Excerpt from the other sight Time has wonderful way of showing us what really matters

Selasa, 26 Maret 2024

We are so close, yet so far away. We see but choose to be blind.

 


Di tempat berbeda, hal yang berdekatan itu terasa jauh..

Sekali lagi, aku cukup bersyukur sebagai seorang yang tumbuh dengan keadaan ‘sagala harese’, aku masih diberikan kesempatan untuk banyak mendapat perjalanan-penglihatan yang kiranya sama sekali tidak pernah kubayangkan. Banyak yang beranggapan aku memiliki finansial yang cukup untuk melakukan ini-itu, tapi sebenarnya sebagian besar dari yang terjadi adalah banyak sekali keberuntungan.. Seperti misalnya  dipertemukan dengan orang-orang baik..

Seperti sejak tahun 2019, aku diurusi oleh keluarga Mah Clau dan Pa Joshua. Mereka memiliki dua orang anak, Kath dan Leo. Jadi aku sudah seperti anak mereka yang paling tua. Pertama kali aku datang ke keluarga ini lalu mulai menghabiskan malam di sana adalah pada saat bulan Ramadan. Aku ingat persis aku kesulitan berpuasa saat itu, sahur hanya dengan roti kering dan buah pisang, yang terasa langsung wareg dan jam delapan pagi beteung sudah kukurubukan deui haha.

Bahkan setelah aku pulang ke Tasik, hubungan dengan keluarga Mah Clau dan Pa Joshua 'disambung' oleh adik perempuanku. Foto ini dari tahun 2023, jadi.. Aku bersama mereka sedari bocah sampai sekarang tinggi badannya hampir menyamaiku..

Dari kebahagiaan pertemuan, hal yang 'kudapatkan' dan refleksi. Tulisan kali ini tidak jelas arah, tapi tetap harus kusimpan sebagai bagian dari jejak perjalanan.

Aku harus ke Bandung karena diminta Mah Clau karena Kath dan Leo tahun ini kebagian menjadi aktor dalam suatu pertunjukkan yang diadakan sekolahnya di BAIS. Pa Joshua sedang tidak ada di Timor karena pekerjaan. Jadilah aku dan adikku mesti hadir sebagai ‘perwakilan keluarga’. Aku memang ingin melihat keduanya di panggung. Selain itu agak sudah lama sejak terakhir kami berkumpul, natal tahun lalu !


Tapi sebentar, buatku si pekerja ‘lepas’, perjalanan dipertengahan bulan seperti ini agaknya membuat keadaan ‘gugurubugan’ haha. Bagaimana tidak, monthly life cost bulan ini tiba-tiba naik karena ada sesuatu yang tidak terduga. Efeknya, aku tidak bisa membagi jatah bulanan ‘wajib’ bulan ini. Yah.. Semoga bulan depan tidak begini lagi. Dengan income-ku yang cuma segitu dan kadang nga tentu, Aku mesti lebih apik. Kalau bisa sih jangan jajan sama sekali haha. Ramadan kali ini badanku cuma 49 kg, isinya tinggal tulang dan kesetiaan haha.

Maret 22, 2024. Keberuntungan pertama, aku berangkat bersama a Nizam yang kebetulan akan pergi ke rumah istrinya di Cimahi. Dengan jadwal yang dipercepat, awalnya kami akan berangkat sore hari lalu berubah jadi pukul sepuluh pagi.



Setengah dua belas siang aku sudah sampai Cibiru. Tadinya mau bolos jumatan, tapi ternyata masih kaburu. Tapi aku tetap memilih solat lohor dan ashar yang dijama di masjid jami UIN Bandung.

Saat hendak beranjak pergi dari masjid aku ketemu Muhammad Amri, alumni SMAI Cipasung tahun 2022 kemarin. Jadi kami berbincang sedikit. Ini suatu kebetulan sekali bisa ketemu di masjid, framingku jadi terkesan aman, soalnya meski ikut nadhliyin, tarekahku ini baragajuliyah haha. Dan ternyata meski sering berkecimpung di dunia nu rada ‘piomongeun’, betapa Alloh masih kenan melindungiku, hese natural born soleh mah atuda *aw, hahaa.


