Perjalanan rangkaian Safari Sastra IV bersama penyair Yudhistira ANM Massardi yang kali ini agak menguras tenaga buatku hehe. Bagaimana tidak, kami menyusur dan pentas di lima kota dalam 3 hari. Dan sebagai 'gantinya', setelah hari terakhir pentas di Pacitan kami diberikan 'jalan-jalan' ke Solo.
Aku tidak pernah barang sekalipun singgah-tinggal ke kota ini sebelumnya. Biasanya hanya lewat ketika jenguk saudara di Surabaya, Trenggalek dan Malang. Jadi ini sangat menyenangkan bisa mampir kesini. Pa Yudhis punya segudang teman-kolega, tokoh-tokoh nasional seantero Indonesia. Ini tidak mengherankan untuk namanya yang besar buatku. Setiap dibawa 'jalan-jalan', aku sering dikenalkan pada beberapa diantara mereka yang kebetulan bertemu. Selain itu yang menarik, Pa Yudhis ini punya banyak anak-anak yang 'dibesarkan' di berbagai kota, tapi tentang Solo ini lebih sering disinggung dalam pembicaraan bersama Pa Yudhis ketika aku melakukan perjalanan bersamanya sejak safari sastra-ku yang kedua.
Saat malam pertama menginap di Solo, akhirnya aku dapat bertemu dengan Gema Isyak Adam, salah satu 'anak' Yudhistira yang sering dibicarakan padaku sejak tahun 2021 itu. Lead tim musikalisasi Safari Sastra Yudhistira yang pertama, personil grub band rock bernama Soloensis. Aku sudah melihat rekaman saat mereka pentas bersama Renny Djajoesman di kanal Youtube karena penasaran, dan memang terdengar 'keras' buatku haha..
Akrab dipanggil Isyak, dengan persona awal dengan rambut panjangnya, 'Ini orang kalau bicara pasti nyentak-nyentak..", ujarku dalam hati haha. Ketika dia bicara, lho malah dia lebih kalem daripada aku yang sering jéjérétéan haha. Sangat berbeda saat dia berada diatas pentas. Kami mengobrol ringan saling bertanya kabar dan interes. Isyak ini juga seorang yang kreatif.. Dia pandai ngrengreng batik, pada bahan kain sampai pada body gitar !. Wawasannya luas, kita sampai ngobroli soal filsafat (yang jadinya tidak ringan ngobrolnya haha). Kalau soal bermusik sudah ngausah ditanya, dia yang musisi 'beneran' tentu punya jam terbang dan pengalaman yang lebih banyak dariku yang masih 'magang' ini hehe. Kalau Pa Yudhis ini membawanya dalam perjalanan sastranya memang sudah kapabel, moal hariwang. Menjadi anak Yudhistira yang dibawa soal permusikan, Isyak ini seperti kakak seperguruanku kalau dalam dunia shaolin hehe. Aku mesti banyak belajar darinya..
Kami juga membicarakan rencana 'keributan' lain di tahun depan bersama pa Yudhis, peluncuran buku kumpulan puisi baru di perayaan 70 tahun Yudhistira pada Februari tahun 2024 di Galeri Indonesia Kaya-Jakarta. Jika memungkinkan, Isyak yang musisi bergenre Rock-Progresif dan selalu bermelodi semangat ini akan berkolaborasi denganku si pemain biola kacangan yang lagunya selalu bermelodi minor yang paling menderita haha. Jika ini lancar, Ini akan menarik buatku.. Sejauh mana kita akan saling 'mentoleransi' tentang pemaknaan musik-sastra bagi kami.
Menjelang akhir pertemuan kami bergantian menyanyikan beberapa lagu ringan bersama-sama. Salah satu oleh-oleh safari sastra yang selalu kudapatkan-Pertemuan menyenangkan !
2023
0 comments:
Posting Komentar