing lelengutan.


Agustus 25, 2024. Melanjutkan ‘penjelajahan’ footage sambil cari-cari informasi untuk film documenter. Kami sangat beruntung ketemu dengan Ma Cacah bersama geng-nya di sawah yang sedang panen.

Wa Loloh masih ada saat itu. Kami punya segmen wawancara, Jadi kami meminta beberapa sepuh di kampung untuk memberikan pesan untuk kampung kami pada film dokumenter yang kami buat. Dan Wa Loloh adalah salah satunya.


Agustus 26, 2024. Ibu Hj. Eti, salah satu tokoh Pendidikan yang sepuh juga di kampung kami, dimintai juga untuk memberikan pesan dan motivasi untuk kampung kami.

Agustus 27, 2024. Pertolongan Cep Thoriq #2, selang seminggu Cep Thoriq mengabari drone-nya sudah selesai diperbaiki. Kali ini kami memilih pagi hari untuk mengambil footage karena bisi aya langlayangan deui. Syukur yang kedua ini lancar, terimakasih Cep !

Agustus 28, 2024. Kuncup-kuncup bunga kamboja di ruanganku sudah mulai tumbuh !

Malam harinya, meminta pertolongan Alfiani Fajri untuk menjadi voice over narrator pada film documenter. Diburuhan teh kotak wungkul ! hehe karunyaa, nuhun ya Fiii !

Agustus 31, 2024. Di Seberang Batam, kakakku yang laki-laki wisuda lagi untuk kedua kalinya. Ditemani Incu yang masih satu-satunya si Suhayla.

Di kampung, hari ini adalah malam puncak tampilan seni. Biasa, tiba-tiba banyak sekali tampilan seni yang ‘tidak terjadwalkan’ haha. Yah.. Namanya juga hiburan lembur. Semua berjalan lancar sampai ke menonton film documenter kampung yang kami buat. Wajah-wajah Bahagia mereka selalu menjadi perasaan menyenangkan bagiku (meski untuk ini banyak hal yang tidak menyenangkan haha). Mereka melepaskan banyak tawa setiap melihat wajah-wajah yang mereka kenali pada film yang kami putar. Setelah semua selesai banyak yang mengucapkan terimakasih kepada kami para pemuda kampung, hueee sedih.

Barangkali ada yang mau nonton film dokumenternya bisa klik link dibawah ini :

https://drive.google.com/drive/folders/1Ptn_I_STBQTFivk8011ItXQ_sJ0MFwb9

September 1, 2024. Hari terakhir, jalan santai. Kami beberapa panitia dan Trio Munyil, teman-temannya Yuda, ‘artis’ kampung kita di agustusan tahun ini.

September 2, 2024. Setelah kegiatan agustusan, aku kembali menjadi pekerja ‘normal’. Tapi mendapati bunga-bunga kamboja di ruanganku mulai mekar, hal baik dan pertama yang kudapatkan hari ini !

Lalu hari ini adikku juga selesai yudisium, sudah hampir legal dipanggil Sarjana Psikopat. Tinggal menunggu waktu wisuda.


September 5, 2024.
Hilma dan Reza, sepupu-sepupu keluarga Cianjur di tahlil wafat Uwa hari ketiga. Kalau di keluarga, aku paling banter kumpul dengan mereka karena mereka yang paling tahu secara boleker orang seperti apa aku ini. Saudara-saudaraku yang ‘moderat’ diantara para ‘konvensional’, Jadi geus teu karagok jeung mereka mah.


September 8, 2024. De Hilma menanam potongan pohon kambojaku di makam Uwa..


September 9, 2024. Aku berada di Cirebon tiga hari sebelumnya, dan sepulangnya sawah di pinggir sedang dipanen. Pemandangan yang indah dan mengundang untuk bolos kerja.

Lebih banyak bunga kamboja mekar !

Sepulang kerja aku mendekor madrasah untuk acara muludan. Aku masih punya beberapa sisa properti sisa Ramadhan tahun kemarin, jadi tidak perlu waktu lama untuk mendekor kali ini.

Selain mendekor aku juga mengiringi ibu-ibu jama’ah madrasah yang punya grup shalawat sebagai pembuka pengajian.