Aku ditawari adikku untuk sekedar istirahat dulu di asramanya sambil menunggu buka puasa (aku masih puasa masing iinditan ge balaga haha). Tapi dengan pertimbangan asrama adikku itu yang rada lingkungan syar’i rada mikir-mikir haha. Kesian kakaknya gondrong gajelas nanti ditanya-tanyai dia, lalu saat kita berjalan kita melewati perpustakaan pusat UIN Bandung, aku memutuskan menghabiskan waktu di sini saja.
Pertama kalinya ke perpustakaan UIN Bandung. Banyak sekali pembenahan, Aku mengisi dulu ‘buku tamu’ di meja front office. Kukira perpus ini lumayan proper untuk ukuran Universitas.

Kendati di universitas islam, section yang kucari pertama jelas section katalog sastra. Ada beberapa buku menarik yang belum pernah kubaca.

Buat kita yang lumayan suka membaca buku (tapi buku nu resep, mun teu resep mah duka), waktu ngagereleung dari siang sampai sore. Kami bergerak mencari tempat berbuka puasa, agak ramai soalnya jika kita kesorean atau bahkan tidak kebagian tempat makan kata adikku.

Akhirnya kita ‘berlabuh’ di Wings o Wings di sekitar Ubertos – Ujung Berung. Tempat makan fast-food. Aku tidak pernah rewel soal makanan sih, jadi apapun oke. Asal ada Coca Cola hehe. Setelah makan dari sini kami berpisah. Adikku kembali ke Cibiru, aku ke Antapani untuk menginap. Awalnya aku hendak menginap ke Sarijadi, tapi katanya tanggal ini tidak bisa karena aku ‘keduluan’.

Di Antapani ini rumah keluarga Bibiku dari keluarga ibu. Yah.. Sudah dua tahun juga aku tidak kesini sih. Karena lebih sering ke rumah Oma di Ciumbuleuit.

Di sini aku dikunjungi sekejap oleh Rizki Aulia Nugraha yang dulu akrab dipanggil ‘Toke’. Dia masih seneng dengan per-otomotifan, dan katanya sekarang dia sedang memulai usaha pada bidang itu. Yah.. Akumah bungah-bungah wae asal barudak aman dan tidak macam-macam hehe.

Maret 23, 2024. Aku sudah Bersama adikku untuk pergi ke Cornerstone Auditorium di Paskal 23. Venue yang digunakan untuk menggelar pertunjukkan drama Kath & Leo. Gate dibuka pukul setengah tiga sore, jadi kami menunggu di lobby. Aku jadi bertemu beberapa teman di IES, Anastasia Dontsova dari Russia, Sayaka Kadir dari Jepang, Cassandre Hall dari Amerika, dan banyak lagi.

BAIS (Bandung Alliance Intercultural School) ini memang sekolah internasional. Jadi memang 80% semua orang yang ada di sini adalah expat. Selain itu undangan yang hadir memang keluarga para siswa, jadi tak heran kalau lebih banyak orang luar negeri di tempat ini.

Pukul tiga sore, acara pertunjukkan di mulai. Drama The Lion, the witch & the wardrobe ini adaptasi dari fim Narnia yang pertama.

