Excerpt from the other sight Time has wonderful way of showing us what really matters

Selasa, 04 Maret 2025

Daily God's Offer #8 : Multitasking-Multi living life


Tingkat 'pergerakan' yang cukup tinggi. Beberapa hari dalam bulan ini sampai tidak punya waktu untuk diri sendiri. Tidak semua selesai sesuai yang dikehendaki, tapi minimal hampir semuanya dapat dilewati. Dan minimal, aku tidak melarikan diri.

Tidak kutuliskan dengan rarangkén dan perumpamaan-perumpamaan. Serba-serbi Februari. Sebenarnya ini belum semuanya. Masih ada hari-hari yang kiranya lebih menarik untuk ditulis terpisah. Tapi Maret sudah mau hampir lewat seminggu, jadi ini harus kuselesaikan dulu.


Rabu. Februari 5, 2025. Menjenguk Luthfan anaknya Om Dedi di rumah sakit SMC yang hari jum'at lalu kecelakaan.

Ijal dan Nida mengambil vokal untuk musikalisasi terbaru kami. Selepas Pa Asep pindah tugas, aku keteter mengerjakan hal-hal yang biasa Pa Asep kerjakan. Jadi penggarapan lagu ini lebih banyak dioprék oleh Ijal. Lagu ini sebenarnya adalah lagu yang pernah kugarap setahun lalu, tapi baru kukerjakan hanya bagian intro, bait pertama dan reff awalnya saja. Dari sana Ijal membantu menyelesaikan sisanya. Melihat mereka mulai mandiri belajar memproduksi kekaryaan aku senang juga. Meski bukan DAW yang profesional (Digital Audio Workstation, software yang digunakan untuk merekam, mengedit, dan memproduksi audio digital), ini berarti mereka sudah bisa mulai kulepas untuk lebih mengeksplorasi di sisi ini.


Kamis. Februari 6, 2025. Ridwan, Pa Cecep, Neng Sur dan Tri. Kerja kelompok tugas presentasi mata kuliah English Phonetics & Phonology. Semester dua, dengan segala rutinitas biasaku sebelumnya, aku tidak mengira perkuliahan akan mengambil jatah waktuku lumayan besar. Dengan ini sih Aku mesti lebih lagi pintar mengatur waktu (dan keuanganku yang segitu-gitunya).


Sabtu. Februari 8, 2025. Presentasi kebagian giliran pertama. Menghabiskan waktu sampai habis perkuliahan yang seharusnya dipakai 3 kelompok. Tapi yah.. Lumayan, aku kebagian teman-teman kelompok yang koperatif, jadi semua relatif berjalan lancar.


Ip smester ini. Hanya 3,25. Haha.. Aku tidak menyangka dapat sekecil ini. Meski sejak awal ini bukan tujuan utamaku, tapi minimal aku bisa mengukur kepalaku yang mulai menumpul ini. Aku dapat nilai C pada mata kuliah Pendidikan Pancasila. Padahal kehadiran, tugas, UTS, UAS kukerjakan semua dan cinta negara meski entah negara mencintaiku.


Nga dimana-dimana kerjaanku pasti seputaran beres-beres. Setelah proses pemindahan kampus dari Tangerang ke Tasik. Kampus ini masih dalam tahap pembangunan. Dengan keadaan daerah geografis tanah merah, kelas selalu jadi kotor saat musim penghujan, jadilah kami bagian 'piket' bergantian.


Februari 9, 2025. Sabtu, selama perkuliahanku hari ini, Ijal dan Nida menyelesaikan take bagian vokal secara keseluruhan. Dari sana aku tinggal merapikan prétélan-prétélan kecilnya saja.


Mendengar hasil rekaman Ijal dan Nida hari ini, kukira lagu ini bisa dianggap selesai. Malam harinya aku menggambar untuk dipakai pada Albumart lagu musikalisasi puisi terbaru ini.


Sedikit celotehan Ijal tentang penggarapan musikalisasi puisi kali ini.