Pemuda-pemuda kampung yang kosannya dekat masjid dekat madrasah tapi harese solat berjamaah, haha. Tapi meski begitu mereka ini semua yang selalu menjadi eksekutor lapangan acara apapun di kampung.


Ust. Abdul Halim. Kami biasa memanggilnya mang Halim. Guru ngaji dari banyak orang di kampung, ngobrol dengan para kami para pemuda yang belum bisa bermanfaat, yang sudah bukan anak kecil lagi yang dulu sering main di halaman rumah Wa Ibah.

September 10, 2024. Mencabut rumput di antara celah batu lebih mudah daripada membersihkan hati.


September 11, 2024. Aku kena masalah lumayan besar di tempat kerja. Lalu para guru ini mengunjungiku-mengecek keadaanku. Ada pa Asep Kurniawan yang guru agama dan pa Andri yang guru sosiologi. Jadi mereka membantuku menyelesaikan masalah dengan dua perspektif itu.

Yang ini agak laen. Ketika Pa Asep dan Pa Andri menanyaiku soal masalahku, Pa Riki guru Ekonomi ini malah membawa seabreg suling-sulingnya ngajaki aku untuk nyanyi karena kami ada kegiatan garapan acara yang sama.


September 12, 2024. Latihan garapan music untuk tanggal 23 September, di rumahnya Yuda.


September 13, 2024. Shalawat ibu-ibu yang kuiringi saat muludan itu masih sering terngiang-ngiang di kepalaku. Akhirnya aku nyoba sedikit juga, yahh.. Suaraku lumayan tidak jelek-jelek amat dipake begini.


September 14, 2024. Diajaki ‘keluar malam’ sama teman masa kecilku Imana Tahira yang kebetulan sedang pulang dari Jakarta. Tapi ternyata ada Cep Thoriq dan Cep Rijal. Mereka bersaudara, semua cucu Kyai besar dan palinter. Aku merasa seperti ranginang saat itu haha.


Aku juga ketemu dengan Irwan, seorang teman lama yang sudah lama tidak bertemu.


September 17, 2024. Bunga kamboja di ruanganku sudah mekar sempurna, cantik sekali. Aku tidak membakar dupa hari itu karena wangi bunga ini juga sudah membuat harum saat mekar begini.


Sore harinya latihan untuk acara yang digagas Yuda. Kira-kira kami ini yang akan memainkan music kreasi nanti. Jajang Indra pada perkusi, Yuda Fauzan sebagai konduktor, Imam Muhtadi pada saxophone, aku dan Hari pada fiddle dan biola, Wawan pada gitar, Imong pada flute dan Rizal pada bass, kalau tidak ada halangan haha.


Sepulangnya latihan aku nongkrong sebentar. Lalu nelpon cece ku yang di Yogya karena aku berencana akan ke sana Oktober depan.


Kebetulan si Putri adiknya cece juga sedang di Yogya, dia berkunjung dengan temannya Mieke. Yah biasanya mereka di Malang karena Putri memang tinggal di sana.


September 18, 2024. Wajah Ielah Pa Imam. Selain Musisi handal, bapac ini adalah dosen bahasa Inggris. Hari ini kami harus latihan lagi, padahal sudah ditabrak masalah di sana-sini, haha.

September 20, 2024. Hari yang lancar sekali. ‘Keadaan’ di tempat kerja relatif aman. Kalau begini biasanya aku pulang dengan perasaan lega tapi juga curiga tentang apa yang akan dihadapi lagi setelah ini haha.

Dari itu aku menutup hari itu dengan bernyanyi Gregorian. Salah satu lagu favoritku ini judulnya Pange Lingua Gloriosi yang artinya Menebar Kabar Mulia. Aku sudah lama juga tidak menyanyi di gereja.


-

Lain kali aku mau nulis lebih teratur, tidak sepanjang dan sebanyak ini, capek soalnya lalu jelek juga haha. Aku masih punya beberapa kegiatan di bulan ini, mari kita lihat apakah cukup menyenangkan untuk ditulis atau tidak !

-

وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Do not lose heart or despair- if you are true believers you have the upper hand-”

-Ali-Imran : 139

"So we do not lose heart. Though our outer self is wasting away, our inner self is being renewed day by day. For this light momentary affliction is preparing for us an eternal weight of glory beyond all comparison, as we look not to the things that are seen but to the things that are unseen."

-Chorintians 4: 16-18