Kesan awal yang kudapat adalah betapa semua segmen pertunjukkan tertata. Terlepas dari fasilitas gedungnya ya. Ini membuatku sedikit berpikir. Karena belum lama juga aku mengorganisir kegiatan pertunjukkan seperti ini di tempatku berkegiatan, tapi rasanya berbeda sekali haha. Dan aku sudah merangkumnya dalam beberapa poin sebagai bahan perbandingan untuk perkembangan (nu rada hese yakin mun diterapkeun di tempat uing mah) :

1. Annual Drama Performance (ADP) ini adalah program tahunan sekolah. Kiranya seperti ujian akhir pertunjukkan jika di sekolah kita pada umumnya. Dalam kurikulum sekolah ini, kesenian termasuk pelajaran pilihan yang ditawarkan dari kindergarten (TK) sampai tingkat SMA. Ini hal pertama yang berbeda, jadi ADP ini menyuguhkan pertunjukkan yang semua personilnya adalah gabungan dari tingkat TK sampai SMA. Bisa bayangkan bagaimana repotnya mengurusi varian usia itu ? haha

2. Sadar penting sebagai bagian pembelajaran dan untuk perkembangan peserta didik, sekolah mendukung penuh program ini. Baik moril maupun materil. Fasilitas sekolah mendukung dan apapun yang dapat digunakan boleh digunakan.

3. Perizinan dikeluarkan satu pihak. Moal kudu izin kaditu tuluy kadieu, nu berlapis-lapis jeung hese dipanggihan tea ning mun di Yayasan mah.

4. Tingkat apresiasi tinggi dari semua pihak. Elemen sekolah, sampai orang tua peserta didik. Di sini orang tua peserta didik dilibatkan sebagai ekstensial support. Kasus adiku tahun ini, Mah Clau sampai jadi sub-teacher di sekolah karena dinilai kompeten soal music, bahkan menjadi bagian dari music director dalam pertunjukkan. Maksudku, betapa sekolah mengenal orang tua peserta didik dengan baik. Tidak seperti di lingkungan kita, yang dikenali hanya para orang tua yang ekonominya tinggi dan banyak memberikan ‘bantuan’. Selain itu semua orang tua peserta didik di sini tidak sekedar ‘menitipkan’ anak-anaknya di sekolah.

5. Efek dari kegiatan ini untuk peserta didik yang paling jelas adalah meningkatnya antusiasme semangat belajar dan rasa ‘kebetahan’ peserta didik di sekolah sebagai tempat belajar dan lingkungan bersosial yang sehat.

6. Di sekolah kita, dalam kurikulum Merdeka, dua tahun ini digembor-gembor soal literasi. Dengan program ini, literasi terlaksana dengan mulus bahkan tidak ‘terasa’ dilakukan. Karena program dirasa menyenangkan Ketika penggarapan program ADP dilakukan.

7. Dari sisi pengajar-guru. Tidak ada cluster, blok-blok. Guru semua sudah mantap dengan satu visi. Guru-guru berkesempatan berkembang sesuai bidangnya. Nah menariknya, meski dalam program ADP ini hajat guru seni, guru-guru non Pelajaran seni tetap terlibat sebagai pendukung program sekolah. Yang terpenting adalah peserta didik. Mantuan naon we eta mah, jadi ADP ieu teu malulu beban seni wungkul. Bahkan tahun ini empat guru tampil sebagai actor, nu lain guru seni deuih.

8. Guru Pelajaran tidak perlu memikirkan regulasi perizinan peserta didik diluar jam efektif sekolah yang dipakai sebagai waktu untuk Latihan. Sebagai bagian dari program sekolah, sekolah sudah menginformasikan pada semua elemen sekolah, orang tua peserta didik, dan pihak-pihak yang berkemungkinan akan terkait berkenaan tentang program. Jadi guru Pelajaran moal kudu riweuh jeung guru Pelajaran sejen, teu kudu ngajelaskeun atawa pasea jeung keamanan, komo tepi dipanggil ku petinggi Yayasan.

9. Pertunjukkan lancar, pembelajaran teu karasa, program sekolah terlaksana.Guru-murid-orang tua lebih terikat secara emosional dengan momen ini. Semua elemen sekolah bangga dan Bahagia.

Ujian pertunjukkan di sekolah inter memang beda. Dan buatku sih ditutup dengan ujaran, “Seandainya..” dan “Ah, sudahlah”.