Di sabana. Seekor Kuda. Lagu musikalisasi puisi ini selesai dan sudah dapat didengarkan. Genre yang menurutku agak berbeda dari lagu-lagu yang pernah kubuat sebelumnya. Dengan hentakan ritme Cajon dan tanpa biola, lagu ini terdengar seperti lagu pop-balada tahun 90'-an. Ijal benar-benar total mengerjakan ini, hampir semua fill-in bagian gitar dia yang mencarinya. Memberikan sedikit tipikal tremolo rasa flamenco, lagu ini agaknya terdengar cocok ketika didengar saat diperjalanan. 


Februari 10, 2025. Pengukuhan ketua suku baru Sanggar Gama. Jadi mulai tahun ini Alvi Shihab sudah digantikan oleh Barca Zarbaliyev. Pakaian yang jadi trade mark sanggar gama saat pelantikan memang mencolok dibandingkan ketua ekskul lain, tipe-tipe pemberontak !. Ijal membuatkan tombak yang mirip senjata Grimm Reaper sebagai properti.


Seperti 'pas' pada waktunya, setelah lagu "Di Sabana. Seekor Kuda" selesai, hari ini laptop yang kugunakan ini mesti dikembalikan kepada yang mpunya. Laptop punya Dedin ini sudah hampir dua tahun ada padaku. Dipikir-pikir, aku yang keterlaluan sih memang. Mana ada minjem sampai dua tahun ya.. Haha. Laptop ini katanya akan digunakan De Idan (adiknya Dedin) untuk bekerja. Semua kekaryaan digital yang kubuat dua tahun ini kukerjakan di sini. Seketika aku juga harus memindahkan data-data pribadiku di laptop ini. Semua hampir 100 Gb. Yah.. Dari sini sepertinya akan agak lama untukku untuk membuat lagu-lagu baru karena kendala 'ketiadaan' perangkat. Aku memanh sepertinya harus punya laptop sendiri, tapi lumeyen mihillll hwehehe. Terimakasih Dedin !


Telpon dari Danlanud Sultonny. Lewat perantara Pa Atik Suwardi, Pa Sultony menelponku untuk membantu mengisi biola pada acara Sertijab di Skadik Wing 602 TNI AU di Lanud Wiriadinata. Meski kelelahan, lewat isya aku mesti bergerak ke Cibereum yang jarak tempuhnya 40 menit dari Singaparna untuk gladi.


Ketemu a Andi Uño. A Andi ini adalah gitaris pribadi Pa Komandan Sultony. Dia sudah 'beredar' di kalangan prajurit udara di Skadik lebih dari setahun lalu. Jadi aku akan membersamainya esok hari pada acara. Sehari-harinya, A Andi adalah musisi lepas & gitaris tetap untuk accoustic home band di Leleson Cafe. Piawai bermain gitar secara ritmik maupun finger style, selain itu juga dia bernyanyi. Sangat toleransi untukku yang awam bermain biola dan minim referensi-koleksi lagu-lagu Indonesia. Jadi aku tinggal mengikutinya saja.



Gladi di GSB Skadik 600 - Lanud Wiriadinata. Untungnya, beberapa lagu-lagu yang ditawarkan a Andy adalah lagu-lagu Best Western Selection seperti When The Children Cry-nya White Lion dan Love of My Life-nya Queen. Aku lumayan kelabakan dengan pilihan lagu-lagu Indo-Pop nya, aku memang tidak begitu mengikuti perkembangan musik-musik Indo sih..


Februari 11, 2025.
Bermain di panggung acara. Syukurnya lagi, di acara ini kami lebih banyak memainkan lagu-lagu instrumental yang improve untuk mengisi suasana.


Skadik 602 Wing Pendidikan 600 adalah satuan di TNI Angkatan Udara yang bermarkas di Tasikmalaya, di tempat inilah para siswa TNI AU mendapatkan pembekalan-pembekalan dan kelas persiapan. Tidak biasa untukku, Circumstance militer yang kaku, apa-apa harus diawali dengan, "Mohon Izin". Pengalaman baru juga untukku, menghibur orang-orang yang berseragam. 