Setelah pertunjukkan selesai para audiens dipersilakan untuk memberikan ucapan selamat pada semua personil. Lobi sangat ramai, perlu berdesakan untuk menemukan adiku Kath & Leo.

Dan akhirnya ketemuu hehe. Si pangais bungsu


Kathleen tijalikeuh pas maen di pangung. Hehe tapi dia bungah ketemu lanceuk-lanceukna..

Si Bungsu, lhe duanana kabagean maen jadi jahat haha.

Here we are, Vieira’s siblings !

Aku ketemu juga deng Jordy, temanku saat mendapat beasiswa di EV tahun lalu !

Aku dan adikku disuruh pulang sama-sama ke Kotabaru, tapi aku harus kembali kuli di hari senin. Jadi aku memilih pulang langsung.

Maret 24, 2024. Berencana langsung pulang ke Tasik, diperjalanan secara impulsif aku memilih untuk mampir dulu ke garut untuk mengunjungi temanku. Aku sampai di Garut pada Tengah malam. Tapi Eki Yasiin Fadhilah memang selalu tahu yang kubutuhkan, perapian di depan rumah untuk menghangatkan udara Garut !

Keesokan harinya aku masih sempat buka Bersama dengan beberapa teman-teman Wanakumbara. Ada Eki Yassin, Frendy Aditya, Riana Mahendra, Robby Marawise, dan Anjas McDelivery.

Pukul Sembilan malam, aku pulang kembali ke Tasik Bersama A Nizam.

Aku memang senang melakukan perjalanan. Selalu ada yang bisa dibawa ketika pulang. Apapun itu, tapi lebih banyak ke pandangan sih. Banyak hal yang jadi perbandingan. Banyak mendapatkan fase ‘Life in between’ membantu diriku sendiri melihat bagaimana ‘cara hidup’ yang lebih cocok untukku. Aku bisa saja berpindah. Tapi untuk trapped child modelanku ini, dalam keadaan sekarang lebih memungkinkan untuk menerapkan yang kudapatkan di tempatku sendiri dulu saja. Mengadopsi hal-hal yang kira-kira masih bisa ditoleransi dari sana, ke sini.


Setiap setelah perjalanan, seringkali Aku ingin pulang untuk membagikan cerita dan pengalaman, karena tara mawa oleh-oleh da teu boga duit. Di jalan ge kadang papaehan hehe. Tapi kadang setelah dipikir-pikir pesimis jika berpikir untuk menerapkan hal-hal baik yang kutemukan. Karena di sini agak sulit karena terbentur pola lingkungan sosial yang sangat tidak sehat yang praktiknya sudah berjalan mungkin berdekade. Dan hampir tidak mungkin untuk menghancurkan mata rantainya. Apalagi buat ranginang sepertiku. Apa ya, geregeteun we kitu.

Betapa orang-orang bersedia bertahan dengan keadaan yang ditawarkan di sini. Aku tidak tahu apakah mereka berdiam karena memang tidak bisa berbuat apapun atau memang tidak mengetahui hal-hal baik yang ada di lingkungan lain, atau tidak ada pilihan lain untuk menghadapi dengan ‘realitas’. Buatku yang tidak terikat apapun sih mungkin tidak terlalu berat karena bisa ngabangbalerkeun ketidak-nyamanan dengan hal yang kusenangi, tapi aku memikirkan bagaimana jika pada orang-orang yang tidak punya pilihan lain selain ‘masuk’ ke dalamnya, dengan sadar, tapi pun tanpa persetujuan dirinya. Living death yang berkepanjangan seperti juga tidak sehat heyyy. Akan berpengaruh ke psikologi personalnya. Alih-alih memperbaiki, malah bisa jadi kita menjadi salah satu dari itu. Mengerikan juga.


Dan untuk yang merasa kebagian peran 'berlawanan', aku tidak tahu motivasi apa yang membuat mereka sampai hati melakukan praktik-praktik keruh di tempat yang seharusnya 'bersih'.