Komandan Skadik Wing 602 - Ahmad Sultonny. Kukira Bapa-bapa ini adalah penyanyi yang menjadi prajurit. Pasalnya suaranya tidak kukira sebagus itu. Sempat kuremehkan, "Yah.. Paling suara Bapak-bapak,", gumamku dalam hati. Ternyata saat mengiringinya, suaranya mengerikan keren !. Dari timbre juga secara teknik. Beliau memang terbiasa nyanyi kayaknya sih.


Pemusik 'pegangan' Danlanud Sultonny. Aku sebagai pemain adisional biola untuk mereka. "Jangan susah ditelpon, kita akan sering nyanyi kedepannya, di sini, atau kita main di tempat lain. Terimakasih sudah bantu saya, ya !", ujar Pa Sultony saat aku hendak berpamitan.


Sepanjang perjalanan Singaparna-Cibereum aku memang mendengarkan lagu yang baru selesai kubuat dengan Ijal. Jalur panjang jalan Letjen Mashudi, lagu ini memang cocok sekali didengarkan berkendara sendiri. Yah.. Aku dan Ijal masih punya setumpuk kerjaan lain di bulan ini. Jadi bisa dibarengi dengan lagu ini.



Februari 14, 2025. Rajaban (Lebih tepat disebut Sya'banan, karena sudah masuk bulan Sya'ban) mauidzoh hasanah langsung oleh pimpinan pesantren Cipasung, KH. Ubaidillah Ruhiat.

Aku menulis sedikit rangkuman di Rajaban kali ini.
Ada banyak hal yang menjadi sebab tidak diijabahnya do'a-do'a kita, salah satunya adalah karena hati yang tertutup..

Banyak jenisnya.. Diantara itu.. 
1. Orang yang mengenal Allah, tapi kewajiban kita terhadap-Nya tidak dijalankan. Misalnya Shalat, tapi semaunya. Shalat apa, dikerjain waktu apa. Allah suka dengan kerukunan, tapi malah bikin perselisihan.
2. Orang yang mengaku umat Rasulullah, tapi tidak mengikuti mengerjakan sunnahnya. Atau minimal bangeeet memberikan waktu khusus untuk Rasulullah, misalnya rajaban aja pada ngaikutan, mana mau Rasulullah ngasih syafaatnya buat kita nanti. Istigosah, tapi yang mau didoakannya malah nga pada datang. Tidak yakin apakah mereka mau didoakan.
3. Orang yang menyebut setan sebagai musuh, tapi masih menganggapnya teman. Karena  nurut sama 'pendapatnya' setan, buat males-malesan misalnya, atau tidak adil menempatkan diri misalnya.
4. Orang yang sering memberi nasihat, tapi prilakunya melakukan kebalikannya. Misalnya nasihat menjaga lingkungan, tapi malah nebangin pohon, buang sampah sembarangan. Nasihat nyuruh menjaga marwah, tapi malah merusaknya.
5. Orang yang suka minum minuman keras. Ada juga yang misalnya tidak meminum/ memakan hal-hal yang haram, tapi minum dan makan dari hak-hak orang lain.
6. Orang yang membaca Alquran tapi isi dan hikmahnya tidak dilakukan. 



Februari 15, 2025. Kuliah lagi, tiba-tiba presentasi lagi karena kelompok lain tidak lengkap kehadirannya. Dengan sat-set, bersama teman kelompok lain, kami berhasil melewatinya. Aman.


Wawan menelponku tentang persiapan penggarapan musikalisasi puisinya untuk dia mainkan di Bandung saat peluncuran buku antologi puisi Kemarau di Surga.


Om haris datang ke Tasik. Jadi selepas petang aku bergegas ke rumah Om Dedi. Ini seperti wajib kutemui setiap kali dia datang ke Tasik. Salah satu sahabatnya si Bapa yang masih menjaga 'keakraban' mereka sampai seuisa ini. Om Haris datang ke Tasik untuk menghadiri pernikahan putrinya Pa Acep Adang.

Alumni sastra Russia Unpad ini memang selalu enerjik dan loba gaya. Ngobrol soal Moskow pada zamannya tahun 1982 yang masih sebagai Uni Soviet sama zamanku di 2011 yang sudah bubar menjadi Russia dan beberapa negara merdeka lainnya. Beberapa hal masih sama, beberapa hal sudah berbeda.

Mereka yang dulunya geng meresahkan sekarang jadi keliatan seperti bapa-bapa ronda, haha. Yah.. Yang penting mereka tetap sehat semua.


Fenruari 16, 2025. Nabeuh di Paniis. Kerjaan sampingan begini sudah cukup lama buatku sejak terakhir kali, apalagi ini hampir full-team. Lumayanlaa buat nyambung nambah jajan dipertengahan bulan.


Sisa perayaan. Setelah nabeuh, aku ke tempat kerja untuk membereskan beberapa hal. Dan inilah pemandangan dari atas. Bekas-bekas makanan hajatan. Tempat ini agak aneh sekarang. Meski labelnya Islam, tapi tidak menghendaki untuk libur ikut partisipasi pawai muharaman. Kalau nikahan (anaknya), sekolah ini boleh nga jelas. Sampai tiga hari lagi. Ah sudahlah.


Karangan bunga ucapan yang jadi sampah, loba deuih. Aku mengambilnya beberapa dan kusimpan di ruanganku. Tentang ini, Aku juga tidak tahu apakah hal begini memang harus dilakukan dan jadi kebudayaan di hajatan kita ?. Maksudku ucapan selamat kiranya bisa diganti dengan 'hanya ucapan', atau diganti dengan 'memberikan' hal lain yang lebih bermanfaat. Karena selain lebar kemangna, sampah yang jadi sisa juga lumayan besar skalanya, kesian yang beberes.

Tapi yang jelas, di negara yang punya sila keadilan sosial, hal-hal begini ini fungsinya sebagai penanda perbedaan strata. Kamu di bawah, dan aku di atas. Begitu kan, ya' ?

 

Februari 19, 2025. Buku antologi puisi Kemarau di Surga beres cetak dan sudah berada di rumah Diwan. Gibran berfoto dan mengirimkannya di grup whatsapp. Aku tidak banyak bantu-bantu Diwan sampai proses ini karena memang agak minggu-minggu yang agak repot.


Februari 20, 2025.
Kakakku yang di Batam mendapatkan pelatihan ke Bandung. Sejak dia pindah kerja ke sekolah yang rada 'bagusan', dia jadi sering jalan-jalan. Tahun kemarin juga dia ke Bandung dan aku juga sempat menemuinya. Kali ini aku tidak sempat, karena sedang mengurusi ujian, selain itu kali ini kakaku datang ke Bandung ke daerah Soreang. Agak jauh dari pusat kota. Jadilah adikku yang menemuinya.



Jumat. Februari 21, 2025. Praktek Prakarya dan Kewirausahaan. Anak-anak di sekolah membuat jajanan makanan yang budget harga jualnya jangan lebih dari Rp. 1000,-. Selain itu dalam upaya mengurangi sampah sesuai tema Gaya Hidup Berkelanjutan, mereka tidak boleh menggunakan packing penyajian produk sekali pakai seperti styrofoam dan gelas plastik. Jadi yang membeli harus membawa alat makan sendiri. Ini bagus ! 


Kasian mereka dapat wali kelas yang aneh.


Sabtu. Februari 22, 2025. Back to normal life. Hari perkuliahan yang biasa dengan jadwal penuh dan tunduh.