Sadar bukan orang yang baik, sama sekali. Jauh dari subyek teladan. Tapi tumbuh di lingkungan relijius Islami, sekali waktu aku pernah belajar dari kitab Ta’limul Muta’alim, ironi-nya, implementasi beberapa esensi dari kitab Ta’lim yang berhubungan dengan Pendidikan itu malah kutemukan dan dijalankan di tempat pendidikan yang berbasis agama Kristen. Bukan di tempat Pendidikan Islam. Entah sebelah mana yang keliru ? Wallahu a’lam.

Bulan Ramadan yang tidak biasa. Karena memperlihatkanku hal 'lain' soal pengaruh bulan suci ini terhadap spiritualitas orang-orang.


قُلۡ يَـٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ لَسۡتُمۡ عَلَىٰ شَيۡءٍ حَتَّىٰ تُقِيمُواْ ٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِيلَ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡۗ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرٗا مِّنۡهُم مَّآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَ طُغۡيَٰنٗا وَكُفۡرٗاۖ فَلَا تَأۡسَ عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ

Say, “O People of the Scripture, you are [standing] on nothing until you uphold [the law of] the Torah, the Gospel, and what has been revealed to you from your Lord.” And that which has been revealed to you from your Lord will surely increase many of them in transgression and disbelief. So do not grieve over the disbelieving people.

Al-Maidah : 67

Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind. Then you will be able to test and approve what God's will is—his good, pleasing and perfect will.

Romans 12: 2




Rabu, 13 Maret 2024

Collecting the traces

Pertengahan bulan kedua tahun 2024 ini banyak menyita perhatian. Dan yang keterlalulan adalah aku bahkan tidak sempat menuliskan highlight hal-hal yang dilewatkan waktu-waktu itu. Untungnya aku masih sempat mengambil beberapa foto untuk sekedar menjadi 'pengingat'. Tapi tetap saja aku mesti berusaha kembali pada waktu-waktu itu, yah.. Harga sebuah 'jejak'. Tidak masalah..


Februari 17, 2024. Sepulangnya 'diculik' ke garut, malam harinya aku kembali 'diculik' oleh Yuda dan Aden. Dengan dalih Yuda ingin membeli alat-alat lukis. Tiba-tiba Yuda ingin melukis untuk dekorasi rumahnya. Sudah kuberitahu bahwa Gramedia di Tasik tidak begitu menawarkan banyak pilihan soal art material. Bukan soal barang-barangnya, tapi soal harganya yang notabene memang disediakan untuk orang-orang kalangan 'menengah ke atas'. Seharusnya ini bukan masalah buatnya, tapi Yuda urung membeli, malah akhirnya aku yang jajan, sial. Yah.. Aku memang perlu warna burnt sienna dan burnt umber sih. Jadi tidak apalah.

Februari 19, 2024. Adam Mubarok, Regular visitor & volunteer caretaker ruanganku setiap kali aku sedang 'keluar'. Dia mengecat kaos 'bagian kampanye' yang dia dapatkan dengan cat acrylic. Supaya bisa dipakai bahkan pasca kampanye.

Beberapa anak Sanggar Harsa - UNIK ikut latihan di ruanganku karena ada masalah konsleting listrik di ruangan mereka.

Februari 20, 2024. Cép Thoriq juga tiba-tiba berkunjung ke ruanganku. Ini sudah agak lama.. Jadi kami banyak mengobrol.

Adikku juga berkunjung di hari yang sama. Dia sementara pulang, dan ini hari terakhirnya di Tasik sebelum kembali ke Bandung.

Dia menemukan frase menarik diantara buku-buku yang ada di ruanganku. Yah.. Aku memang belum punya banyak waktu untuk membaca semua buku-bukuku. Jadi ini hal bagus.

Aku tidak membawa motor. Jadi hari itu aku berjalan kaki untuk pulang. Ini juga sudah lama.. Berjalan di jalan ini membuat sedikit nostalgia, hari-hari awal aku mendapat 'kerja', pulang hampir setiap tengah malam. Aku benar-benar total waktu itu. Hehe.. Tapi jalanan dulu sepi.. Tidak seramai sekarang.