Diteror tempat kerja untuk menggambar Pa Ceceng Kosasih, kepala SMPN 2 Singaparna untuk hadiah kenang-kenangan (gerak gimik karena sekolah tempatku kerja ikut promosi PPDB expo di sekolahnya). Aku menggambar ini lewat tengah malam dengan mata yang sudah ngantuk lelengutan. Keadaan kertas gambar watercolor yang cuma tinggal satu lagi, aku tidak boleh melakukan kesalahan. Ditambah keesokan harinya aku harus pergi ke Bandung untuk acara launching buku. Tapi syukurnya selesai, meski tidak tahu mirip atau tidak yang penting aku bisa melanjutkan perjalanan.

-
Aku sampai perlu memberikan empat hari untuk menghimpun tulisan receh ini. Itu berarti kepalaku mondar-mandir ke sana kemari. Masih ada yang lain yang belum kutuliskan, tapi sekarang segini saja dulu.

-

"The great day in your life and mine is when we take total responsibility for our attitudes. That's the day we truly grow up."

John C. Maxwell

كُلُّ نَفْسٍۭ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ 
"Every soul will be detained for what it has done,"
-Al-Muddaththir : 38

"So then every one of us shall give account of himself to God."
-Romans 14: 12


Sabtu, 01 Maret 2025

Darussalam : Munggahan yang Menawan

 

Segala riuh suara berujung pada kegelisahan
Bagiku. Yang telah sejak lama memilih sendiri
Mengunci pintu. Menolak banyak alasan
Hanya karena takut lupa. Menuju jalan kembali

2023


Selasa. Februari 25, 2025. Perjalanan setelah acara launching buku aku lanjutkan ke Ciwidey sesuai rencana ajakan Diwan. Dari PWNU di daerah Buah Batu, kami berangkat ke Ciwidey sekitar pukul sepuluh siang melalui jalur Kopo dan Soreang. Aku ke sini hanya berselang tiga hari dengan kakakku yang di Batam. Aku tidak bisa menemuinya saat itu karena sedang minggu ujian pertunjukkan. Jadilah adikku yang menemuinya.


Mesjid Saung-Majlis Shalawat Darussalam. Sesampainya di Ciwidey, lanskap pada pandanganku berubah drastis. Kabut menyambut, lereng gunung dengan warna-warna hijau pohon dan perkebunan. Benar-benar mengistirahatkan mata dan telinga setelah kepadatan dan bising kota.


Setelah kami beres menyimpan barang-barang, stroberi segar disuguhkan dipetik langsung dari kebunnya saat tepat pagi hari. Vitamin C alami setelah kami kekurangan gizi.

Kami tidak banyak bergerak hari itu, benar-benar istirahat dan membersihkan diri. Sampai Kang Imen yang punya tempat berujar, "Saré waé ! Turun atuh !". Tempat ini memang menggoda untuk berleha-leha setelah kami kewalahan sisa acara dan perjalanan lintas kota.


Kami turun sore karena disuruh makan oleh Adul, santri kang Imen yang bertugas 'memuliakan' tamu. Kami makan dengan segut karena selain lapar kami juga rindu masakan rumah.


Di dapur Saung-Majlis Shalawat ini ada kiloan. Aku mengecek berat badanku, lumayan naik dua kg, biasanya cuma 51 kg. Setelah puasa ini sepertinya akan turun lagi.


Rumah paling kanan itu adalah tempat yang disediakan Kang Imen untuk kami beristirahat. Foto ini diambil dari depan dapur Saung-Majlis Shalawat Darussalam. Kami menunggu maghrib untuk shalat berjamaah di sini.


Mesjid Saung-Majlis Shalawat Darussalam ini sedang dibangun. Kang Imen sendiri yang merancang desainnya. Sungguh menarik, apalagi saat kita hendak beberesih. Langit-langit tempat wudlu kami adalah kolam yang tembus pandang dari saung atas ke pangwuduan di handapna, ini seperti berada di Sea World kecil.

Dengan diwawa'as seperti ini, kukira prosentase kekhusyuan ibadah juga bertambah. Karena kita selalu dibarengi dengan perasaan terkesan-syukur. Asa babari mantengna téh.


Setelah shalat maghrib kami naik lagi ke atas. Aku nyela menulis jurnal tentang kegiatan launching buku kemarin.


Tidak lama dari itu Isya berkumandang. Setelahnya kami ikut shalawat selasa bersama para santri.


Berbekal ngaji cuma di palemburan, sebenarnya aku tidak sebegitu apa soal tarekat-tarekatan. Mungkin karena 'wajah' tarekat-tarekat di tempat asalku kebanyakan keliatan gagayabagan dan sok tiba-tiba jadi si pang-islamna téa ningan, tamah sok rada  garalak. Keliatan gaya Arab banget, tidak cocok denganku. Nah, di Darussalam ini agak lain. Orang-orang tidak begitu perhatian soal bentuk luar. Selama tujuannya masih sama-sama baik, tak perlulaaaa kita saling menghardik.

Meski masih merasa kelelahan malam ini, aku memaksakan ingin merasakan pengalaman menjalani salah satu rutinitas kegiatan Saung-Majlis Shalawat Darussalam ini. Di Saung-Majlis Shalawat Darussalam ini setiap ba'da isya selalu membacakan shalawat. Dan shalawatnya setiap hari berbeda-beda. Yang kubaca itu adalah shalawat malam rabu, diadakan secara hybrid, jemaat shalawat tarekat ini berbeda-beda tempat. Luar kota sampai luar negeri. 


Setelah selesai shalawatan, kami mengobrol dengan Kang Imen. Kami yang terbiasa memanggilnya akang di Cipasung, di sini kang Imen sudah dipanggil Bapa. Aku tidak berharap ngobrol macam-macam sebenarnya, yah.. Paling soal kabar dan progress masing-masing diantara kami. Tapi kang Imen membawa kami pada obrolan tentang pesantren Cipasung. Keadaannya, pemakluman, dan hal-hal yang bisa kami lakukan sebagai bocah kemarin sore untuk tempat itu.

Kang Imen juga mengobrol tentang orientasi pendidikan kita sekarang yang jadi lebih semrawut. Ngabolékérkeun hal-hal yang berhubungan dengan tarekat, filsafat, 'pembukaan diri' dengan bahasa dan contoh yang sederhana dan mudah diterima olehku yang notabene sangat awam tentang ilmu agama pada tingkat selanjutnya.

Tahu-tahu, malam sudah lewat setengah satu. Kami mengakhiri obrolan dan bergegas beristirahat naik ke atas.



Saung-Majlis Shalawat Darussalam Darussalam ini menurutku terlihat seperti pesantren bergaya salafi (tapi santrina garaya dan melek teknologi) dengan tarekat Sammaniyah Alhasimiyyah dengan Kang Imen langsung sebagai Mursyid-nya. Tarekat Sammaniyah adalah salah satu cabang tarekat Syadziliyah yang didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Karim As-Samani Al-Hasani Al-Madani (1718-1775 M). Aliran tarekat ini lebih banyak menjauhkan diri dari pemerintahan dan penguasa serta lebih banyak memihak kepada penduduk setempat (cocok banget buatku), di mana tarekat ini berkembang luas. Salah satu negara Afrika yang banyak memiliki pengikut Tarekat Sammaniyah adalah Sudan. Tarekat ini masuk ke Sudan atas jasa Syaikh Ahmad At-Tayyib bin Basir yang sebelumnya belajar di Makkah sekitar tahun 1800-an.


Pemandangan malam di Darussalam. Kedekatan tempat ini dengan aksen alam dengan cahaya temaram. Sejenak kami melupakan apapun yang menjadi beban silam, membuat semua kata yang hendak diucap hanya jadi gumam.


Wajah kelelahan Cep Thoriq yang kurepotkan memboncengiku dari mulai berangkat ke Bandung sampai ke sini. Cep Thoriq juga yang sering mengajakakku untuk berkunjung ke sini, akhirnya kita punya perjalanan bersama-sama ke tempat yang menenangkan ini.