Februari 21, 2024. The day full of gift. Pertama Pa Eris membawakanku kopi pahit racikannya. Dan memang enak.

Pa Ajengan Asep Kurniawan membawakanku oleh-oleh dari Yogya,

Bu Ai Dewi Shanty jarang-jarang 'mengontrol' sampai ke ruanganku. Ternyata tangannya terluka, akhirnya pa dokter sekolah Adam Mubarok menanganinya.

Setelah lukanya ditangani, Bu Ai Akhirnya bercerita tentang pengalaman hari-hari saat beliau kuliah. Dan banyaak sekali hal-hal yang kita dapat ambil dari apa yang dituturkannya.

Bu Ai ini memang salah satu guru terbaik di sini. Beliau sangat progresif, posisinya sebagai bagian kurikulum memang tidak sembarang disematkan. Buatku yang abal-abal, tentu saja banyak 'wejangan' yang didapatkan darinya..

Februari 22, 2024. Aku juga mengecat baju pemberian dari pa Iqbal Jyhade.

Hari yang sama, aku juga mendapat hadiah dari salah satu asuhannya Pa Adam. Hadiah dari perempuan, bagiku sudah lama sekali.. Hehe..

Februari 23, 2024. Yuda menyerang di siang hari. Kukira dia yang ingin melukis ini hanya candaan. Dia membawa set lukis untuk dikerjakan di ruanganku. Yah.. Aku tidak punya pilihan. Mengingat tempat ini memang ditujukan untuk berkreasi.

Dia menyelesaikan lukisan abstrak pertamanya di ruanganku sampai jam setengah sepuluh malam. Dan yah.. For his first try, i would say not so bad. Hehe..

Februari 24, 2024. Anak-anak sanggar gama memang setiap tahun berkontribusi sebagai panitia ujian akhir pertunjukkan teater. Jadi mereka berdiskusi di ruanganku dan mengurusi hal-hal terkait ujian itu. Dihadiri juga oleh ketua osisnya Dzulfikri Amsir.

Februari 25, 2024. Aku kembali ke kerjaan lama oleh Yudi Guntara. Aku mesti bermain biola pada tim ensembel Naratas-prod di prosesi upacara adat pernikahan. Ini sudah berbulan tidak kulakukan.

Aku dan Pa Asep menginap di rumah Yudi di Cibunigeulis. Lima tahun sudah terakhir aku ke sini. Rumah Yudi sudah berubah sekali. Tapi atmosfir kehangatan khas perkampungan di daerah ini masih tetap terasa. Seperti sajian makanannya yang sangat tradisional seperti ini masih mudah ditemukan.

Bertemu kembali dengan Bah Didi. Si Torompet perak dari Cimanglid, Singaparna. Seniman alam ini dikenal perangainya yang handap asor pada semua orang. Dan Bah Didi tidak pernah kehabisan cerita untuk dibagikan kepada kami generasi muda. Bahkan kami 'ngawangkong' sampai dini hari. Padahal kami harus berada di 'patabeuhan' pagi-pagi sekali hahaa.

Ketemu lagi sinden kahot, Neng Mela putri. Lagu favorit kami di Naratas, Emut Baé !

Yang tidak disangka, panggung kali ini diisi juga oleh adisional pemain Torompet sunda yang masih muda, dengan ini pertunjukkan musik tradisi kami sangat terasa berbeda ! Aku merasa fungsi timbre-nya seperti french horn pada orkestra, menyenangkan !

Pulang. Aku harus ke ruanganku untuk menyimpan barang-barang. Dan mendapati burung walet yang 'terjebak' di ruanganku.

Ah ya, Ibunya Yudi juga memberikanku oleh-oleh Sanseviera untuk kusimpan di ruanganku !

-
Berganti bulan. 26-29 Februari aku berada di Bekasi-Jakarta. 1-5 Maret aku mengurusi ujian pertunjukkan teater. Aku benar-benar kesulitan menulis saat itu.

Maret 3, 2024. Di sela-sela ujian pertunjukkan teater teman SMA ku Fatikh Alaudin yang malah jadi adik karena menikahi sepupuku datang ke ruangan. Selalu menyenangkan jika sudah berbincang dengannya daaan dia sudah jadi bapa-bapa yang kereeen.

Alfiani Fajri, sohib lama, partnerku saat belajar menari menjenguk. Jika sudah ngobrol dengannya biasanya aku jadi kacauu, karena kami sudah tidak canggung membicarakan apa saja.

Para bapa-bapa piomongeun kecuali pa Ajengan Asep Kurniawan.

Aku mengajak mereka berdo'a, tapi mereka kalah seseurian. Sarangsieun haha

Maret 4, 2024. 26 Februari lalu, hari pertama aku di Jakarta. Saat itu Uti sudah di rumah sakit. 28 Februari saat pentas di sana keadaan Uti sudah membaik. Aku kembali ke Tasik. Lima hari sejak di sini, pagi ini, Uti wafat.. Lima tahun sejak 2019 aku diurus keluarga Massardi, Uti juga sudah seperti nenekku sendiri.. Mohon do'a pada semuanya untuk almarhumah.. Uti Sadini.


Maret 6, 2024. Aku kembali ke hari-hari 'biasa'. Tapi aku mesti banyak membereskan hal-hal yang terjadi rentang waktu aku 'menghilang'. Aku mendapati banyak masalah dan karena ini aku juga jadi merepotkan banyak orang. Merasa tidak nyaman, aku jadi merindukan 'masa kepemimpinannya'.. Saat beliau masih 'jeneng' aku tidak pernah dapat masalah sebanyak ini, di tempat ini..

Maret 7, 2024. Ada undangan munggahan. Aku tidak datang. Pertama, isi acaranya memancing ikan. Kedua, di dalamnya jelas euforia kemenangan politik. Ketiga, aku tidak suka makan ikan. Keempat, aku tidak suka ikut campur dengan 'kebohongan'. Kelima, sesuai dengan ujaran kakak perempuanku, bahwa aku tidak datang karena keempat alasan itu. "Kamu tidak datang karena kamu tidak bisa mengobrol dengan orang-orang", dan itu benar. Lukisan Acep Zamzam Noor ini masih bagian dari seri "Ikan-ikan". Mengingatkanku pada penggalan puisinya yang berjudul Cipasung.

Mendekatlah padaku. Dan dengarkan kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam. Yang menyimpan kemurniamu.

Hari itu, yang terjadi adalah antitesis dari penggalan puisi diatas. Aku tidak pernah mengerti cara berpikir 'orang-orang kaya yang berkuasa' seperti mereka.


Ah.. Tapi sudahlah, apa pula ranginang sepertiku ini berpikiran tentang itu haha.

Sore harinyaAku mengantar ibuku kontrol ke Dr. Yanti. Karena ibu merasa kurang sehat. Ternyata tekanan darah tingginya kumat.

Sembari menunggu giliran panggilan ibu, aku menimbang berat badanku. Dulu berat normalku kisaran 56-58 kg, tapi sudah tiga tahun ini beratku hanya 52-53. Tidak pernah sampai lewat 54. Badanku ini hanya tinggal tulang dan kesetiaan hahaa

Maret 10, 2024. Dua hari menjelang bulan ramadan. Aku merayakannya dengan munggahan sendiri dengan mengecat ulang kanvas-kanvas lama. Jadi aku bisa menggambar nanti saat hari-hari di bulan puasa.

Hari ini juga ada munggahan keluarga. Seperti kebanyakan muslim di tempatku kami selalu berziarah ke makam keluarga, lalu makan bersama setelahnya. Jadi aku dipaksa menyelesaikan kanvas-kanvasku lalu menyusul mereka.