Rabu. Februari 25, 2025. Tentu aku tidak mau melewatkan bangun pagi di tempat yang indah ini. Selain karena ini adalah Majlis Shalawat-tempat belajar agama (tapi asa salsé pisan, mungkin kang Imen membiarkanku yang memang baragajuliyah ini hehe), udara dingin sejuk, embun-embun masih bergelayut pada daun, aku memang sudah merencanakan jalan-jalan keliling tempat ini saat pagi sedari malam.


Memetik Stroberi langsung di kebunnya. Jadi ingat almarhum Uwa yang menanam Stroberi di lotengnya.


Berlokasi di Ciwidey, Saung-Majlis Shalawat Darussalam ini terbilang menarik untukku. Meski esensinya tetap sebagai tempat belajar ilmu agama, rasanya tempat ini menawarkan sesuatu yang berbeda. Begitu terbuka buat siapapun, muslim sampai non muslim. Majlis yang kukira salafi tidak, modern juga tidak. Ketika kebanyakan pesantren di tempatku dibuat dengan bangunan beton tebal dan bergaya timur tengah, di sini sangat keliatan berbeda dari segi penataan ruang, arsitektural, sosial, fashion, aturan-aturan dan banyak hal lainnya. Wajah Islam yang nyunda, tempat yang cocok sekali untuk memberikan jeda.


Sarapan terakhir sebelum kami pulang kembali ke Tasik. Aya horéaman, betah kénéh. Dua hari memang tidak cukup untuk berada di sini.


Dibungkusi bekal buah tangan Stroberi oleh Teh Dina Maria, santriah yang aduhai. Aku jadi mengerti kenapa semua hal di tempat ini tumbuh begitu subur, atuh dipiara na gé ku kanyaah ti modélan nu kieu, aheuuuy hehe. Aku melihat geliat Diwan yang kabangsatan haté oleh teh Dina ini hahaa.


Pamit ke Kang Imen. Ini waktu yang sangat pas. Biasanya di sini sering banyak tamu, dan kang Imen asa moal kaburu ngaladangan nu kararieu. Sekali lagi, ini rizki -waktu yang tepat. "Kadieu deui, tapi kudu lila.", ujar kang Imen kepada kami. Atuuh tentu mau sekali. Kang Imen memang sudah menyuruhku untuk berkunjung sejak tiga tahun lalu saat pertemuan kami yang terakhir ketika pa kyai Abun wafat. Alhamdulillah hari ini akhirnya cumpon juga. Nuhun pisan sagali rupina kang Imen~


Kami bergerak pulang dari Ciwidey pukul sepuluh siang. Mengambil jalur Soréang, Banjaran, Balééndah, Majalaya. Jalanan yang padat pemukiman dan daerah industri. Aku yang cuma tahu Dago dan Ciumbuleuit sebagai Bandung, tidak pernah menjajaki daerah-daerah ini sebelumnya. Lalu kami mengambil jalur Cijapati yang tembus ke Kadungora-Garut. 


Kami beristirahat sejenak (yang jadi lama) di rumah Ganjar di Cilawu. Ganjar membuatkan kami makan siang yang membuat kami kembali berenergi setelah perjalanan panjang dan berdebu tadi. Aku juga bertemu dengan Jimmy di sini. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan pulang sampai ke Tasik, alhamdulillah sampai dengan selamat.

Munggahan yang menawan. Terimakasih Diwan, Cep Thoriq yang sudah membawaku pada perjalanan ini !



Bunga musim penghujan lebih awal bermekaran
Menyambut temu. Yang segera datang sebagai jawab kerinduan

Perjalanan memberi kita ruang tentang rasa syukur
Bersama-sama. Bersenandung do'a-do'a hening di kedalaman hati
Saling mengingat. Setiap langkah waktu yang perlahan luntur
Mengembalikan kilau warnanya dengan keberkahan silaturahmi
 
2023