Munggahan selesai. Aku berkumpul dulu bersama sepupu-sepupu favoritku. Dengan mereka aku biasa 'bergosip' tentang apa saja. Mereka sudah merasa 'yasudahlah' denganku yang liberal manja. Sambil menikmati es cincau, kami saling bercerita hari-hari menarik belakangan ini.

Sore hari. Madrasah dalam kondisi kritis. Terjadi 'putus generasi' yang biasa mengorganisir kegiatan ramadhan di kampung. Orang-orang sudah sibuk, menikah, dan barangkali tak peduli dengan ini. Untungnya Azmi Alfirano masih bersedia mengurusi, kadang dibantu beberapa expat kampung lain seperti Wawan Kurniawan, kadang M. Hagie. Betapa rasa 'kepemilikan' dan perhatian tentang ini memudar, menyedihkan..

Maret 11, 2024. Sehari sebelum puasa. Sesuai rencana, aku ingin berkunjung ke makam Alm. Bapa di Cipasung. Kali ini aku diantar oleh Fahrezi, salah satu santri teladan di pondok ini. Aku sempat kaget karena mencium wangi khas alm. Bapa saat di sana, ternyata Fahrezi datang setelah beres-beres kamar Almarhum.. Ini menambah kerinduanku. Biasanya wangi ini didapat saat aku berdekatan dengan Bapa.. Fahrezi menuntunku berziarah, sesekali pada itu air mataku jatuh. Setahun sepeninggal beliau, kehilangan sosok pelindung-pemercaya, Aku hanya merasa belum bisa dengan 'baik' menjalankan amanahnya di sini..

Sore hari. Aku kembali berkumpul dan main keluar 'sekejapan' dengan para Ntut daughters. Menghitung mundur masa gadis. Karena nanti kalau sampai lewat lebaran, waktu seperti ini akan agak sulit buat perempuan yang baju kotak-kotak itu.

Aku bukan tipikal nongkrong-nongkrong begini sebenernya. Tapi dijenguki sepupu-sepupu cianjur pride menjelang memasuki ramadan begini lagi-lagi sebuah pengecualian.

Tarawih malam pertama di masjid Nurul Ihsan. Seperti biasa, malam pertama seperti ini biasanya masjid masih penuh. Tunggu saja sampai lewat sepuluhan ramadan. Jamaah tarawih paling hanya tinggal dua barisan.

Maret 12, 2024. Pembukaan kuliah shubuh. Ini program pengajian ramadan yang sudah berpuluh tahun berjalan di kampung ini. Tapi tahun ini agak memprihatinkan, tiada pemuda yang bersedia menjadi ketua panitia. Pun untuk petugas hari ini. Jadi aku turun tangan sebagai pembawa acara, karena tidak ada orang lagi.

Malam kedua ramadan. Susah sekali untuk tidur. Aku jadi mengisinya dengan melukis sampai pukul dua dini hari.

Maret 13, 2024. Sore hari berkunjung ke ruanganku untuk mengontrol tanaman-tanamanku. Dirasa aman, aku jadi duduk sambil membaca buku puisi.

Melihat kampung dari tempat atas. Lantai tiga rumah baru mang Cucu. Jalanan agak sepi, beberapa hari ini angin berhembus kencang sekali.

Ini jadi tulisan yang agak panjang. Kukira aku harus menghimpun hari-hari lalu menuliskannya paling banyak per-satu minggu. Supaya lebih nyaman mengingat, dan dibaca kembali.

Ada banyak yang terjadi.. Dan aku masih menghimpun pada waktu-waktu diantara itu.. Kehidupan kadangkala jadi serba terburu-buru. Aku ingin punya celah yang cukup untuk memaknai yang berharga untuk setiap dari yang berlalu..

Do not boast about tomorrow, for you do not know what a day may bring.
- Proverbs 27: 1

إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡوَقۡتِ ٱلۡمَعۡلُومِ
Until the Day of the time well-known
- Al-Hijr : 38